Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Startup Runtuh Setelah Dapat Pendanaan? Ini Alasanya

pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)
pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Banyak startup bermimpi mendapatkan pendanaan besar, berharap bisa berkembang pesat. Namun, kenyataannya, banyak dari mereka justru tumbang tak lama setelah menerima suntikan dana. Fenomena ini sering terjadi dan menjadi pelajaran penting bagi para pendiri bisnis rintisan.

Masalahnya bukan hanya soal uang, tapi bagaimana cara mengelolanya dengan bijak. Banyak startup yang terlalu optimis, mengira dana besar bisa menyelesaikan semua masalah. Padahal, tanpa strategi yang tepat, dana itu justru bisa mempercepat kehancuran.

1. Pemborosan dana tanpa perhitungan

ilustrasi belajar dengan teknik mind mapping (pexels.com/Startup Stock Photos)
ilustrasi belajar dengan teknik mind mapping (pexels.com/Startup Stock Photos)

Saat dana melimpah, startup sering kali menghabiskannya tanpa perhitungan matang. Biaya operasional membengkak, gaji karyawan naik drastis, dan pengeluaran untuk pemasaran terlalu agresif. Semua ini dilakukan dengan harapan bisa cepat mendominasi pasar.

Masalah muncul ketika pertumbuhan yang diharapkan tidak terjadi sesuai rencana. Pengeluaran besar tanpa pemasukan yang stabil membuat perusahaan kehabisan uang lebih cepat. Akhirnya, investor kehilangan kepercayaan, dan startup pun harus menutup usahanya.

2. Model bisnis lemah

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/George Milton)
ilustrasi mahasiswa (pexels.com/George Milton)

Banyak startup mendapat pendanaan karena janji pertumbuhan yang menarik, bukan karena bisnisnya benar-benar solid. Mereka sering kali menawarkan produk atau layanan yang belum terbukti keberhasilannya. Akibatnya, saat harus menghasilkan keuntungan, mereka kesulitan bertahan.

Model bisnis yang lemah membuat pendanaan besar justru menjadi beban. Ketika uang terus mengalir tanpa arah yang jelas, perusahaan kehilangan fokus. Alih-alih berkembang, mereka justru terjebak dalam lingkaran pengeluaran tanpa hasil yang nyata.

3. Perekrutan yang tidak efektif

ilustrasi wanita berjabat tangan (pexels.com/fauxels)
ilustrasi wanita berjabat tangan (pexels.com/fauxels)

Setelah mendapat dana besar, banyak startup terburu-buru merekrut karyawan dalam jumlah besar. Mereka percaya semakin banyak tim, semakin cepat pertumbuhan yang bisa dicapai. Padahal, tanpa struktur yang jelas, tim besar justru bisa memperlambat operasional.

Perekrutan tanpa strategi juga sering berujung pada gaji tinggi tanpa kontribusi sepadan. Startup akhirnya harus membayar banyak karyawan yang tidak benar-benar dibutuhkan. Ketika keuangan mulai menipis, mereka terpaksa melakukan PHK besar-besaran yang merusak citra perusahaan.

4. Ketergantungan pada pendanaan

ilustrasi uang koin dan kertas (pexels.com/ David McBee)
ilustrasi uang koin dan kertas (pexels.com/ David McBee)

Banyak startup bergantung sepenuhnya pada pendanaan tanpa memikirkan bagaimana menghasilkan keuntungan. Mereka terus membakar uang dengan harapan mendapatkan pendanaan baru. Saat aliran dana terhenti, mereka tidak memiliki cadangan yang cukup untuk bertahan.

Pendanaan seharusnya menjadi dorongan, bukan satu-satunya sumber keberlanjutan. Startup yang gagal memahami ini akan kesulitan saat harus mandiri secara finansial. Tanpa arus kas yang sehat, mereka tidak bisa bertahan dalam jangka panjang.

Pendanaan besar memang penting, tapi bukan jaminan kesuksesan. Startup harus memiliki strategi yang jelas dalam mengelola uang, membangun model bisnis yang kuat, dan merekrut tim dengan bijak. Jika hanya fokus pada pertumbuhan instan tanpa perhitungan matang, kebangkrutan hanya tinggal menunggu waktu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fahri risar
EditorFahri risar
Follow Us