Zelenskyy Ngobrol dengan Biden, Macron, dan Erdogan dalam Sehari
Jakarta, IDN Times - Presiden Volodymyr Zelenskyy menggalakkan diplomasinya di tengah perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Zelenskyy mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin dunia, termasuk Amerika Serikat (AS), Turki dan Prancis.
Meski Zelenskyy sering berbicara dengan Presiden AS Joe Biden, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Prancis Emmanual Macron, tapi tidak pernah dialog itu dilakukan bersamaan dalam satu hari.
"Kami terus bekerja dengan mitra," kata Zelenskyy dilansir Al Jazeera pada Senin (12/12/2022).
Dia juga mengharapkan hasil konkret dalam beberapa minggu mendatang, dari serangkaian acara internasional yang berfokus pada situasi Ukraina.
1. Zelenskyy sampaikan terima kasih kepada Biden
Serangan rudal dan drone Rusia telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur energi negara itu, menyebabkan jutaan warga sipil tanpa listrik dan pemanas, ketika suhu berada di bawah titik beku.
Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan bahwa Biden sedang berupaya untuk meningkatkan pertahanan udara Ukraina.
Kepada Biden, Zelenskyy menyampaikan terima kasih atas bantuan pertahanan dan keuangan yang telah disumbangkan AS.
“Kami juga menghargai bantuan yang diberikan AS untuk memulihkan sistem energi Ukraina,” katanya.
2. Ini yang dibicarakan Zelenskyy dengan Erdogan dan Macron
Kanselir Jerman Olaf Scholz akan mengadakan pertemuan daring dengan para pemimpin G7 dan menteri luar negeri Uni Eropa pada Senin, untuk mencoba menyepakati sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan penambahan bantuan senjata untuk Ukraina.
Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina akan berpartisipasi dalam pertemuan G7.
Krisis energi juga menjadi bagian penting dari diskusi Zelenskyy dengan Macron. Zelenskyy menyebut obrolannya selama satu jam dengan Macron sangat berarti.
“(Meliputi) pertahanan, energi, ekonomi, dan diplomasi,” kata Zelenskyy.
Sementara itu, dia juga berterima kasih kepada Turki karena menyediakan tempat berlindung bagi anak-anak Ukraina dan mengerahkan ratusan generator ke kota-kota di seluruh negeri.
Presiden Ukraina juga mengatakan, dia dan Erdogan membahas kemungkinan perluasan kesepakatan ekspor biji-bijian, yang membuka pelabuhan Ukraina untuk ekspor pada Juli setelah blokade de facto Rusia selama enam bulan.
Turki, yang bertindak sebagai mediator dalam pembicaraan damai di bulan-bulan awal perang, bekerja sama dengan PBB untuk mencapai kesepakatan itu.
3. Putin pesimis perdamaian bisa terwujud di Ukraina
Kantor Erdogan mengatakan, pemimpin Turki itu juga berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu dan menyerukan agar konflik segera diakhiri.
Pekan lalu, Putin memperingatkan tentang perang yang berlarut-larut. Dia mengaku telah kehilangan kepercayaan total kepada negara-negara Barat, yang menurutnya membuat perdamaian di Ukraina semakin sulit terwujud.
Moskow tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menghormati kedaulatan Ukraina dan perbatasan sebelum perang. Moskow juga kekeh mengatakan empat wilayah yang diklaim telah dianeksasi dari Ukraina pada September adalah bagian dari Rusia “selamanya”.
Para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas paket sanksi kesembilan yang dapat menambah hampir 200 lebih individu dan entitas ke dalam daftar sanksi, serta tambahan 2 miliar euro (sekitar Rp32,8 triliun) untuk pengiriman senjata ke Ukraina.
