Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perang Uhud, Sejarahnya yang Penuh Pembelajaran

Masjid Sayed Al-Shuhada di Pegunungan Uhud, Madinah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Sulthan Auliya)
Masjid Sayed Al-Shuhada di Pegunungan Uhud, Madinah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Sulthan Auliya)

Islam adalah salah satu agama terbesar di dunia, dan menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 dalam laman Pew Research Center, Islam akan menjadi sistem kepercayaan yang paling banyak dianut pada tahun 2075. Tidak hanya itu, tetapi juga yang termuda dari agama lain yang paling banyak diikuti. Akan tetapi, jangan sampai keliru dengan sejarah, teologi, dan subjek sensitif lainnya, Islam nyatanya menceritakan kisah yang universal, tidak hanya untuk penganutnya tetapi juga untuk dunia secara keseluruhan.

Sejak kelahirannya pada zaman Nabi Muhammad SAW, Islam mulai mempengaruhi kancah ekonomi dan politik di Timur Tengah (dikenal sebagai Arab pada saat itu) untuk orang-orang di seluruh wilayah. Tidak hanya itu, kebangkitan agama Islam menimbulkan konflik di Eropa, Asia Kecil, dan negeri-negeri jauh lainnya.

Sejarah mengingatkan kita tentang apa yang terjadi ketika ide-ide baru menggulingkan yang lama, dan itu tidak selalu indah. Dengan demikian, Islam dipenuhi dengan banyak kisah tragis yang meliputi perang, pertumpahan darah, dan kekerasan, ketika Islam menjadi kekuatan baru di dunia Arab, salah satunya Pertempuran atau Perang Uhud, yang akan kita bahas.

1. Nabi Muhammad SAW diberikan perintah oleh Tuhan

potret Al-Masjid Al-Haram, Mekah, Saudi Arabia (unsplash.com/Ishan @seefromthesky)
potret Al-Masjid Al-Haram, Mekah, Saudi Arabia (unsplash.com/Ishan @seefromthesky)

Sebelum terjadinya Perang Uhud, Islam sudah ditegakkan dengan baik oleh Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun 570 M dari suku Quraisy di kota Mekah, atau yang ditemukan di Arab Saudi modern. Pada saat itu, Mekah didominasi oleh agama-agama politeistis dan menjadi pusat perdagangan global. Di tempat ini pula, Nabi Muhammad SAW berdagang dan menjadi kaya raya dari usahanya tersebut, tetapi ketika dia berusia sekitar 40 tahun, dia mendapat seruan untuk menjadi rasul.

Teks-teks Islam mengklaim bahwa pada tahun 610 M, Nabi Muhammad SAW bermeditasi di sebuah gua untuk merenungkan suara-suara misterius yang didengarnya. Setelah selesai, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa malaikat Jibril telah memerintahkannya untuk menyampaikan firman Allah kepada semua orang, sebagaimana yang dijelaskan History.

2. Perang Badar

Pemakaman para syuhada Perang Badar Al Kubra di sumur Badar. (commons.wikimedia.org/Dr. Pukhtunyar Afghan)
Pemakaman para syuhada Perang Badar Al Kubra di sumur Badar. (commons.wikimedia.org/Dr. Pukhtunyar Afghan)

Saat Nabi Muhammad SAW mulai menyampaikan wahyu, dia mendapatkan kritik keras dari rekan-rekannya dan warga yang tinggal di Mekkah. Banyak masyarakat Mekkah yang meyakini bahwa kesuksesan kota itu berkat penyembahan mereka kepada dewa-dewa kafir, dan menganggap pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW adalah ancaman terhadap mata pencaharian kota itu sendiri. Namun, kekayaan besar dan status keluarga Nabi Muhammad SAW yang terpandang, membuatnya tidak tersentuh oleh orang-orang yang ingin menjahatinya, tulis laman The Met Museum

Namun, Nabi Muhammad SAW memilih untuk meninggalkan kota itu, jadi dia melakukan perjalanan bersama para pengikutnya, yang akhirnya menjadi bagian sentral dari Islam, yaitu Hijrah. Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya berlindung di kota Madinah, tetapi mereka tidak diberikan perlindungan sipil yang sama seperti kelompok lainnya. 

Kaum Muslim mulai memerangi para pedagang, termasuk sekelompok bangsawan kaya di Badar, memulai pertempuran besar Islam yang pertama. Perang Badar diperjuangkan oleh 300 pengikut Nabi Muhammad SAW dan 1.000 kaum kafir Quraisy, seperti yang dilaporkan Britannica. Terlepas dari rintangan melawan mereka, para pengikut Nabi Muhammad SAW menang.

