Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pidato Presiden Prabowo Subianto di Depan Sidang Umum PBB

WhatsApp Image 2025-09-23 at 10.00.38 (1).jpeg
Presiden, Prabowo Subianto bicara dalam High Level International Conference for the Peaceful Settlement of the Question of Palestine and the Implementation of the Two State Solution di sela kegiatan High Level Week UNGA di Markas Besar PBB, New York, Senin (21/9/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Intinya sih...
  • Presiden Prabowo Subianto mendapat kesempatan berpidato di Sidang Umum PBB
  • Prabowo menekankan pentingnya perdamaian di Timur Tengah dan penyelesaian pertikaian Palestina-Israel
  • Indonesia bersedia mengirimkan 20.000 militernya untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saya tidak tahu dengan anda, tetapi saya sebagai seorang patriot Indonesia tidak bisa lain, setelah menyimak pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB baru-baru ini, sangat kagum sekaligus mensyukuri bahwa presiden kita telah berpidato demikian bagus, isi dan penyampaiannya.

Presiden Prabowo mengutarakan masalah yang sangat penting dewasa ini, usul penghentian perang di Timur Tengah, sekaligus penyelesaian pertikaian dengan pengakuan sistem dua negara yang merdeka, Republik Palestina dan Israel. Untuk ini kita semua harus mengakui keberadaan dan kemerdekaan kedua negara tersebut, dan karena itu kita juga harus menjaga keamanan Israel. Dan, Indonesia bersedia mengirimkan 20.000 militernya untuk menjaga keamanan di wilayah tersebut.

Presiden Prabowo menyampaikan pidatonya dalam Bahasa Inggris yang sangat rapi, jelas buat siapa pun yang mendengarnya. Presiden juga disiplin seperti seorang jenderal yang taat waktu, menyelesaikan pidatonya sekitar 12 menit, tetapi isinya padat penuh makna yang mulia. Pidato itu disampaikan secara jelas dengan penekanan di sana-sini yang sangat tepat, terbukti dari tepuk tangan dari para pendengarnya sampai sekitar tutuh kali. Ini begitu bertolak belakang dengan pidato sebelumnya oleh Presiden Donald Trump yang selain memakan waktu 55 menit tanpa ada yang bermakna

Pidato Trump hanya penuh makian terhadap mantan Presiden Biden yang katanya mengizinkan imigran masuk tanpa penyaringan dan berakibat banjirnya penjahat, pemerkosa, penculik, penyebar obat terlarang dan segala kejahatan lain di AS. Trump meneruskan pidatonya dengan membanggakan pembangunan tembok tinggi, sehingga kini AS bebas dari kejahatan. Presiden Trump juga membual bahwa ekonomi AS di masa kepemimpinannya sangat hebat, tumbuh dengan cepat, stabil, tidak ada inflasi dan jutaan orang memperoleh kerja.

Selain itu Presiden Trump juga mencemooh PBB yang dikatakan tidak ada gunanya, gagal menciptakan perdamaian dan melindungi hak asasi manusia. Pokoknya lima puluh menit omongan yang tidak ada gunanya, penuh makian dan semua enggan mendengarkan. Jadi apa hebatnya Presiden Trump ini. Apalagi dibandingkan dengan Presiden Prabowo yang penuh wibawa. Pesannya penuh makna untuk membangun persahabatan antar agama, bangsa, ras, yang ditutup dengan menyampaikan salam dalam segala cara agama di dunia, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Antara bumi dan langit.

Dan saya tidak melebih-lebihkan, bahkan media Israel sangat memuji pidato Presiden Prabowo. Dua hari kemudian diberitakan bahwa Presiden Trump memberikan hak veto kepada Prabowo untuk mendamaikan Palestina dan Israel, apa pula artinya tidak jelas tetapi sangat positif menurut pendapat saya.

