Jepang Perluas Peran Perempuan dalam Pasar Kerja

- Partisipasi perempuan usia kerja di pasar tenaga kerja Jepang mencapai 78 persen pada Juni 2025.
- Hanya sekitar 50 persen pekerja perempuan yang menjadi karyawan tetap, jauh di bawah angka 80 persen bagi pekerja laki-laki.
- Diperlukan langkah konkret seperti memperluas kapasitas penitipan anak setelah sekolah agar perempuan dapat meningkatkan jam kerjanya secara penuh.
Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank of Japan (BOJ), Kazuo Ueda mengatakan, peningkatan jumlah perempuan yang bekerja penuh waktu serta penambahan tenaga kerja asing dapat menjadi solusi atas masalah kekurangan tenaga kerja di Jepang. Hal ini disampaikan Ueda pada acara simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole, Wyoming, Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (23/8/2025).
Menurut Ueda, Jepang menghadapi tekanan ketenagakerjaan yang disebabkan oleh populasi yang menua dan angka kelahiran yang rendah. Ia mengungkapkan, saat ini hanya sekitar 50 persen pekerja perempuan yang berstatus karyawan tetap, jauh di bawah angka 80 persen untuk pekerja laki-laki.
1. Peningkatan pekerja perempuan penuh waktu

Ueda menjelaskan, partisipasi perempuan usia kerja di pasar tenaga kerja Jepang sudah meningkat, bahkan mencapai 78 persen pada Juni 2025. Namun, proporsi perempuan yang bekerja sebagai karyawan tetap masih rendah jika dibandingkan laki-laki.
"Saat ini, hanya sekitar 50 persen pekerja perempuan yang menjadi karyawan tetap, dibandingkan dengan sekitar 80 persen bagi pekerja laki-laki," katanya.
Ia menambahkan, untuk memperbaiki kondisi ini, perlu ada langkah konkret seperti memperluas kapasitas penitipan anak setelah sekolah agar perempuan dapat meningkatkan jam kerjanya secara penuh.
Peningkatan pekerja perempuan penuh waktu ini juga didukung oleh perubahan sosial dan kebijakan yang memungkinkan perlindungan sosial untuk pekerja paruh waktu dan perluasan fasilitas pengasuhan anak. Menurut Ueda, hal-hal tersebut berkontribusi positif dalam meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan dan membantu mengatasi penurunan jumlah pekerja akibat demografi yang menua.
2. Kontribusi tenaga kerja asing dalam mengatasi kekurangan
Ueda juga menyoroti peran tenaga kerja asing yang mulai berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan tenaga kerja Jepang. Ia menyatakan, walaupun pekerja asing hanya sekitar 3 persen dari total angkatan kerja, kontribusi mereka terhadap pertumbuhan tenaga kerja pada periode 2023-2024 mencapai lebih dari 50 persen.
Ini menunjukkan tenaga kerja asing dapat menjadi sumber penting untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di Jepang. Meski demikian, Ueda menekankan peningkatan jumlah tenaga kerja asing memerlukan pembahasan yang lebih luas dan kebijakan yang matang, mengingat faktor sosial, budaya, dan kebijakan imigrasi yang sensitif dan kompleks bagi Jepang sebagai negara dengan demografi yang unik.
3. Tantangan pasar tenaga kerja Jepang saat ini
Selain mengangkat isu peran perempuan dan tenaga kerja asing, Ueda juga memaparkan kondisi pasar tenaga kerja Jepang yang diperkirakan akan tetap ketat. Ia menyebut, pertumbuhan upah mulai meluas dari perusahaan besar ke usaha kecil dan menengah, yang menjadi indikasi positif bagi perekonomian.
"Dengan tidak adanya kejutan permintaan negatif yang besar, pasar tenaga kerja diperkirakan akan tetap ketat dan terus menimbulkan tekanan naik pada upah," ujar Ueda.
Meski Jepang sebelumnya mengalami stagnasi kenaikan gaji selama puluhan tahun akibat ekspektasi deflasi, kini tekanan tenaga kerja telah menjadi salah satu tantangan ekonomi yang paling mendesak bagi negara tersebut.