3. Perang Uhud

Masjid Sayed Al-Shuhada di Pegunungan Uhud, Madinah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Sulthan Auliya)
Masjid Sayed Al-Shuhada di Pegunungan Uhud, Madinah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Sulthan Auliya)

Dengan kekalahan mereka di Perang Badar, kaum kafir Quraisy bersikukuh membalas dendam pada kelompok ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sehingga mereka kembali bertempur di Perang Uhud. Peristiwa di Uhud terjadi pada tahun 624 M, sekitar setahun setelah Perang Badar yang pertama. Komandan Quraisy yang baru, bernama Abu Sufyan, menggantikan pemimpin sebelumnya dengan nama yang sama, ia telah mengirim 3.000 pasukan dan 200 kavaleri untuk melawan Muslim dalam Perang Uhud. Mereka bahkan mengajak para perempuan untuk menguatkan mental serta membawa patung religius salah satu dewa Quraisy.

Sebaliknya, kaum Muslim hanya memiliki sekitar 750 pasukan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan Quraisy. Setelah melempar batu-batu ke penyerang yang datang, kaum Muslim mampu memukul mundur kaum Quraisy ke titik di mana kaum Quraisy menantang kaum Muslim untuk bertempur ganda, yang dimenangkan oleh kaum Muslim. Setelah pertempuran yang penuh gejolak ini, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya bertahan.

4. Kekalahan umat Muslim di Perang Uhud, apa penyebabnya?

Makam Syuhada Uhud, Al Madinah Al Munawwarah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Izhar Azharudin)
Makam Syuhada Uhud, Al Madinah Al Munawwarah, Saudi Arabia. (unsplash.com/Izhar Azharudin)

Menjelang akhir pertempuran, ketika kemenangan menjadi visi yang jelas bagi banyak pengikut Nabi Muhammad SAW, beberapa Muslim percaya bahwa mereka pasti akan menang, akibatnya, mereka melonggarkan posisi di medan pertempuran. Pemanah mulai meninggalkan posisi mereka saat kaum kafir Quraisy mundur, tetapi ini hanyalah strategi perang kaum Quraisy. 

Akibatnya, para pemanah tidak mematuhi perintah yang jelas, karena posisi mereka sangat penting dalam mendorong musuh untuk mundur. Jadi, kaum Quraisy mampu memulihkan keadaan dan akhirnya mengalahkan kaum Muslim dan membuat mereka kalah besar. Alih-alih membunuh Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, kaum Quraisy memutuskan untuk menyatakan kemenangan dan pergi dengan meninggalkan kekacauan yang besar bagi kaum Muslim.

Rasa bangga dan rasa cepat puas kaum Muslim menjadi penyebab kekalahan mereka dalam Perang Uhud, dan menjadi pelajaran untuk selalu mematuhi firman Allah SWT di atas segalanya, atau keinginan dan prediksi mereka tidak akan terwujud.

5. Pelajaran berharga dari Perang Uhud

potret Al-Quran (unsplash.com/T Foz)
potret Al-Quran (unsplash.com/T Foz)

Setelah Perang Uhud usai, umat Islam dan Quraisy saling berhadapan untuk terakhir kalinya dalam Perang Khandaq. Dua tahun setelah Perang Uhud, pada tahun 627 M, kaum kafir Quraisy ingin menjarah kota Madinah, tempat tinggal Nabi Muhammad SAW dan sesama umat Muslim. Madinah dilindungi dari tiga sisi oleh penghalang alami, tetapi memiliki celah di bagian depan utaranya. Atas saran seorang teman, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk menggali parit di sana, tempat yang ternyata sangat penting untuk mengalahkan pasukan Quraisy.

Kaum kafir Quraisy mengirim 10.000 pasukan ke dalam pertempuran, tetapi mereka terhambat oleh pertahanan yang dibuat Nabi Muhammad SAW. Ketika kaum kafir Quraisy dipaksa untuk menyebar, umat Islam menyerang dalam pertempuran strategis, meskipun mereka hanya memiliki sekitar 3.000 pasukan. Umat Muslim akhirnya menang melawan kaum kafir Quraisy.

Nabi Muhammad SAW memberi tahu para pengikutnya bahwa Allah SWT menyatakan bahwa tidak seorang pun akan memenangkan perang melawan Islam. Namun, Perang Uhud sebelumnya mengajarkan dan mengingatkan umat Islam dulu dan sekarang, bahwa pernyataan ini bersyarat, dan kebenarannya bergantung pada apakah mereka menempatkan iman mereka di atas segalanya atau tidak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us