World Expo 2025 Osaka Dibuka, Masih Relevankah di Era Digital?

- World Expo 2025 di Osaka, Jepang, dibuka dengan tema "Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita".
- Pameran Dunia ini mengingatkan kepada awal mula pameran dunia pada tahun 1851 di London, Inggris, yang memperkenalkan teknologi baru.
- World Expo telah dikritik karena sifat bangunan dan lokasi yang sementara.
Osaka, IDN Times – Sekitar 1.300 undangan menyaksikan langsung seremoni pembukaan World Expo 2025, pada hari Minggu, 13 April 2025, di Osaka, Jepang. Kaisar Jepang Naruhito ikut menghadiri ajang pameran dunia terbesar di dunia yang digelar setiap lima tahunan. Ini kali kedua kota Osaka menjadi tuan rumah World Expo, setelah sebelumnya menjadi tuan rumah acara yang sama pada Expo 1970.
Tuan rumah Jepang, kali ini mengusung tema, “Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita". Jepang berharap, ajang World Expo yang akan berlangsung selama enam bulan, sampai Oktober 2025 itu dapat membawa persatuan dan menggambarkan masyarakat masa depan melalui gagasan tentang kehidupan, dunia, dan masa depan.
Saat pembukaan, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyampaikan harapannya bahwa acara tersebut akan membantu memulihkan persatuan global di dunia yang dilanda konflik dan perang dagang.
"Dunia, setelah mengatasi pandemi virus corona, sekarang terancam oleh serangkaian perpecahan," kata Ishiba. Dia menambahlan, “Sangat berarti bahwa orang-orang dari seluruh dunia berkumpul di sini dan membahas tema kehidupan dan mengalami teknologi mutakhir, beragam ide, dan budaya."
Expo 2025 dibuka hari Minggu di kota Osaka, Jepang. Namun, di era informasi daring dan pariwisata massal, apa tujuan Pameran Dunia?
Sebagian menganggap, kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja, terutama akibat konflik geopolitik. Sebagaimana dibahas kantor berita AFP, muncul juga pertanyaan mendasar, di era informasi serba digital dan pariwisata untuk kebanyakan orang alias massal, apakah pameran dunia seperti ini masih relevan?
World Expo 2025 di Osaka yang diikuti 160-an negara yang unjuk diri soal pencapaian teknologi dan budaya, mengingatkan kepada awal mula pameran dunia ini. Pada tahun 1851, London, Inggris menjadi tuan rumah ajang yang saat itu disebut sebagai Pameran Besar.
1. World Expo dimulai di London pada 1851, digelar di Istana Krista

World Expo 2025 di Osaka yang diikuti 160-an negara yang unjuk diri soal pencapaian teknologi dan budaya, mengingatkan kepada awal mula pameran dunia ini. Pada tahun 1851, London, Inggris menjadi tuan rumah ajang yang saat itu disebut sebagai Pameran Besar.
Sebagai perluasan dari pameran nasional di Paris pada awal Revolusi Industri, Kekaisaran Inggris membangun Crystal Palace yang terbuat dari kaca yang sangat besar untuk menampung 14.000 peserta pameran dari 40 negara.
Itu menandai dimulainya fenomena “Expo” yang selama beberapa dekade memperkenalkan dunia pada saus tomat, telepon, dan mesin sinar-X di antara semua teknologi lainnya. Edisi Paris tahun 1889 menampilkan Menara Eiffel -- yang dimaksudkan sebagai objek wisata sementara -- dan lukisan antiperang karya Pablo Picasso "Guernica" pertama kali dipamerkan di sana pada tahun 1937.
Secara historis, Pameran Dunia tidak hanya memamerkan teknologi baru tetapi juga menampilkan orang-orang asli dari koloni pada saat itu yang bersifat rasis.
2. Di era serba digital, apakah kita masih membutuhkan expo?

