Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wapres AS: Konflik India dan Pakistan Bukan Urusan Kami

Wakil Presiden AS, JD Vance, bertemu PM India, Narendra Modi, di sela-sela AI Action Summit di Paris, Prancis pada 11 Februari 2025. (commons.wikimedia.org/Government of India)
Wakil Presiden AS, JD Vance, bertemu PM India, Narendra Modi, di sela-sela AI Action Summit di Paris, Prancis pada 11 Februari 2025. (commons.wikimedia.org/Government of India)

Jakarta, IDN Times – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), JD Vance, mengatakan bahwa Washington tak bisa terlibat dalam konflik India dan Pakistan karena bukan urusannya. Ia mengatakan bahwa bukan hal yang mudah untuk mengendalikan konflik tersebut.

“Kami tidak akan terlibat di tengah perang yang pada dasarnya bukan urusan kami dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan AS untuk mengendalikannya," kata Vence dilansir dari Nikkei Asia pada Jumat (9/5/2025).

Meski begitu, Vence mengatakan pihaknya ingin agar ketegangan antar kedua pihak segera diselesaikan.

“Kami tidak dapat mengendalikan negara-negara ini. Yang dapat kami lakukan adalah mencoba mendorong orang-orang ini untuk sedikit meredakan ketegangan,” tambahnya.

1. AS sibuk mengurusi konflik Ukraina dan Gaza

Ilustrasi aksi dukungan terhadap Ukraina. (unsplash.com/Tong Su)
Ilustrasi aksi dukungan terhadap Ukraina. (unsplash.com/Tong Su)

India adalah mitra penting bagi Washington untuk melawan meningkatnya pengaruh China. Sementara, Pakistan tetap menjadi sekutu AS meskipun kepentingannya berkurang setelah Washington menarik diri dari negara tetangga Afghanistan pada 2021.

Ketidakpedulian AS terhadap konflik India dan Pakistan disebabkan fokus Washington yang terbagi. AS kini fokus dalam urusan diplomatik pada konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Gaza, menurut sejumlah analis. 

Washington pun dianggap membiarkan India dan Pakistan sendiri pada hari-hari awal ketegangan mereka, tanpa banyak tekanan langsung dari pemerintah AS.

2. Ketegangan India dan Pakistan terus meluas

Peta wilayah Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan. (commons.wikimedia.org/Free to use, licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0)
Peta wilayah Kashmir yang memisahkan India dan Pakistan. (commons.wikimedia.org/Free to use, licensed under the Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0)

Ketegangan dua negara Asia Selatan tersebut kini menguat setelah insiden teror di Pahalgam, Kashmir, pada 22 April lalu. India menuduh Pakistan berada di balik serangan yang meregang 26 nyawa wisatawan, namun Islamabad membantah tuduhan itu.

Pada Kamis, 125 pesawat tempur India dan Pakistan terlibat dalam perang udara. Lima pesawat India berhasil ditembak jatuh oleh Pakistan, sebagaimana dikutip News Week.

"Harapan dan ekspektasi kami adalah bahwa ini tidak akan berubah menjadi perang regional yang lebih luas atau amit-amit konflik nuklir," kata Vance.

Washington juga telah mengadakan pembicaraan rutin dengan dua pihak yang bertikai. Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengadakan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Pakistan dan Menteri Luar Negeri India sambil mendesak mereka untuk meredakan ketegangan dan mengadakan dialog langsung.

3. Trump sebut konflik India dan Pakistan memalukan

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)
Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore)

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyebut meningkatnya ketegangan sebagai hal yang memalukan. Pada Rabu, ia berharap konflik kedua negara segera berhenti.

Departemen Luar Negeri AS kemudian mendesak pihak terkait untuk bekerja sama menuju solusi yang bertanggung jawab.

Dilansir dari Anadolu Agency, India dan Pakistan merupakan dua negara berkekuatan nuklir. Menurut data SIPRI, India memiliki 172 hulu ledak nuklir, sedikit lebih banyak dari persenjataan Pakistan yang sejumlah 170 hulu ledak. Ketegangan keduanya membuatnya disorot oleh seluruh dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us