Padatnya Perjalanan Diplomasi Presiden Prabowo

Saya mengamati lawatan diplomasi Presiden Prabowo selama lime belas harus sangat padat dengan acara substantif dan penting. Dimulai dengan kunjungan ke Beijing untuk bertemu Presiden Xi Jinping. Ini untuk yang kedua kalinya, sebab beberapa waktu yang lalu masih sebagai Menteri Pertahanan Pak Prabowo telah berkunjung ke Beijing, dan Presiden Xi menerima beliau sebagai Presiden terpilih.
Sekarang pembahasan tentu lebih mendalam lagi. Dikabarkan Presiden Xi sangat tertarik dengan program makan bergizi gratis buat anak sekolah dan ibu yang sedang hamil, dan Presiden Xi berjanji memberikan bantuan untuk program tersebut.
Sementara itu di dalam negeri akhir-akhir ini ada keributan, katanya Presiden Prabowo juga menyerahkan sebagian wilayah dari Natuna. Saya sendiri mendengar hal ini mengatakan, susah membayangkan Presiden Prabowo menyerahkan wilayah republik Indonesia kepada negara lain. Apapun alasannya seorang prajurit Sapta Marga tidak akan melakukan tindakan tidak terpuji ini, jadi saya yakin hal tersebut tidak dilakukan. Dan Wamenlu sudah mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar.
Kemudian kunjungan ke Washington DC, Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Biden yang tentu juga membahas isu penting. Pertemuan itu tentunya tidak menghasilkan komitmen karena Presiden Biden tidak lama lagi akan menyerahkan kekuasaan kepada Presiden Trump.
Setelah itu tentunya juga berjumpa dengan presiden terpilih kembali, Donald Trump, mungkin di Mal a Largo, Florida. Tentu dengan Presiden Trump banyak masalah bilateral dan global dibahas. Presiden Prabowo akan berpegang ketat pada kebijakan luar
negeri bebas aktif Indonesia, serta kata-kata beliau bahwa seribu teman tidak cukup,
satu lawan terlalu banyak. Saya sendiri selalu kurang yakin terhadap Presiden Trump, tapi
itu tidak berarti mereka memperhatikan saya. Mudah-mudahan saja ada hal-hal bermanfaat dalaam bentuk kerjasama bilateral dengan negara Paman Sam ini.
Setelah itu akan dilanjutkan dengan menghadiri APEC Meetings di Lima, Peru, dan G-20 Summit di Brazil. Di keduanya jelas peran Presiden Prabowo amat penting, memperkenalkan kembali sikap Indonesia dalam berbagai hal termasuk perang Rusia-Ukraina yang tidak berkesudahan dan perang Israel dengan Hamas, serta Hezbollah dan Iran yang juga tak kunjung reda. Mungkin Presiden Prabowo dapat mengajukan usul yang menyegarkan untuk perdamaian di kedua area perang tersebut.
Mungkin ini juga saat penting buat Presiden Prabowo untuk mengenal lebih dekat Presiden Putin, PM Modi, dan sejumlah kepala negara atau pemerintahan lainnya. Saya percaya beliau tidak akan menyia-nyiakan kesempatan amat bagus pertemuan-pertemuan tersebut. Sungguh diplomasi lima belas hari yang amat bermanfaat buat kemajuan Indonesia yang senantiasa diusahakan Presiden Prabowo untuk perdamaian
dunia dan kemajuaan Indonesia.
Kehadiran Presiden Prabowo dalam kedua pertemuan penting, APEC dan G-20 Summit, jelas sangat penting buat Presiden Prabowo untuk kembali menunjukkan kesediaan Indonesia terlibat aktif buat perkembangan ekonomi dan keuangan negara-negara APEC yang sejak lama telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan kemajuan upaya menghilangkan kemelaratan yang masih menjadi tantangan berat buat sejumlah negara.
Dengan kemajuan yang telah dicapai selama ini dan kesungguhan untuk melanjutkan pembangunan di masa seterusnya, pertemuan di kedua negara ini sangat penting bagi Indonesia dan ASEAN yang diwakili Indonesia. Ini adalah kali pertama buat Presiden Prabowo menjalankan misi diplomasi regional dan global, karena itu apa yang bisa disumbangkannya akan mewarnai kinerja beliau yang diamati di dunia, apalagi di Indonesia.
Dalam kaitan dengan perang Ukraina-Rusia, menarik sekali perhatian pemerintah Ukraina. Di bawah Presiden Volodymir Zelensky, Ukraina baru saja mengeluarkan perangko baru dengan foto Presiden Prabowo. Hal ini bagaimanapun juga menunjukkan bahwa pemerintah Ukraina menghargai persahabatannya dengan Indonesia. Mungkin juga
mereka berharap bahwa Indonesia bisa berperan menjadi perantara guna menumbuhkan
genjatan senjata dan perdamaian. Seperti diketahui perang ini jelas hanya menimbulkan
kerusakan material dan kematian penduduk yang sangat tidak diinginkan.
Tentu saja hal serupa juga merupakan harapan pada perang Timur Tengah antara Israel dengan Hamas, serta Hezbollah dan Iran. Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tetapi menjunjung tinggi kebebasan beragama kiranya Indonesia bisa berperan mewujudkan perdamaian dan realisasi dari pengakuan kedua negara Israel dan Palestina yang hidup berdampingan secara damai.
Selain itu, kunjungan seorang Presiden Indonesia ke dua negara penting di Amerika Latin,
Brazilia dan Peru, tentu mempunyai arti tersendiri. Hubungan ekonomi-perdagangan yang
tentunya belum berarti akan dapat ditingkatkan seoptimal mungkin guna kemajuan semua negara yang bersangkutan. Saya kira hal ini belum banyak digali dan masih berpotensi untuk dikembangkan di masa depan secara optimal.
Saya kira pertemuan Presiden Prabowo dengan Presiden Putin juga mempunyai makna tersendiri, demikian pula dengan India. Pemerintah Indonesia sudah secara resmi mengajukan permintaan untuk bergabung dalam rangka BRICS baru-baru ini. Jelas hal ini akan banyak berarti dalam hal perdagangan antara negara-negara anggota.
Indonesia membutuhkan energi dan pupuk yang dimiliki Rusia. Penggunaan teknik pembayaran menggunakan mata uang nasional juga akan membantu memudahkan pengelolaan cadangan devisa negara. Cara tersebut juga digunakan dalam hubungan perdagangan antara negara-negara ASEAN dengan China, Jepang dan Korea Selatan. Karena itu saya melihat potensi yang bagus dari peningkatan hubungan ekonomi-
perdagangan kita dengan negara-negara Latin Amerika dan anggota BRICS. (Dradjad, 15/11/2024).
Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapore.