8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umur

Budaya, finansial dan edukasi menjadi sumber permasalahan

Hingga sekarang, masih saja ada praktik pernikahan di bawah umur yang terjadi dalam negara-negara. Tak terkecuali di Indonesia. Tentu saja kamu tidak tahu akan hal itu. Itu karena praktik melakukan pernikahan atau menikahi anak yang masih kecil terjadi di desa-desa terpencil dan tak tersorot.

Padahal menikahi anak-anak di bawah umur bisa membahayakan kesehatan anak tersebut, karena memang secara fisik saja belum siap, apalagi secara mental. Berikut ini negara-negara lain yang masih memperbolehkan adanya pernikahan di bawah umur.

1. Ukraina

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurrtl.de

Ukraina memiliki kebijakan untuk bisa menikah setelah di atas 18 tahun. Tetapi ada pengecualian di mana anak-anak bisa menikah muda dengan disetujui pengadilan, yaitu ketika berada di umur 16 atau 17 tahun.

Syaratnya adalah kehamilan. Pernikahan di bawah umur menjadi lebih tinggi dengan kondisi negara yang miskin, kurang teredukasi dan menjunjung tinggi budaya.

2. Georgia

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurnationalgeographic.com

Sebagai negara Eropa, Georgia adalah negara tradisional yang praktik pernikahan di bawah umur cukup umum. Walaupun adanya pelarangan menikah di bawah 18 tahun, peraturan tersebut ternyata memiliki lubang, yaitu dapat menikah di bawah 16 tahun jika terdapat bimbingan orang tua. Umumnya yang terjadi adalah gadis muda dinikahkan dengan pria yang lebih dewasa.

3. Turki

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umuranadoluturkhaber.com

Di Turki, menggunakan kehamilan sebagai alasan pernikahan bukanlah hal yang aneh. Malahan pernikahan tersebut lebih sering dipaksakan ketimbang diinginkan. Menurut pandangan sana, pernikahan di bawah umur adalah cara mudah membantu sang gadis menjaga keperawanannya.

4. Albania

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurgirlsnotbrides.org

Praktik ini sering terjadi di komunitas yang terisolasi. Anak-anak di komunitas itu tidak akan memiliki pilihan lain jika sang orang tua sudah memutuskan hal tersebut. Dalam beberapa kasus, yang menikahi anak-anak ini berada di luar negeri dan anak muda yang menikah tersebut harus ikut ke luar negeri.

Baca Juga: Punya Reputasi Sadis, 4 Figur Sejarah Ini Dikenal oleh Budaya Pop

5. Kanada

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurlistverse.com

Kanada memang negara yang maju, akan tetapi di area pinggirannya pernikahan di bawah umur banyak terjadi. Untuk menikahkan anak berumur 16 atau 17 tahun, cukup membutuhkan keputusan orang tua tanpa perlu mempertanyakan apa yang diinginkan sang anak.

6. Belgia

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurroughguides.com

Negara ini memiliki kesusahan menguak kasus pernikahan di bawah umur. Alasannya mudah: sang anak takut kepada orang tuanya dan tidak mau membicarakan apa yang terjadi. Dilansir dari tulisan Listverse, setidaknya dari 2010 hingga 2013, ada 53 kasus praktik ini yang dilaporkan ke polisi.

7. Amerika

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurindy100.com

Dengan sistem pemerintahan negara bagian, tentu saja ada kebijakan yang berbeda di tiap negara bagian. Seperti pemerintah New Jersey yang menolak menandatangani pelarangan pernikahan di bawah 18 tahun. Beberapa kasus malahan membawa sang anak terlebih dahulu ke luar negeri dan kembali ke Amerika setelah menikah di luar.

8. Afrika Selatan

8 Negara yang Masih Banyak Kasus Pernikahan di Bawah Umurbrookings.edu

Di sana, terdapat budaya upacara bernama Ukuthwala. Budaya ini berupa pria atau sekelompok orang yang menculik gadis muda yang ingin dinikahi dengan maksud bisa membujuknya untuk dinikahi. Terkadang orang tua si gadis tahu dan setuju anaknya untuk diculik. Hanya saja praktik budaya ini sekarang dikenal diikuti dengan pemerkosaan yang brutal.

Menilik dari alasan mengapa praktik pernikahan di bawah umur ini masih terjadi sampai sekarang sering kali dikarenakan karena kurangnya pendidikan serta permasalahan finansial. Didukung dengan budaya lokal tradisional pula, ini menjadi kasus yang susah diselesaikan.

Apakah kalian memiliki solusi untuk menyelesaikan kasus ini? Yuk, berdiskusi di kolom komentar!

Baca Juga: 10 Budaya Negara Lain yang Merayakan Tahun Baru dengan Cara Berbeda

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya