7 Fakta Unik Hujan Meteor Epsilon-Perseids September 2025, Sayang Kalau Terlewat!

- Perseid Agustus berbeda dengan Epsilon-Perseids, yang hanya memiliki sekitar 5 meteor per jam.
- Epsilon-Perseids berasal dari sumber misterius dan melesat dengan kecepatan luar biasa, sekitar 64 km/detik.
- Puncak hujan meteor terjadi pada 9 September 2025, meski jumlahnya tetap sekitar 5 meteor per jam dalam kondisi ideal.
Langit malam selalu menyimpan rahasia yang bikin kita takjub. Salah satunya datang dari hujan meteor September Epsilon-Perseids (SPE) yang bakal memuncak pada 9 September 2025. Meski bukan termasuk hujan meteor spektakuler seperti Perseid Agustus, fenomena ini tetap punya daya tarik unik yang jarang dibahas.
Bayangkan, meteor-meteor melesat dengan kecepatan puluhan kilometer per detik, berasal dari sumber yang misterius, dan bisa disaksikan langsung dengan mata telanjang. Yuk, simak fakta-fakta uniknya biar kamu tak ketinggalan momen kosmik ini!
1. Beda dengan perseid Agustus yang populer

Banyak orang salah kira kalau hujan meteor September Epsilon-Perseids sama dengan Perseid Agustus yang terkenal. Padahal beda, loh! Perseid Agustus berasal dari komet 109P/Swift-Tuttle, sedangkan Epsilon-Perseids belum jelas sumbernya. Menurut Star Walk Space, parent body hujan meteor ini masih misterius, kemungkinan dari komet periode panjang yang belum diidentifikasi.
Uniknya, meskipun namanya mirip, kedua hujan meteor ini tidak punya hubungan langsung. Bedanya bisa dilihat dari intensitas, di mana Perseid Agustus bisa sampai ratusan meteor per jam, sementara Epsilon-Perseids hanya sekitar 5 meteor per jam.
Jadi, jangan terkecoh ya. Meski lebih sederhana, Epsilon-Perseids punya pesonanya sendiri buat para pemburu langit malam.
2. Sumbernya masih misterius

Tidak seperti hujan meteor besar lain yang jelas sumbernya, Epsilon-Perseids masih jadi teka-teki. American Meteor Society (AMS) menyebutkan bahwa debris pemicunya diduga berasal dari komet periode panjang, tapi hingga kini belum bisa dipastikan.
Fenomena ini bikin para astronom makin penasaran, karena artinya ada benda langit yang “tak terlihat” tapi meninggalkan jejak debu di orbit bumi. Meteor-meteor ini lalu terbakar ketika masuk atmosfer dan jadi cahaya singkat di langit.
Dengan kata lain, setiap kali melihat meteor SPE, kita sebenarnya sedang menyaksikan pesan kosmik dari objek misterius yang mungkin masih bersembunyi di jagat raya.
3. Kecepatan tinggi, sampai 64 kilometer per detik!

Meteor-meteor SPE melesat dengan kecepatan luar biasa, sekitar 64 km/detik. Data dari CosmoBC, menyebutkan bahwa kecepatan ini membuat jejak meteornya tampak singkat, lebih seperti kilatan cepat daripada garis panjang.
Buat perbandingan, kecepatan ini 180 kali lebih cepat daripada pesawat jet komersial! Jadi, jangan heran kalau kadang kita cuma sempat lihat sekelebat cahaya kecil sebelum menghilang.
Kecepatan ekstrem inilah yang bikin SPE tetap seru ditonton meski jumlahnya tidak banyak.
4. Puncak di 9 September 2025

Hujan meteor ini aktif antara 5—21 September 2025, tapi puncaknya terjadi pada 9 September 2025. Menurut CosmoBC, saat itu peluang melihat meteor paling besar, meski jumlahnya tetap sekitar 5 meteor per jam dalam kondisi ideal.
Sayangnya, tahun ini puncaknya berdekatan dengan bulan purnama (sekitar 97% iluminasi). Cahaya bulan yang terang bisa menutupi meteor-meteor redup sehingga agak sulit diamati.
Namun, kalau kamu cukup beruntung menemukan lokasi gelap dan bisa meminimalisir cahaya bulan, tetap ada peluang melihat beberapa meteor melintas.
5. Radiant berada di rasi Perseus

Sesuai namanya, titik radiant atau asal lintasan meteor SPE berada di dekat bintang Epsilon Perseid di rasi Perseus. Universe Guide mencatat bahwa hujan meteor ini paling mudah diamati dari belahan bumi utara, tapi di Indonesia masih bisa terlihat kalau langit cukup cerah.
Radiant ini baru naik cukup tinggi di langit setelah tengah malam, jadi waktu terbaik untuk mengamatinya adalah menjelang subuh. Sekitar pukul 03.00—04.00 WIB, posisinya sudah lumayan tinggi sehingga meteor lebih mudah terlihat.
Jadi, kalau mau serius berburu, siap-siap begadang atau pasang alarm dini hari!
6. Termasuk hujan meteor minor

Berbeda dengan Geminid atau Perseid Agustus, SPE hanya termasuk hujan meteor minor. Star Walk Space, menyebutkan bahwa intensitas rata-ratanya hanya sekitar 5 meteor per jam, bahkan bisa lebih sedikit jika kondisi langit tidak mendukung.
Tapi, justru karena minor inilah, SPE sering jadi momen intim buat para pengamat langit. Kamu tidak perlu ribut-ribut ramai-ramai, cukup duduk tenang di bawah langit gelap, lalu menunggu keajaiban kecil muncul sesekali.
Ada sensasi eksklusif, yakni seakan-akan bintang jatuh itu ditampilkan hanya untukmu.
7. Cara terbaik menyaksikan SPE 2025

Kalau mau coba melihat SPE, ada beberapa trik. Pertama, cari lokasi gelap jauh dari polusi cahaya kota. Kedua, hindari cahaya bulan langsung dengan berlindung di balik pepohonan atau bangunan. Menurut laman Outside Magazine, trik sederhana ini cukup membantu agar mata bisa lebih peka menangkap cahaya meteor.
Waktu paling pas adalah larut malam hingga menjelang subuh. Jangan lupa bawa jaket, camilan, atau bahkan tripod kamera kalau mau coba astrofotografi.
Meskipun meteor yang terlihat mungkin hanya segelintir, pengalaman menatap langit malam dengan sabar akan jadi kenangan tersendiri.
Hujan meteor September Epsilon-Perseids 2025 memang bukan pertunjukan kosmik paling meriah. Tapi, justru dalam kesederhanaannya, ada keindahan yang berbeda—meteor-meteor misterius, cepat, dan singkat yang membuat kita sadar betapa kecilnya manusia di tengah jagat raya.
Kalau kamu penggemar langit malam, jangan lewatkan kesempatan ini. Siapkan waktu, cari langit gelap, dan biarkan alam semesta menuliskan puisinya lewat cahaya meteor yang melintas sebentar di hadapanmu.