Transformasi ke Energi Terbarukan: Antidot dari Perubahan Iklim

Energi terbarukan adalah solusi mengatasi perubahan iklim

Dewasa ini, persoalan lingkungan dan perubahan iklim sedang menjadi isu yang naik daun. Cuaca ekstrem, gelombang panas yang melanda, kerusakan hutan, dan anomali alam lainnya menjadi pemicu meningkatnya perhatian dunia terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim memang bukan isu baru. Ilmuwan sendiri sudah mulai mengukur dampak emisi karbon dan perubahan iklim sejak 1950-an. Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, juga telah membicarakan perubahan iklim dan mitigasinya melalui Perjanjian Paris (Paris Agreement) pada 2015 lalu.

Pada perjanjian tersebut, dunia sepakat kalau suhu bumi tidak boleh naik lebih dari 2 derajat celcius. Sebab kenaikan 2 derajat celcius atau lebih akan menyebabkan bencana yang luar biasa buat kita. Mulai dari naiknya permukaan laut, frekuensi gelombang panas yang meningkat, hujan lebat, punahnya sebagian spesies flora dan fauna, hingga kita akan kesulitan untuk mendapatkan pangan. Bahkan jika bisa, dunia perlu mengusahakan agar kenaikan maksimal temperatur bumi adalah 1.5 derajat celcius.

Maka dari itu, perubahan iklim perlu dicegah dan salah satu caranya adalah dengan menurunkan emisi karbon melalui transisi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Transisi ke energi berkelanjutan menjadi agenda prioritas di G20

Membangun energi berkelanjutan sendiri menjadi salah satu bahasan prioritas di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Presidensi G20 tahun ini sendiri dilakukan di Indonesia dan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger.” Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak negara G20 untuk saling bahu-membahu membangun dunia yang lebih baik, salah satunya dengan mencegah perubahan iklim.

Untuk mencegah kenaikan suhu di atas 1,5 derajat celcius, emisi karbon global sendiri harus diturunkan sebesar 45 persen hingga 2030 dan mencapai nol emisi karbon di tahun 2050 (5)!

Merespons hal tersebut, negara di dunia berkomitmen untuk menurunkan emisi mereka. Indonesia sendiri berkomitmen untuk menurunkan emisinya sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan 41persen jika menerima bantuan global.

Namun, memenuhi target penurunan emisi bukan perkara mudah

Menurunkan emisi karbon sendiri bukanlah hal mudah, apalagi jika target tersebut harus terpenuhi di 2030. Indonesia perlu melakukan banyak hal secara cepat dan maksimal. Mulai dari menjaga alam Indonesia sebagai brankas karbon, menghijaukan tempat-tempat yang terdeforestasi dan terdegradasi, dan yang tak kalah penting adalah mentransformasi sumber energi dari energi fosil yang menghasilkan banyak emisi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Dilansir Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, saat ini, energi terbarukan di Indonesia baru berkisar 12 persen. Sedangkan 88 persennya masih berasal dari energi fosil.

Mentransformasi energi fosil ke energi terbarukan tentunya bukan perkara mudah. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, untuk mencapai target penurunan emisi di tahun 2030 saja, Indonesia setidaknya membutuhkan 3.500 triliun rupiah! Tentu bukan biaya yang sedikit.

Namun, Indonesia tetap bertekad dengan menargetkan pembangunan energi terbarukan menjadi 23 persen di tahun 2025 dan 31 persen di tahun 2050. Bahkan, beberapa pengamat memprediksi Indonesia mencapai target 2050 lebih cepat.

Mudah, sulit, atau mustahil, mencegah perubahan iklim adalah kewajiban kita

Misi penurunan karbon memang terlihat seperti mission impossible. Tapi, mustahil atau tidak, kita perlu melakukan segalanya untuk mencegah perubahan iklim yang akan berdampak lebih buruk bagi kita. Tugas tersebut bukan hanya tugas PBB dan negara. Tapi, kita sebagai individu juga punya andil untuk menurunkan emisi pribadi kita.

Langkah kecil apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa mulai menghemat penggunaan listrik kita, meminimalisir sampah, mengefisiensikan penggunaan kendaraan pribadi, sampai menggunakan panel surya sebagai sumber listrik di rumah kita.

Yuk, kita bersama bergerak untuk menciptakan bumi yang lebih baik untuk kita dan generasi yang akan datang!

Baca Juga: Menangani Perubahan Iklim, Memperbaiki Nutrisi Generasi

Pradhipta Oktavianto Photo Verified Writer Pradhipta Oktavianto

Seorang penulis random yang hobi mengembara dan mencintai alam

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura

Berita Terkini Lainnya