Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Banyak Startup di Indonesia Gagal? Ini 4 Faktornya

pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)
pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Indonesia adalah surga bagi startup, tapi banyak yang tumbang sebelum sukses. Meskipun ada yang berhasil, jumlah yang gagal jauh lebih besar. Fenomena ini bukan sekadar soal keberuntungan, tapi juga ada faktor ekonomi yang berperan.

Banyak startup tumbuh pesat di awal, tapi sulit bertahan dalam jangka panjang. Mereka menghadapi berbagai tantangan yang sering kali tak disadari sejak awal. Berikut ini adalah empat faktor ekonomi yang membuat banyak startup di Indonesia gagal.

1. Model bisnis gak berkelanjutan

Ilustrasi dana (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Ilustrasi dana (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Banyak startup terlalu fokus pada pertumbuhan cepat tanpa memikirkan profitabilitas. Mereka bakar uang untuk akuisisi pengguna, berharap keuntungan datang belakangan. Sayangnya, tanpa strategi bisnis yang jelas, mereka kehabisan modal sebelum mencapai titik impas.

Investor awal mungkin tertarik dengan angka pengguna yang tinggi, tapi pada akhirnya yang dihitung adalah keuntungan. Jika biaya operasional terus membengkak tanpa ada pemasukan yang stabil, startup bakal kesulitan bertahan. Model bisnis yang gak jelas hanya akan membuat mereka tergantung pada suntikan dana terus-menerus.

2. Ketergantungan pada pendanaan

ilustrasi uang dan handphone (pexels.com/Photo Source: Kaboompics.com)
ilustrasi uang dan handphone (pexels.com/Photo Source: Kaboompics.com)

Banyak startup di Indonesia sangat bergantung pada investasi eksternal. Mereka beroperasi berdasarkan dana dari investor, bukan dari pendapatan bisnis yang nyata. Ketika investor mulai ragu atau kondisi ekonomi memburuk, aliran dana bisa terhenti.

Ketergantungan ini membuat banyak startup kesulitan ketika harus mandiri. Begitu investor menarik diri, mereka tidak punya cukup pemasukan untuk menopang operasional. Inilah kenapa banyak startup tiba-tiba gulung tikar meskipun sebelumnya terlihat berkembang pesat.

3. Pasar yang gak siap

Ilustrasi Pasar yang ramai (pexels.com/ Pew Nguyen)
Ilustrasi Pasar yang ramai (pexels.com/ Pew Nguyen)

Beberapa startup menawarkan produk yang sebenarnya belum dibutuhkan pasar. Mereka mungkin punya ide inovatif, tapi kalau konsumen belum siap, bisnis sulit berkembang. Tanpa riset pasar yang kuat, startup hanya akan membuang sumber daya percuma.

Ketidaksiapan pasar juga bisa terjadi karena kurangnya edukasi ke konsumen. Startup harus memastikan produk atau layanan mereka dipahami dan benar-benar menyelesaikan masalah yang ada. Jika tidak, mereka hanya akan menghadapi penolakan yang terus berulang.

4. Salah kelola keuangan

ilustrasi pria memegang handphone (pexels.com/Erick Gielow)
ilustrasi pria memegang handphone (pexels.com/Erick Gielow)

Keuangan yang buruk adalah penyebab utama kejatuhan banyak startup. Banyak yang terlalu boros dalam pengeluaran, seperti menyewa kantor mewah atau merekrut terlalu banyak karyawan. Mereka lupa bahwa efisiensi adalah kunci bertahan di dunia bisnis.

Selain itu, banyak startup kurang memiliki perencanaan keuangan yang matang. Mereka gak menghitung dengan benar berapa lama dana yang ada bisa bertahan. Akhirnya, ketika pemasukan belum stabil, mereka kehabisan dana dan terpaksa menutup bisnis.

Banyak faktor ekonomi yang membuat startup gagal, dan semuanya bisa dihindari dengan strategi yang tepat. Startup yang bertahan bukan hanya yang punya ide bagus, tapi juga yang bisa mengelola bisnisnya dengan bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us