Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Antinatalisme dan Dilema Moral Prokreasi

Orang-orang Yahudi Rusia dan Polandia mencari perlindungan di Inggris. Ilustrasi ini diberi judul "The Alien Invasion: Searching the baggage of immigrant Jews in the Transit Shed at Tilbury" (sekitar tahun 1891). ( http://gallery.nen.gov.uk/asset651431_13564-.html, Public domain, via Wikimedia Commons)

Antinatalisme didasarkan pada Gagasan bahwa Eksistenti membawa lebih banyak Penderitaan daripada Kebahagiaan. Membawa kehidupan baru ke Dunia adalah tindakan yang secara moral tidak dapat dibenarkan.

David Benatar merupakan Pemikir yang kemudian mempopulerkan istilah Antinatalisme. Beberapa Asimetri Hedonis yang diajukan David Benatar salah satunya adalah Ketiadaan Penderitaan, Ketiadaan Penderitaan menurut David Benatar kemudian tidak akan melahirkan ‘akibat’. Hal ini juga berlaku bersamaan dengan Ketiadaan Kebahagiaan, oleh karena itu – Penderitaan yang secara alami akan dijalani Manusia, dengannya lebih baik Manusia sejak awal tidak pernah dilahirkan.

Membawa seseorang dalam Keberadaan tanpa persetujuan merupakan tindakan yang tidak bermoral.

Pessimisme Eksistensial

Penderitaan disebabkan oleh Hidup yang sepenuhnya dikuasai oleh Keinginan (Will), Kebahagiaan adalah Ruang Kosong Sementara dari Penderitaan itu sendiri. Sejak awal Kebahagiaan tidak pernah memiliki Konsep. Antonim Penderitaan yang mana adalah Kebahagiaan merupakan Gagasan Ruang Kosong itu, sehingga manusia seacara sadar membentuk Keburaman dalam hidupnya akibat Dominasi Keinginan, Keinginan untuk Bahagia. Prokreasi atau Proses Bilogis untuk Membentuk Individu baru adalah Penjara Derita.

Pertanyaannya “Apa kamu benar – benar ingin Hidup?”

Kritik atas Optimisme Eksistensial

Dalam Antinalisme Kehidupan bukanlah sebuah Anugrah.

Manusia cenderung memiliki Optimism Bias, di mana kebahagiaan didefinisikan secara berlebihan, dan Penderitaan diremehkan secara sadar. Kemudian yang menjadi masalah dalam hidup adalah Penerimaan Label Berharga karena lahir di dunia, bukan didasari atas Nilai.

Lalu “Apakah Penderitaan mampu dikompensasi oleh Kebahagiaan? Bukankah satu Penderitaan yang cukup besar, tidak dapat diatasi oleh ribuan kebahagiaan – kebahagiaan kecil. Bagaimana jika dibalik, Apakah Satu Kebahagiaan besar mampu mengatasi sedikit saja sumber derita?”

Implikasi Etis dan Moral

Prokreasi tidaklah etis karena Individu baru dilahirkan tidak atas Persetujuannya. Antinatalisme adalah jawaban atas siklus penderitaan, siklus ini dapat diakhiri dengan damai tanpa jawaban – jawaban yang lebih tidak etis seperti Genosida, Perang, dan Semacamnya. Tanggung jawab moral ini kemudian dapat membantu Individu yang kemudian sudah terlanjur Menderita, Lahir, Daripada menciptakan individu baru. Hal ini juga yang membuat Antinatalisme lebih dapat diterima secara moral – umum  dibandingkan Pengakhiran Hidup.

“Bukankah kita terlalu dikuasi oleh rasa tidak bertanggungjawab atas hidup – kematian?”

Hal inilah yang kemudian menjawab kritik atas Antinatalisme “Mengapa seorang Antinatalis tetap Hidup” Sekaligus memberikan jawaban Alternatif  atas Prokreasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Míckaël R. Nainggolan
EditorMíckaël R. Nainggolan
Follow Us