5 Pulau yang Terancam Hilang karena Naiknya Air Laut

- Tuvalu mengalami kenaikan permukaan laut 15 cm selama 3 dekade terakhir, dengan proyeksi hingga 95% wilayah tergenang pada tahun 2100.
- Kiribati mencatat kenaikan permukaan laut 5-11 cm selama 30 tahun terakhir, mengancam kehilangan rumah dan sumber penghidupan bagi 120.000 penduduknya.
- Marshall Islands mencatat kenaikan permukaan laut sekitar 10 cm dalam 30 tahun terakhir, mengancam pasokan air bersih dan lahan pertanian yang sangat terbatas.
Perubahan iklim bukan lagi isu masa depan—perubahannya tengah berlangsung saat ini, dan dampaknya sudah mulai terasa di berbagai penjuru dunia. Salah satu dampak paling nyata dan meresahkan adalah kenaikan permukaan laut yang perlahan namun pasti, mulai menelan daratan, khususnya negara-negara pulau kecil yang datarannya rendah.
Pada ulasan ini, terdapat lima negara pulau yang saat ini berada di garis depan ancaman eksistensial akibat naiknya permukaan laut. Mulai dari Tuvalu hingga Fiji, pulau-pulau ini tidak hanya harus menghadapi banjir dan erosi, tetapi juga dilema besar, apakah pulau-pulau ini masih bisa bertahan di masa depan?
1. Tuvalu

Tuvalu adalah negara kepulauan kecil di Pasifik yang kini menghadapi ancaman akibat naiknya permukaan laut. Dengan ketinggian daratan rata-rata hanya beberapa meter di atas permukaan laut, negara ini menghadapi tantangan besar yang terus meningkat setiap tahunnya. Melansir reuters, negara ini telah mengalami kenaikan permukaan laut sebesar 15 cm selama tiga dekade terakhir.
Proyeksi menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ke-21, sekitar 50% wilayah Fogafale bisa tergenang secara rutin, dan angka itu dapat meningkat menjadi 95% pada tahun 2100. Hal ini menimbulkan risiko besar terhadap keberlangsungan infrastruktur, kehidupan sosial, dan warisan budaya masyarakat Tuvalu.
2. Kiribati

Kiribati menghadapi ancaman yang sangat nyata dari naiknya permukaan laut, dengan pulau-pulau datarannya mulai tenggelam perlahan-lahan. Selama 30 tahun terakhir, negara ini mencatat kenaikan permukaan laut sebesar 5 hingga 11 sentimeter, dan proyeksi menyebutkan bahwa angka ini bisa meningkat antara 50 hingga 100 sentimeter, bahkan hingga 2 meter dalam skenario terburuk pada akhir abad ini.
Dampak dari kenaikan ini sudah mulai dirasakan melalui banjir yang semakin sering. Sekitar 120.000 penduduk Kiribati kini menghadapi risiko kehilangan rumah dan sumber penghidupan mereka. Sebagai respons terhadap kondisi ini, pemerintah menerapkan kebijakan migration with dignity, sebuah strategi relokasi yang dirancang agar masyarakat bisa pindah dengan persiapan matang.
3. Marshall Islands

Kepulauan Marshall, yang terdiri dari atol-atol dataran rendah di tengah Samudra Pasifik, tengah menghadapi ancaman eksistensial yang sangat serius akibat naiknya permukaan laut. Dalam 30 tahun terakhir, wilayah ini mencatat kenaikan permukaan laut sekitar 10 sentimeter, dan proyeksi menunjukkan kenaikan tambahan lebih dari 19 sentimeter dalam beberapa dekade ke depan.
Dengan ketinggian rata-rata hanya dua meter di atas permukaan laut, potensi banjir yang lebih sering dan masif tak terhindarkan. Jika permukaan laut naik hingga satu meter, 40% bangunan di ibu kota Majuro bisa terendam secara permanen, dan 96% kota tersebut akan mengalami banjir rutin. Hal ini tak hanya mengancam pasokan air bersih dan lahan pertanian yang sangat terbatas.
4. Solomon Islands

Kepulauan Solomon adalah contoh dari negara yang telah kehilangan sebagian wilayahnya karena kenaikan permukaan laut. Setidaknya lima pulau karang telah benar-benar hilang, dan enam lainnya telah kehilangan sebagian besar lahannya. Hal ini berdampak langsung pada komunitas lokal seperti Walande, yang terpaksa meninggalkan pulau mereka dan pindah ke daratan Malaita karena badai yang sering terjadi.
Kenaikan permukaan laut di wilayah ini juga tergolong cepat, melebihi rata-rata global, dengan proyeksi mencapai 0,65 hingga 1,22 meter pada akhir abad ini dalam skenario emisi tinggi. Tantangan yang dihadapi tidak hanya bersifat fisik, tapi juga sosial dan administratif, karena relokasi seringkali terkendala oleh hak atas tanah dan dukungan pemerintah yang terbatas.
5. Fiji

Fiji mungkin lebih dikenal sebagai destinasi wisata tropis, namun negara ini juga menjadi salah satu yang paling terdampak oleh kenaikan permukaan laut di kawasan Pasifik. Lebih dari 600 komunitas pesisir di Fiji diperkirakan harus dipindahkan dalam waktu dekat akibat dampak langsung seperti banjir, intrusi air laut, dan erosi pesisir yang terus meningkat.
Menurut analisis ilmiah, termasuk dari NASA, kenaikan permukaan laut di Fiji diprediksi mencapai setidaknya 15 sentimeter dalam 30 tahun mendatang. Organisasi Meteorologi Dunia juga telah memperingatkan bahwa Fiji menghadapi ancaman eksistensial, dengan prediksi bahwa hingga 6,2% bangunan dapat terendam pada tahun 2100 jika tidak ada intervensi yang cukup.
Fenomena ini memperjelas urgensi tindakan iklim global yang lebih ambisius dan dukungan internasional terhadap negara-negara yang paling rentan. Jika tidak, kita mungkin akan menjadi generasi yang menyaksikan negara-negara menghilang dari peta, bukan karena perang atau konflik, tetapi karena air laut yang terus naik tanpa henti.