Warga Sulit Melarikan Diri saat Israel Bom Rumah Sakit di Gaza

- Militer Israel mengebom Rumah Sakit al-Ahli di Gaza utara.
- Korban selamat hanya punya waktu 20 menit untuk evakuasi.
- Proses evakuasi yang mendadak menyebabkan seorang anak meninggal dunia karena kekurangan pasokan oksigen.
Jakarta, IDN Times - Militer Israel mengebom Rumah Sakit al-Ahli, fasilitas medis terakhir yang masih berfungsi di Gaza utara, pada Minggu (13/4/2025) dini hari. Serangan tersebut menargetkan sejumlah unit penting di rumah sakit, termasuk ruang gawat darurat, ruang bedah, laboratorium, radiologi, dan apotek utama.
Korban selamat mengatakan bahwa tentara Israel mengeluarkan peringatan evakuasi pada menit-menit terakhir kepada sejumlah individu di sekitar lokasi melalui telepon. Tenaga medis dan pasien hanya punya waktu sekitar 20 menit untuk meninggalkan gedung. Banyak dari mereka tidak mampu melarikan diri karena terluka parah dan tidak bisa bergerak.
“Saya mencoba mengeluarkan suami saya, tapi tidak bisa,” kata Zeinat al-Jundi. Suaminya, yang telah kehilangan kedua kakinya, sedang menjalani operasi saat itu.
"Kami diberitahu bahwa mereka akan mengebom rumah sakit tersebut. Lalu bangunan mulai berguncang, jendela-jendela pecah, dan debu memenuhi udara. Kami nyaris tak bisa bernapas. Saat itu, kami benar-benar merasa sedang menghadapi kematian," tutur perempuan itu.
Korban selamat lainnya, Mohammed Abu Nasser, juga mengaku hanya bisa pasrah lantaran dirinya tidak dapat beranjak dari tempat tidur.
"Bagaimana Anda mengharapkan orang seperti saya mengungsi pada jam 1 pagi? Kami tetap tinggal. Lalu roket datang. Semua orang menangis. Tidak ada yang tahu ke mana harus pergi," ungkapnya.
1. Seorang pasien meninggal selama evakuasi
Yousef Abu Sakran beserta istrinya, Iman, sedang tertidur di samping anak mereka yang terluka di tenda rumah sakit, ketika teriakan dan suara orang-orang yang berlarian membangunkan mereka. Mengetahui Israel akan menyerang rumah sakit tersebut, pria berusia 29 tahun itu langsung membawa keluarganya menuju tempat yang aman.
Anaknya, Mohammad, mengalami luka parah di sekujur tubuhnya, termasuk luka bakar tingkat tiga di bagian punggung dan kaki. Bocah berusia 5 tahun itu menjerit kesakitan karena luka-lukanya terbuka kembali saat digendong oleh ayahnya untuk melarikan diri.
"Banyak luka (orang-orang) terbuka kembali akibat gerakan mendadak. Saya melihat keluarga seorang perempuan yang mengalami cedera tulang belakang berusaha menarik tempat tidurnya, tapi tempat tidur itu terjebak di reruntuhan," kata Abu Sakran, dilansir dari Al Jazeera.
Akibat proses evakuasi yang begitu mendadak, seorang anak juga di laporkan meninggal dunia karena kekurangan pasokan oksigen.
2. Rumah sakit al-Ahli kini tidak lagi berfungsi
Al-Ahli menjadi satu-satunya harapan utama bagi warga Gaza utara setelah Israel sebelumnya menghancurkan Rumah Sakit Al-Shifa, Kamal Adwan, dan Rumah Sakit Indonesia. Namun, setelah unit gawat darurat dan layanan penting lainnya dihancurkan, fasilitas kesehatan ini tidak lagi dapat menerima atau merawat pasien.
"Unit-unit ini adalah jantung dari rumah sakit. Sekarang kami benar-benar tidak bisa beroperasi," kata direktur al-Ahli, Fadel Naeem, kepada The New Arab.
Para pasien kini telah dipindahkan ke fasilitas yang masih tersisa di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, yang sejak awal sudah kewalahan.
Mohammed Abu Selmiyah, direktur al-Shifa, mengungkapkan bahwa lebih dari 120 pasien terpaksa dipindahkan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Banyak di antaranya dipindahkan ke tenda-tenda di dekat Rumah Sakit Al-Quds atau Rumah Sakit Lapangan Kuwait di Kota Gaza.
“Ini sama saja dengan vonis mati. Sebelum serangan ini, kami hanya memiliki 300 tempat tidur rumah sakit di seluruh Kota Gaza. Sekarang jumlahnya tinggal kurang dari 100 untuk lebih dari satu juta penduduk," ujarnya.
3. Ratusan orang tewas dalam serangan Israel di lokasi yang sama pada 2023
Rumah Sakit al-Ahli sebelumnya juga pernah menjadi sasaran serangan Israel pada Oktober 2023. Saat itu, ratusan orang tewas, termasuk warga sipil yang mengungsi di halaman rumah sakit.
Serangan terbaru ini terjadi bertepatan dengan perayaan Minggu Palma, sehingga memicu kecaman dari Gereja Anglikan dan komunitas internasional
“Mengebom rumah sakit yang dikelola komunitas Kristen pada salah satu hari tersuci dalam kalender gerejawi bukan hanya tindakan tidak manusiawi — ini juga merupakan penghinaan terhadap umat Kristen di seluruh dunia dan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional,” kata Pendeta Don Binder dari Dewan Gereja di Yerusalem.