Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BPS Catat Nilai Tukar Petani Naik 0,76 persen pada Agustus 2025

Petani saat melakukan pemupukan tanaman padi (IDN Times/Ruhaili)
Petani saat melakukan pemupukan tanaman padi (IDN Times/Ruhaili)
Intinya sih...
  • Faktor kenaikan NTP dipengaruhi oleh peningkatan NTP di tiga subsektor pertanian
  • Subsektor Tanaman Pangan mencatatkan kenaikan NTP tertinggi, naik 2,40 persen
  • Sebanyak 26 provinsi alami kenaikan NTP, dengan Provinsi Bengkulu mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 3,89 persen
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2025 mencapai 123,57, atau meningkat 0,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (IT) tercatat sebesar 153,95 atau naik 0,84 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani (IB) sebesar 124,58 atau naik 0,08 persen.

1. Faktor yang menyebabkan kenaikan NTP

ilustrasi para petani sedang memanen di kebun (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)
ilustrasi para petani sedang memanen di kebun (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan, kenaikan NTP pada Agustus 2025 dipengaruhi oleh peningkatan NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan yang naik 2,40 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,24 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,78 persen.

Sementara itu, dua subsektor lainnya justru mengalami penurunan, yakni subsektor tanaman hortikultura sebesar 6,21 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,51 persen.

“Komoditas yang dominan memengaruhi peningkatan indeks harga yang diterima petani nasional adalah gabah, kelapa sawit, jagung, dan bawang merah,” ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/9/2025).

1. Subsektor Tanaman Pangan catatkan NTP tertinggi

Petani saat melakukan pemupukan tanaman padi (IDN Times/Ruhaili)
Petani saat melakukan pemupukan tanaman padi (IDN Times/Ruhaili)

Jika dilihat berdasarkan subsektornya, subsektor tanaman pangan mencatat kenaikan NTP tertinggi. NTP subsektor ini naik 2,40 persen, didorong oleh kenaikan IT sebesar 2,31 persen dan penurunan IB sebesar 0,09 persen.

"Kenaikan IT pada Agustus 2025 disebabkan oleh naiknya semua indeks pada kelompok penyusun NTPP, yaitu kelompok padi sebesar 2,18 persen dan kelompok palawija (khususnya komoditas jagung dan ketela rambat) sebesar 2,85 persen. Penurunan IB sebesar 0,09 persen disebabkan oleh penurunan Indeks Kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,17 persen, sedangkan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,10 persen," tuturnya.

2. Nilai tukar nelayan naik 0,77 persen

ilustrasi nelayan (pexels.com/setengah lima sore)
ilustrasi nelayan (pexels.com/setengah lima sore)

Dia menjelaskan pada Agustus 2025, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen. Hal ini terjadi karena IT mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen lebih tinggi dari kenaikan IB sebesar 0,10 persen.

Kenaikan IT disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas semua kelompok penyusun NTN, yaitu kelompok penangkapan di perairan umum (khususnya komoditas ikan lais dan ikan baong) sebesar 0,06 persen dan kelompok penangkapan di laut (khususnya komoditas ikan tongkol dan ikan cakalang) sebesar 0,91 persen.

"Kenaikan Ib sebesar 0,10 persen disebabkan oleh kenaikan IKRT sebesar 0,06 persen dan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,12 persen," tegasnya.

3. Sebanyak 26 provinsi alami kenaikan NTP

ilustrasi petani Indonesia (pexels.com/Danang DKW)
ilustrasi petani Indonesia (pexels.com/Danang DKW)

Dari 38 provinsi, sebanyak 26 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 12 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan tertinggi pada Agustus 2025 terjadi di Provinsi Bengkulu, yaitu sebesar 3,89 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Bali yaitu sebesar 2,69 persen.

Kenaikan tertinggi NTP di Provinsi Bengkulu disebabkan oleh kenaikan pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat khususnya komoditas kelapa sawit yang naik sebesar 7,29 persen. Penurunan terbesar NTP di Provinsi Bali disebabkan oleh penurunan pada Subsektor Tanaman Hortikultura khususnya komoditas tomat yang turun sebesar 21,40 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Trump Bebaskan Emas, Tungsten, dan Uranium dari Tarif Dagang Global

06 Sep 2025, 23:26 WIBBusiness