Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Budaya Protes Prancis Begitu Dahsyat? Ini Alasannya!

demonstrasi di Prancis (Pexels.com/Andrew Taylor)

Bicara budaya protes, Prancis pasti jadi rujukan pertama. Mereka memang bukan satu-satunya negara demokrasi yang hobi protes, tetapi skala dan metode yang mereka pakai cukup efektif dan berdampak. Revolusi Prancis 1789—1799, Commune de Paris 1871, Peristiwa Mei 1968, Demo Kenaikan Upah 1995, sampai Rompi Kuning 2018 adalah beberapa momen protes besar yang dimaksud. 

Padahal, menurut tulisan Frank L. Wilson dalam jurnal French Politics and Society berjudul “Political Demonstrations in France: Protest Politics Or Politics of Ritual?”, Prancis sebenarnya bukan negara yang partisipasi politik nonkonvensionalnya, seperti demo, petisi, boykot, dan lain-lain, tertinggi di Eropa. Swiss justru berada di peringkat pertama dalam aspek tersebut.

Lantas, apa yang membuat budaya protes di Prancis tampak begitu dahsyat? Beberapa faktor ini menjadi alasannya!

1. Metode protes yang kreatif, sehingga menarik media untuk meliput

potret demonstrasi di Prancis (Pexels.com/Alotrobo)

Protes sudah jadi bagian integral dari masyarakat Prancis. Merujuk tulisan Matthew Wills untuk JStor Daily, ini berkaitan dengan ritual bernama charivari. Ritual ini ditemukan di Eropa pada abad pertengahan dan meluas ke benua Amerika lewat kolonialisme dan migrasi. Pada dasarnya, charivari adalah tradisi mengolok orang yang dianggap melanggar norma sosial. Bisa dengan nyanyian, sorakan, atau bahkan aksi lainnya.

Dalam perkembangannya, charivari masuk ke ranah politik dan akhirnya berkontribusi dalam perubahan sistem pemerintahan Prancis dari monarki absolut ke republik pada abad ke-18. Salah satu faktor kesuksesannya adalah metode protes mereka yang tak biasa. Orang Prancis tak ragu melancarkan protes dahulu sebelum metode-metode politik lain macam negosiasi dan dialog dijalankan. Tak jarang, protes ini berdampak besar terhadap kegiatan ekonomi, karena dilakukan oleh hampir seluruh kalangan, terutama kelas pekerja. 

Belum lagi aksi teatrikal mereka yang lumayan ekstrem dan berani. Mulai dari membakar ikan impor, menyemprot pupuk kandang ke kantor pemerintah, sampai ramai-ramai mengenakan rompi kuning sebagai simbol penolakan terhadap kebijakan kapitalis.

Protes di Prancis bisa bertahan sampai beberapa minggu, benar-benar sampai tuntutan mereka dikabulkan. Ini adalah sebuah konsistensi yang tak mudah ditemukan di banyak negara. Sebagai bagian dari budaya, Wilson dalam tulisannya pun menemukan bahwa banyak orang Prancis merasa kalau protes adalah sesuatu yang membanggakan dan layak diromantisasi.

Kreativitas dan kegigihan demonstran pun didukung media yang meliput mereka secara ugal-ugalan alias totalitas. Dibanding media di negara lain, media Prancis cukup rajin memberitakan aksi protes. Ini akhirnya memberikan kesan bahwa protes di Prancis adalah hal besar yang layak diperhatikan. 

2. Kerap langsung menyerang rezim ketimbang menuntut kebijakan spesifik

potret demonstrasi di Prancis (Pexels.com/Mathias Reding)

Faktor lain yang disoroti Wilson dalam tulisannya adalah fakta bahwa aksi protes di Prancis sering kali menyerang rezim secara langsung ketimbang fokus pada kebijakan-kebijakan tertentu. Dengan menyenggol rezim, mereka akan lebih mudah menarik massa dan perhatian pemerintah. Ini karena pemerintah Prancis tahu betul seberapa konsisten, disruptif, dan berdampaknya barikade demonstran. 

Sekalian meningkatkan kredit dan reputasi mereka di mata penduduk, pemerintah Prancis cenderung bersedia membuat kesepakatan dengan demonstran. Ini akan meredam protes dan mengakomodasi semua kepentingan. Sekaligus, jadi faktor yang bikin aksi protes di Prancis tampak efektif alias dahsyat hasilnya.  

3. Tersentralisasi di Paris, sehingga sulit diredam

aksi protes di Prancis (Pexels.com/Paul Gourmaud)

Faktor lainnya yang disinggung Wilson adalah keputusan demonstran untuk memusatkan aksi mereka di ibu kota Paris. Dengan mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya di satu tempat, mereka akan susah diredam dan dibubarkan. Berbeda dengan aksi massa sporadis di beberapa titik sekaligus. Mereka tahu betul kalau partisipasi politik nonkonvensional seperti demonstrasi ini rawan gagal karena tak teroganisir dengan baik. Namun, terbukti memusatkannya di satu titik selalu sukses sejauh ini. 

Membuat gerakan terpusat juga bikin aksi demonstrasi lebih visible dan susah diabaikan. Ini tak hanya menarik perhatian media dan pemerintah, tetapi juga orang-orang awam yang akhirnya tergerak untuk ikut. Apalagi, sering kali protes di Prancis mengangkat isu-isu umum dan luas yang bisa menggerakkan beragam aktor dan menyatukan mereka dalam satu kepentingan, yaitu mereformasi kebijakan yang dianggap tak berpihak pada rakyat.

Budaya protes di Prancis memang sukses membuat banyak warga negara lain iri. Mereka tahu betul kalau kunci dari pemerintah yang baik adalah warga yang hobi komplain dan asertif. Untuk menumbuhkan kesadaran itu, jelas pendidikan berkualitas yang mengajarkan orang berpikir kritis jadi kuncinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us