5 Fakta Kea, Burung Gunung yang Dikenal Paling Cerdas di Dunia

- Kea dikenal sebagai burung paling cerdas di dunia. Mereka punya kemampuan kognitif setara dengan anak manusia berusia empat tahun, bahkan mampu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan koordinasi tinggi.
- Habitat asli kea berada di Pegunungan Alpen selatan Selandia Baru. Cuaca ekstrem, suhu dingin, dan curah salju tinggi membuat kea jadi burung yang tangguh dan pintar beradaptasi.
- Kea terkenal dengan sifat usil dan rasa penasaran tinggi. Mereka punya rasa penasaran yang tinggi terhadap benda-benda baru, membantu mereka bertahan di alam liar yang keras.
Di antara burung-burung yang menghuni pegunungan Selandia Baru, ada satu spesies yang mencuri perhatian karena kecerdasan dan rasa penasarannya yang luar biasa, yaitu kea (Nestor notabilis). Burung ini bukan cuma sekadar indah dengan bulu kehijauan dan kilau jingga di bawah sayapnya, tapi juga punya otak yang tajam layaknya hewan mamalia pintar. Banyak peneliti menyebut kea sebagai “burung nakal” karena tingkahnya yang kerap mencuri benda-benda mencolok dari wisatawan di kawasan Pegunungan Alpen Selatan.
Kalau dilihat sekilas, kea memang tampak seperti burung beo biasa. Namun, di balik matanya yang tajam tersimpan kemampuan berpikir yang menakjubkan. Kea bisa memecahkan teka-teki rumit, bekerja sama dengan sesamanya untuk mencapai tujuan, bahkan memahami konsep sebab-akibat. Yuk, kenali lebih dalam lagi fakta-fakta menarik tentang kea yang bakal bikin kamu kagum sama kecerdasannya!
1. Kea dikenal sebagai burung paling cerdas di dunia

Kea menempati posisi teratas dalam daftar burung paling cerdas di dunia. Penelitian menunjukkan bahwa mereka punya kemampuan kognitif setara dengan anak manusia berusia empat tahun. Mereka bisa menyelesaikan puzzle mekanik, mengenali pola, dan belajar dari pengalaman sebelumnya. Hal ini membuat kea bukan sekadar cerdas secara naluriah, tapi juga adaptif terhadap perubahan lingkungan di habitatnya yang keras.
Para ilmuwan bahkan menemukan bahwa kea mampu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang membutuhkan koordinasi tinggi. Dalam eksperimen laboratorium, dua kea bisa menarik tali bersama agar mendapatkan makanan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh burung lain. Fakta ini menunjukkan betapa tinggi tingkat empati dan kesadaran sosial yang mereka miliki, sifat yang bikin kea layak disebut sebagai “ilmuwan alam liar.”
2. Habitat asli kea berada di Pegunungan Alpen selatan Selandia Baru

Kea adalah satu-satunya burung beo yang hidup di daerah bersalju. Habitatnya berada di ketinggian antara 1.600 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Pegunungan Alpen Selatan, Selandia Baru. Cuaca ekstrem, suhu dingin, dan curah salju tinggi justru membuat kea jadi burung yang tangguh dan pintar beradaptasi.
Mereka sering terlihat melompat-lompat di salju atau terbang di antara tebing curam dengan gaya lincah dan berani. Karena hidup di wilayah ekstrem, kea jadi sangat kreatif mencari makanan, mulai dari biji-bijian, serangga, bangkai hewan, sampai sisa makanan wisatawan. Kalau kamu kebetulan berkunjung ke sana, jangan kaget kalau kea mendekat dan mencoba “mengobrol” atau mencuri sesuatu dari tasmu!
3. Kea terkenal dengan sifat usil dan rasa penasaran tinggi

Kecerdasan kea ternyata berjalan beriringan dengan sifat jahilnya. Mereka punya rasa penasaran yang tinggi terhadap benda-benda baru. Tak jarang kea mendekati mobil, merobek wiper, atau mengambil karet dari jendela kendaraan wisatawan. Tindakan ini bukan karena lapar, tapi murni karena mereka penasaran dan suka menjelajah.
Sifat eksploratif ini membantu kea bertahan di alam liar yang keras. Dengan menjelajahi setiap sudut lingkungan, mereka bisa menemukan sumber makanan baru atau tempat berlindung yang aman. Namun, bagi manusia, kelakuan kea sering dianggap nakal. Meski begitu, siapa yang bisa marah lama pada burung secerdas dan menggemaskan seperti mereka?
4. Suara kea unik dan jadi cara mereka berkomunikasi

Salah satu hal menarik dari kea adalah suara khasnya yang terdengar seperti tawa keras, “keee-aa,” yang menjadi asal nama spesies ini. Suara itu bukan hanya panggilan biasa, tapi juga bentuk komunikasi kompleks antarindividu. Kea bisa menyampaikan perasaan bahagia, marah, takut, bahkan mengajak bermain lewat variasi suara yang berbeda.
Dalam penelitian, suara tawa kea terbukti menular, burung lain yang mendengar suara tersebut cenderung ikut menjadi lebih aktif dan ceria. Hal ini menunjukkan bahwa kea memiliki bentuk emosi sosial, sesuatu yang sangat jarang ditemukan pada burung. Bayangkan, seekor kea bisa menularkan suasana hati positif hanya lewat suaranya. Menarik banget, kan?
5. Kea dilindungi dan jadi simbol penting konservasi Selandia Baru

Sayangnya, populasi kea terus menurun akibat perburuan, racun, dan kehilangan habitat. Kini, kea masuk dalam daftar spesies terancam punah dan dilindungi secara ketat oleh pemerintah Selandia Baru. Banyak lembaga konservasi lokal yang fokus pada perlindungan kea, baik dengan pemantauan populasi, edukasi masyarakat, maupun rehabilitasi habitatnya.
Kea bukan hanya burung pintar, tapi juga simbol penting hubungan manusia dengan alam liar. Melindungi mereka berarti menjaga keseimbangan ekosistem pegunungan Selandia Baru yang indah. Jadi, kalau suatu saat kamu berkunjung ke negeri Kiwi, jangan lupa untuk menghargai keberadaan makhluk cerdas ini—cukup amati dari jauh dan biarkan mereka bebas berekspresi di alamnya sendiri.
Meski tampak jenaka dan jahil, kea adalah simbol betapa luar biasanya kecerdasan alam. Mereka menunjukkan bahwa kepintaran bukan cuma milik manusia, tapi juga makhluk bersayap yang tahu cara bertahan di dunia keras. Belajar dari kea, kita bisa memahami bahwa rasa ingin tahu adalah kunci untuk berkembang. Jadi, jangan pernah berhenti kagum dan teruslah mencari tahu hal baru dari alam sekitar!


















