Seberapa Besar Sih Pengaruh Media Sosial Pada Kesehatan Mental?

Menggunakan media sosial ada plus dan minusnya

Saat menggunakan media sosial, kita mungkin melihat ada teman yang diterima di perusahaan besar, dapat memiliki sebuah rumah, atau sudah dapat menemukan pasangan hidup mereka. Setelah melihat itu semua, kita menilai kalau kehidupan mereka ternyata lebih baik daripada kehidupan kita sendiri. Kita lalu berusaha untuk meraih sama seperti apa yang telah diraih oleh teman kita di media sosial. Padahal itu tidak selamanya bagus untuk kita, khususnya kesehatan mental kita.

Di era sekarang, kesehatan mental menjadi hal yang perlu diperhatikan. Masalah tentang kesehatan mental mayoritas terjadi pada kalangan anak muda. Mereka sering merasa cemas dan khawatir akan suatu hal. Hal tersebut menyebabkan anak muda selalu berpikir berlebihan atau dalam kata lain adalah overthinking, jika terlalu berlarut dapat berpengaruh pada keseharian mereka.

Beberapa orang selalu cemas dan insecure dengan pencapaian yang mereka capai. Mereka sering membandingkan pencapaian diri mereka dengan orang lain di media sosial dan selalu menganggap bahwa pencapaian orang lain lebih baik sehingga membuat mereka tidak mengapresiasi pencapaian mereka sendiri. Ada yang tetap bangkit dan melanjutkan, namun ada juga yang terpuruk akan hal itu. 

Media sosial memiliki berbagai macam manfaat dan dapat membantu di kehidupan kita. Bahkan, saat ini terdapat posisi pekerjaan yang mengharuskan bekerja menggunakan media sosial. Media sosial dapat membantu anak muda berkomunikasi dengan teman, mengejar minat mereka, dan dapat berbagi pemikiran dan ide dengan orang lain. Namun, media sosial juga dapat memengaruhi kesehatan mental kita jika tidak menggunakannya dengan baik.

Platform media sosial yang populer di Indonesia diantaranya adalah Instagram, Tiktok, dan Youtube. Menurut National Institute of Mental Health, penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada anak muda usia 18–25 tahun dan mereka rata-rata menghabiskan tiga jam dalam menggunakan media sosial setiap hari. Padahal penggunaan media sosial lebih dari tiga jam sehari dapat berisiko tinggi terhadap kesehatan mental.

Untuk menghindari rasa insecure ketika melihat ada teman yang lebih sukses dari kita, kita dapat jadikan hal tersebut sebagai motivasi bagi diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Tidak lah harus mendapatkan hasil yang sama seperti teman kita, kita pun dapat membuat goal kita sendiri. Memaksakan goal kita untuk sama seperti teman akan membuat kita khawatir atau bukan frustasi bila tidak dapat mendapatkannya.

Bila telah mendapatkan masalah serius terkait dengan kesehatan mental akibat dari media sosial, kita dapat menghubungi psikolog atau para ahli untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Era digital saat ini, kita bisa mendapatkan pemeriksaan secara online melalui smartphone kita. Banyak aplikasi saat ini yang menyediakan jasa informasi dan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan mental. Karena itu, E-Health menjadi topik yang akan dibicarakan di G20 nanti.

Negara Indonesia terpilih menjadi tuan rumah KTT G20 yang akan dilangsungkan di Bali di bulan November. Pemanfaatan media sosial yang baik untuk kesehatan mental sejalan dengan kalimat Recover Together, Recover Stronger dimana kita harus bangkit dari masalah kesehatan mental kita, dan bangkit menjadi lebih kuat. Presidensi G20 mengedepankan tiga isu prioritas, salah satunya adalah kesehatan global. Isu kesehatan sendiri menjadi atensi di balik pertemuan tingkat tinggi pemimpin dunia ini, khususnya tentang kesehatan mental.

Generasi muda saat ini diharapkan memiliki kesehatan mental yang baik dan dapat memilah mana yang baik dan buruk di media sosial. Karena generasi muda yang sehat dan cemerlang dapat mengarahkan menuju Indonesia yang lebih baik. Maka dari itu, dari artikel yang termasuk dalam 1000 Aspirasi Indonesia Muda ini, mengharapkan penggunaan media sosial khususnya oleh anak muda dapat dikendalikan. Jadikan media sosial sebagai sarana untuk mencari ide dan tempat untuk berekspresi, fokus kepada tujuan utama di kehidupan kita.

Peran orang tua ataupun masyarakat sekitar sangat diperlukan dalam mendukung serta mendampingi masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan. Masyarakat Indonesia perlu memberikan perhatian lebih pada isu kesehatan mental ini. Edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dan memanfaatkan media sosial dengan baik dan digunakan sesuai dengan kebutuhan, khususnya masyarakat di desa yang masih minim literasi tentang kesehatan mental.

Baca Juga: Mengenal Emotional Wellness, Aspek Penting untuk Jaga Kesehatan Mental

Bayu Aji W Photo Writer Bayu Aji W

Gabut aja.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo

Berita Terkini Lainnya