Harga Beras Premium dan Medium Kompak Naik pada Agustus 2025

- Inflasi harga beras di tingkat grosir capai 0,64 persen
- Produksi beras Januari-Oktober diperkirakan capai 31,04 juta ton
- Luas lahan pertanian per Juni capai 0,94 juta hektare
Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras mengalami kenaikan pada Agustus 2025 dan terjadi merata, mulai dari tingkat penggilingan, grosir, hingga eceran. Di tingkat penggilingan, rata-rata harga beras naik 1,87 persen dibandingkan Juli 2025 (month to month/mtm) menjadi Rp13.596 per kilogram (kg).
Jika dibandingkan Agustus tahun lalu (year on year/yoy), kenaikannya mencapai 6,15 persen. Tak hanya itu, kenaikan harga beras juga terjadi di tingkat eceran. Pada Agustus 2025, rata-rata harga beras di tingkat eceran tercatat Rp15.393 per kg, naik dari Rp15.281 per kg pada Juli 2025.
“Jika kita pilah menurut kualitas beras di penggilingan, maka beras premium naik 2,32 persen secara mtm atau 5,77 persen secara yoy. Sementara itu, beras medium naik 1,46 persen secara mtm dan 6,58 persen secara yoy,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers virtual, Senin (1/9/2025).
1. Inflasi harga beras di tingkat grosir capai 0,64 persen

Sementara itu, inflasi harga beras di tingkat grosir tercatat sebesar 0,64 persen dibandingkan rata-rata harga Juli 2025, serta meningkat 5,56 persen secara yoy. Di tingkat eceran, harga beras juga mengalami inflasi sebesar 0,73 persen secara bulanan dan 4,24 persen secara tahunanr.
Dengan demikian, rata-rata harga beras baik di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran mencakup seluruh jenis dan wilayah di Indonesia.
“Harga beras yang kami sampaikan ini merupakan rata-rata harga yang mencakup berbagai kualitas dan seluruh wilayah di Indonesia,” jelasnya.
2. Produksi beras Januari-Oktober diperkirakan capai 31,04 juta ton

Di samping itu, BPS mencatat produksi beras pada Juli 2025 mencapai 2,77 juta ton. Dengan rincian, produksi beras untuk konsumsi pangan masyarakat pada Juli 2025 sebesar 2,77 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 35,01 persen dibandingkan dengan Juli 2024 yang sebesar 2,05 juta ton.
Dengan demikian, angka sementara produksi beras periode Januari–Juli 2025 mencapai 21,93 juta ton, atau meningkat 15,86 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024. Sementara itu, total produksi beras sepanjang Januari hingga Oktober 2025 diperkirakan akan mencapai 31,04 juta ton, atau meningkat sebesar 3,37 juta ton (12,16 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2024.
"Potensi produksi beras pada periode Agustus hingga Oktober 2025 diperkirakan mencapai 9,11 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 0,36 juta ton (4,17 persen) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," tegasnya.
3. Luas lahan pertanian per Juni capai 0,94 juta hektare

Untuk luas panen padi pada Juli 2025 mencapai 0,94 juta hektare, naik 0,23 juta hektare atau 33,20 persen dibandingkan Juli 2024 yang sebesar 0,70 juta hektare. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Juli 2025.
“Ini merupakan hasil pendataan yang kita peroleh, dan menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan gabah kering panen pada Juli 2025,” ujar Pudji.
Sementara itu, potensi luas panen padi pada Agustus–Oktober 2025 diperkirakan mencapai 3,02 juta hektare. Alhasil, total luas panen padi sepanjang Januari–Oktober 2025 diperkirakan sebesar 10,22 juta hektare, atau meningkat sekitar 1,09 juta hektare (11,90 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang mencapai 9,13 juta hektare.
Produksi padi Indonesia pada Juli 2025 diperkirakan sebesar 5,78 juta ton Gabah Kering Panen (GKP), naik 1,51 juta ton (35,41 persen) dibandingkan Juli 2024 yang sebanyak 4,26 juta ton GKP. Potensi produksi padi sepanjang Agustus–Oktober 2025 diperkirakan mencapai 18,86 juta ton GKP,” kata Pudji.
Secara kumulatif, total produksi padi sepanjang Januari–Oktober 2025 diperkirakan mencapai 64,38 juta ton GKP, meningkat 6,98 juta ton (12,16 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2024 yang sebesar 57,40 juta ton GKP.
"Tiga provinsi dengan produksi padi (GKP) tertinggi pada Januari–Oktober 2025 adalah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sementara itu, tiga provinsi dengan produksi padi (GKP) terendah yaitu Kepulauan Riau, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya," ucapnya.