Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Belajar dari Korea Selatan Demi Kemajuan Ekonomi Indonesia

Suasana Kampanye Pilpres Korea Selatan. (IDN Times/Satria Permana)
Suasana Kampanye Pilpres Korea Selatan. (IDN Times/Satria Permana)

Seoul, IDN Times - Korea Selatan patut menjadi salah satu model dalam transformasi ekonomi untuk Indonesia. Dalam sejarahnya, Korea Selatan berhasil mengubah situasi ekonomi dan sosialnya pasca dua peristiwa berdarah yang terjadi, hingga membuatnya sebagai salah satu kekuatan besar di Asia serta dunia.

Pendudukan Jepang serta Perang Saudara sebenarnya sempat membuat Korea Selatan jatuh dalam jurang kemiskinan. Pada 1953, mereka kehilangan banyak aset lantaran sejumlah infrastrukturnya hancur lebur akibat perang. Kala itu, GDP per kapita Korea Selatan berada di bawah 100 dolar Amerika Serikat, membuatnya menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Pada akhirnya, mereka terpicu atas gerakan cepat Korea Utara yang berhasil mengembangkan teknologi militernya atas bantuan Uni Soviet. Korea Selatan langsung bergerak untuk menciptakan sebuah gebrakan demi bisa menyaingi tetangganya tersebut.

Apalagi, masalah Korea Selatan usai pendudukan Jepang dan perang saudara begitu kompleks dengan Seoul yang luluh lantak, banyaknya pengangguran dan area pertanian terbatas, hingga kekurangan sumber daya alam (SDA). Tapi, mereka memiliki sejumlah langkah dan pemerintahnya menciptakan peta jalan hingga model dalam pengembangan ekonominya.

1. Diawali dari Rencana Pengembangan di era Park Chung Hee

Gedung Parlemen Korea Selatan yang terbuka untuk masyarakat. (IDN Times/Satria Permana)
Gedung Parlemen Korea Selatan yang terbuka untuk masyarakat. (IDN Times/Satria Permana)

Pada periode awal, pemerintah Korea Selatan memimpin industrialisasi dengan Presiden Park Chung Hee memperkenalkan Rencana Pengembangan lima tahun sejak 1962-1966. Kala itu, Chung Hee memfokuskan pengembangan pada sektor manufaktur.

Sejumlah insentif serta kebijakan relaksasi atas pajak, menjadi stimulus atas perkembangan industri di Korea Selatan. Lewat gaya militeristik Chung Hee, Korea Selatan mulai tumbuh iklim industrinya.

Hingga, pada 1970-an, giliran sektor swasta yang diminta untuk melakukan diversifikasi. Lagi-lagi, pemerintah berperan dalam memberikan insentif agar mereka bisa menciptakan daya saing, meningkatkan produk, sekaligus kualitas.

2. Kebijakan konsisten di investasi SDM

Suasana Kampanye Pilpres Korea Selatan. (IDN Times/Satria Permana)

Selain itu, pemerintah juga berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM) dengan kebijakan yang konsisten. Salah satu terobosan Korea Selatan adalah pendirian KAIST di 1971, demi meningkatkan jumlah ahli teknologi, demi kepentingan riset dan pengembangan (RnD). Lewat kebijakan yang konsisten dalam SDM, mereka juga mampu meningkatkan angka literasi selama kurun waktu 35 tahun, yang mencapai 90 persen.

"Kami sadar dengan kekurangan yang ada. Apa yang bisa ditingkatkan? SDM, itu jalan keluarnya. Makanya, kami berinvestasi dalam aspek tersebut," kata peneliti Korea Development Institute, Byung Koo Cho, saat ditemui IDN Times bersama 13 jurnalis lainnya dalam program Indonesia Next Generation Journalist by Korea Foundation X FPCI, beberapa waktu lalu.

3. Nilai-nilai kerja keras yang patut ditiru

Gedung Parlemen Korea Selatan yang terbuka untuk masyarakat. (IDN Times/Satria Permana)
Gedung Parlemen Korea Selatan yang terbuka untuk masyarakat. (IDN Times/Satria Permana)

Secara sosial, pemerintah Korea Selatan juga berperan dalam meningkatkan statusnya. Mereka sempat menggagas New Village Movement pada 1970-an agar masyarakat Korea Selatan mau bermigrasi ke wilayah sentral demi meningkatkan produktivitas.

Meski begitu, sempat juga ada masalah ketika upah yang diberikan lebih kecil dari waktu kerja yang panjang. Namun, perlahan para pekerja mendapatkan kenaikan upah yang layak dan standar hidup meningkat.

Paling penting dari Korea Selatan adalah bagaimana kedisiplinan dan etos kerjanya yang tinggi. Secara sosial, masyarakat Korea Selatan menerapkan nilai-nilai konfusian dengan kerja keras, disiplin, dan rasa hormat yang dikombinasikan demi pengembangan ekonominya.

Kemudian, ada perasaan sama rasa yang membuat Korea Selatan pada akhirnya bisa meningkatkan kohesi demi misi meningkatkan daya saingnya secara ekonomi.

Share
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us