Artikel di AFP menunjukkan, meskipun Expo Dunia masih memamerkan teknologi masa depan, beberapa pihak berpendapat bahwa munculnya internet, media massa, dan perjalanan luar negeri yang lebih murah telah membuat Expo menjadi tidak relevan lagi.
Kekacauan global dalam bentuk konflik dan perang dagang juga telah menyebabkan para kritikus mempertanyakan nilai-nilai idealis persatuan dan pembangunan yang digembar-gemborkan dalam acara tersebut.
Jepang sebagai penyelenggara Expo 2025 di Osaka menekankan bahwa pertukaran langsung antarnegara dan "pertemuan tak terduga" yang dihasilkan dari acara ini masih penting.
"Manusia adalah makhluk yang telah berkembang, sedikit demi sedikit, dengan berkumpul, berinteraksi, dan berbagi," kata mereka.
Di antara sekian banyak yang dipamerkan di World Expo 2025 di Osaka tahun ini adalah meteorit dari Mars, "jantung" yang berdetak yang tumbuh dari sel punca, dan struktur arsitektur kayu terbesar di dunia.
3. Negara mana saja yang pernah menjadi tuan rumah Wolrd Expo?

Sejak 1928, Biro Pameran Internasional yang berpusat di Paris telah menyelenggarakan Expo. Lebih dari 180 negara menjadi anggota dan kota tuan rumah dipilih melalui pemungutan suara oleh majelis umumnya.
Pada Pameran Dunia Osaka tahun 1970, dipamerkan antara lain batu dari Bulan. Acara saat itu dihadiri oleh 64 juta orang, sebuah rekor, sampai pecah jumlah pengunjung lebih banyak di World Expo Shanghai pada tahun 2010.
Amerika Serikat pernah menyelenggarakan Pameran Dunia secara berkala, sebagaimana dikenal di sana, meninggalkan sejumlah tempat bersejarah seperti Space Needle di Seattle dan Unisphere di New York City.
Namun, ekonomi terbesar di dunia itupun terakhir kali menyelenggarakannya pada tahun 1984, dengan beberapa pakar mengatakan popularitasnya telah dikalahkan oleh Olimpiade dan berbagai atraksi seperti Disneyland
4. Apa sih yang biasanya jadi fokus di pameran dunia?

Bangunan sering menjadi pusat perhatian di World Expo dan tahun ini tidak terkecuali, dengan setiap negara berdandan untuk mengesankan.
Desain paviliun Tiongkok menyerupai gulungan kaligrafi, sedangkan paviliun Portugis yang dibuat oleh arsitek Jepang Kengo Kuma menampilkan tali yang "mengingatkan gerakan lautan".
"Expo selalu menjadi tempat eksperimen arsitektur," kata Isaac Lopez Cesar dari Universitas A Coruna Spanyol. Mereka menawarkan forum "di mana bentuk arsitektur baru, material baru, desain dan tipologi struktural baru, dan, secara umum, kemajuan teknologi baru yang diterapkan pada arsitektur diuji", katanya kepada AFP.
Pada World Expo 2025 di Osaka, Paviliun Indonesia termasuk yang disoroti komunitas arsitektur karena menampilkan desain Kapal Layar, menggambarkan kekayaan dunia maritim Indonesia. Ada aspek sejarah Indonesia di situ, pula visi ke depan bangsa.
Fokus tuan rumah kali ini menampilkan “Grand Ring” dengan lengkungan sepanjang dua kilometer, dibangun dengan kayu. Desain dan bangunan diganjar sebagai struktur arsitektur berbahan kayu terbesar di dunia oleh Guinness World Record.
5. Dampak lingkungan penyelenggaraan World Expo juga dimonitor

Tema keberlanjutan mengalir melalui Expo, termasuk di Paviliun Swiss yang menyerupai pernak-pernik, yang bertujuan untuk memiliki jejak ekologis terkecil.
Namun, World Expo telah dikritik karena sifat bangunan dan lokasi yang sementara, dan setelah Oktober, Yumeshima, sebuah pulau buatan di Osaka yang jadi lokasi acara akan dibersihkan untuk dijadikan resor kasino pertama di Jepang. Menurut media Jepang, hanya 12,5 persen dari "Grand Ring" kayu -- sebuah struktur besar yang mengelilingi sebagian besar paviliun nasional -- yang akan digunakan kembali.
Jepang ingin menunjukkan sikap untuk membangun lokasi yang berkelanjutan, di tengah kritik membengkaknya biaya acara.
Di era modern, World Expo tak tertandingi di antara acara-acara internasional dalam hal ukuran, skala, durasi, dan jumlah pengunjung. Mereka adalah platform berskala besar untuk pendidikan dan kemajuan yang berfungsi sebagai jembatan antara pemerintah, perusahaan, organisasi internasional, dan warga negara.
Pameran di Osaka 2025 ditargetkan dikunjungi sedikitnya 28 juta orang selama enam bulan.