Dengan menyebutkan pidato Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Presiden Sidang Umum PBB Annalena Baerbock, Menlu German, Presiden Prabowo menekankan bahwa kita tidak boleh menyerah dalam upaya untuk mendamaikan pertikaian di Timur Tengah antara Palestina dan Israel, demikian pula antara Rusia dan Ukraina. Lebih lanjut Presiden Prabowo menekankan bahwa kita juga harus ikut menjaga keamanan buat Israel, dan Indonesia bersedia mengirimkan 20.000 militernya, wanita dan pria untuk menjaga keamanan perbatasan.

Perjuangan serupa juga harus terus kita lakukan untuk menghapuskan kemelaratan buat semua dan menanggulangi dampak negatif perubahan iklim. Indonesia berjanji mendukung pengurangan emisi karbon sampai nol persen bahkan sebelum 2060 dengan mengandalkan energi berkelanjutan. Indonesia menghargai jasa-jasa PBB dengan segala institusinya, UNICEF, UNESCO, FAO, WHO, dan lainnya yang membantu sejak Indonesia merdeka sampai kini genap 80 tahun seperti usia PBB yang didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Deklarasi PBB mengakui kemerdekaan Palestina diikuti sekitar 150 negara dengan 12 di antaranya menolak dan jumlah yang sama abstain. Yang menolak adalah Israel, AS, Hungaria, Italia, New Zealand, mungkin juga Singapura, sedangkan Jepang belum mengatakan kapan saja, namun nadanya mendukung. Yang paling keras bicaranya tentu saja Israel, di mana PM Netanyahu dalam sambutannya di Sidang Umum PBB menandaskan bahwa tidak akan ada negara Palestina, dan dia bahkan mengancam akan membalas semua negara yang mendukung Palestina, bagaimana cara dan kapan tidak dijelaskan. Semenjak itu berita tidak bisa dipastikan, disebutkan Israel menyerang Gaza lagi, tetapi juga Iran menyerang Israel.

Presiden menyitir diktum filosof dan ahli perang Yunani kuno, Thucydides, yang mengatakan, “Yang kuat melakukan apa yang mereka mau, yang lemah menerima apa yang harus diterima”. Hal ini mendasari persaingan antara negara-negara kota di Yunani Sparta dan Athena yang menimbulkan perang dan berakhir dengan keduanya rusak dan hilang dari sejarah. Kemudian Presiden Prabowo menekankan bahwa kita bersama harus melawan agar hal demikian tidak akan terjadi lagi di bumi yang modern ini.

Hal ini menggarisbawahi pernyataan sekretaris jenderal dan presiden Sidang Umum PBB sebelumnya yang berjanji akan selalu memperjuangkan bersama kemerdekaan bangsa, kebebasan dari kemelaratan, dan perampasan hak asasi manusia yang merupakan hak kodrati anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ini jelas bertolak belakang dari pidato sebelumnya dari Presiden Trump yang mencemooh PBB sebagai organisasi yang tidak ada gunanya, meskipun AS senang menjadi lokasi kantor pusatnya di New York selama ini. Suatu kejadian yang semua yang berakal sehat merasa tidak sepantasnya diucapkan, apalagi oleh seorang Kepala Negara Adikuasa. Ini seperti orang berbuat dosa besar di depan semua orang untuk menyaksikannya, suatu hal tidak pantas dilakukan dalam ruang yang demikian mulia dan semua orang sedang membahas permasalahan penting untuk diupayakan jalan keluarnya. (Dradjad, Singapore, 29/09/2025)

Guru Besar Ekonomi Emiritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEBUI), Jakarta.

Share
Topics
Editorial Team
Umi Kalsum
EditorUmi Kalsum
Follow Us

Latest in Opinion

See More

Pidato Presiden Prabowo Subianto di Depan Sidang Umum PBB

29 Sep 2025, 12:39 WIBOpinion
potret umat peziarah yang berziarah ke Gua Lourdes, Prancis (commons.wikimedia.org/Fabio Alessandro Locati)

Keajaiban Baru di Lourdes

24 Sep 2025, 10:34 WIBOpinion