Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kertas Bekas Penyambung Kehidupan

Tas produksi Craft Sebelas Kopi (Dokumentasi Pribadi)

Jakarta, IDN Times - Kertas bekas dianggap tak memiliki nilai sedikit pun bagi kebanyakan orang. Namun, ketika berada dalam genggaman Brian Wiryawan, pemilik Craft Sebelas Kopi, kertas bekas bisa menjadi karya seni bahkan suvenir yang memiliki nilai tinggi.

Tak main-main, hasil karya Craft Sebelas Kopi bukan hanya dikenal di Indonesia. Produk yang dihasilkan Craft Sebelas Kopi kini sudah dikenal di sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, bahkan Korea Selatan.

"Alhamdulillah, dari Craft Sebelas Kopi, saya bisa seperti sekarang. Saya bisa punya empat warung kopi juga, dan dikenal. Semua dari Craft Sebelas Kopi," ujar Brian saat ditemui IDN Times baru-baru ini.

Brian mengembangkan Craft Sebelas Kopi tak dalam waktu singkat. Ada proses yang harus dilewatinya. Menarik, karena Craft Sebelas Kopi, dijelaskan Brian, justru lahir dari kebosanan. Bagaimana ceritanya?

1. Berawal dari iseng

Semua bermula pada 2017 silam, ketika Brian merasa sudah bingung. Bukan karena kondisi ekonominya sulit. Sebaliknya, saat itu Brian menilai ekonominya sudah berada dalam level yang sangat mapan.

Pada momen tersebut, Brian memimpin perusahaan miliknya. Omset perusahaan yang bergerak di bidang distribusi itu, diceritakan Brian, bisa mencapai miliaran rupiah. Pun, segala kegiatan operasional sudah ditangani karyawannya.

"Jadilah, saya datang ke kantor, cuma ketemu klien, lalu tanda tangan berkas kerja sama, order, dan lainnya. Ada rasa begini 'Apa yang bisa saya kerjakan lagi ya?'. Kira-kira seperti itulah awal mulanya," kata Brian.

Kemudian, Brian melihat ada banyak sampah kertas yang menumpuk di ruangannya dan gudang. Otaknya berpikir keras, dan merasa kertas tersebut bisa digunakan untuk dijadikan karya seni.

Brian kemudian mulai melinting kertas tersebut. Dia merangkai sendiri, tumpukan kertas bekas faktur yang ada di kantornya menjadi sebuah karya seni.

"Waktu itu bikin kotak tisu, miniatur perahu, dan macam-macam lah. Saya kan orangnya gak bisa diam, iseng cari-cari apa yang bisa dikerjakan. Lihat tumpukan kertas faktur, ya mulai linting-linting," ujar Brian.

2. Ditunjuk jadi Ketua RT dan kian besar

Produk Craft Sebelas Kopi yang dipamerkan dalam pameran kerajinan (Dokumentasi Pribadi)

Awalnya pula, Brian belum berniat menjadikan keisengannya itu sebagai bidang usaha lain. Hingga, momen itu muncul, Brian diminta menjadi ketua Rukun Tetangga (RT), di wilayahnya.

Dari sinilah, Brian sempat ditanyakan oleh warganya, kegiatan apa yang bisa membuat lingkungan menjadi lebih guyub.

"Saya bilang 'Yuk diajarin buat kerajinan'. Mulai lah kami buat kerajinan dari kertas itu. Warga berdatangan untuk berkegiatan menciptakan karya seni. Lumayan jumlahnya yang ikut, puluhan. Ibu-ibu dari lingkungan sekitar belajar menganyam dan sebagainya," terang Brian.

Ketika lingkungannya mulai berkembang, makin banyak ibu-ibu dari lingkungannya yang ingin belajar menganyam. Akhirnya, pelatihan yang diberikan Brian meluas hingga lingkungan Rukun Warga (RW).

Pun, sempat ada kebingungan ketika warga lingkungan Brian sudah menghasilkan banyak produk dari kerajinannya. Akhirnya, ada momen mereka untuk mengikuti pameran berskala Kabupaten. Kala itu, Dinas Koperasi Kabupaten Bogor, mengajak Craft Sebelas Kopi memamerkan karya seninya.

Ketika itu, produk yang dihasilkan oleh Craft Sebelas Kopi beragam, mulai dari kotak tisu, tempat jarum pentul, tas, vas bunga, dan lainnya. Tas menjadi fokus dari Craft Sebelas Kopi. Selain karena dipakai untuk keseharian, karya seni yang dikembangkan lewat tas juga beragam dan unik. Identitas dari tas yang diproduksi Craft Sebelas Kopi, begitu kental dengan nuansa etnik.

Harga tas yang dibanderol juga tak mahal, berkisar Rp150 ribu. Sempat ada tas pesanan khusus dari Singapura, dan harganya berbeda karena memang memiliki nilai seni tak biasa. Kala itu, Brian membanderolnya di angka Rp1.000.000.

"Kami sempat bingung nih, mau disalurkan ke mana, dijual ke mana? Akhirnya, ada tawaran dari Dinas Koperasi, kami ikut pameran. Dari skala kecil, kemudian diajak ke yang lebih besar. Alhamdulillah akhirnya bisa dikenal, bahkan sampai ke negara lain di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, bahkan hingga Korea Selatan," ujar Brian.

Dari momen inilah, Brian akhirnya mematenkan Craft Sebelas Kopi. Dia membangun galeri di rumahnya sebagai wadah dan lokasi untuk warganya belajar kerajinan, hingga memasarkannya.

"Saya pinjam ke BRI waktu itu, untuk membangun galerinya yang kini ada di depan rumah," kata Brian.

3. Kertas bekas yang memberi manfaat

Keunikan dan ciri khas karya Craft Sebelas Kopi bahkan sampai menarik minat istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Atalia Praratya. Secara khusus, pada Juli 2019 lalu, Atalia sempat berkunjung ke galeri Craft Sebelas Kopi.

Brian mengenang bagaimana Atalia menyanjung hasil karya Craft Sebelas Kopi. Momen Atalia datang ke galeri, menurut Brian, bak menjadi jalan buatnya mengembangkan Craft Sebelas Kopi untuk jadi lebih besar dan memberikan manfaat secara ekonomi.

Akhirnya, Brian mantap membangun bisnis berkonsep social enterprises. Sebab, saat itu dia mulai mendapatkan banyak pesanan dan kesempatan untuk mengembangkan Craft Sebelas Kopi menjadi lebih besar.

"Kami dapat galeri gratis waktu itu di Dusun Bambu, Lembang. Setelahnya, ada pula galeri yang disediakan buat kami di hotel-hotel ternama. Warga mulai bergerak. Alhamdulillah, dari sini ada lapangan pekerjaan yang bisa digarap buat mereka. Akhirnya, kami bikin sistem khusus agar ibu-ibu di lingkungan bisa mendapatkan penghasilan. Apalagi, saat itu para pejabat mulai mengenal Craft Sebelas Kopi dan pesanan mulai berdatangan," jelas Brian.

Brian akhirnya membuat sistem penghasilan di Craft Sebelas Kopi berdasarkan pembagian kerja. Misalnya, melinting, proses termudah, mendapatkan bayaran Rp50 per satu lintingan.

Secara nominal memang kecil. Namun, dijelaskan Brian, ibu-ibu di wilayahnya bisa mendulang minimal Rp75 ribu dari hasil lintingannya.

"Hidup harus memberi manfaat. Jadi, bagaimana saya memberikan edukasi, hingga akhirnya ibu-ibu di lingkungan ini bisa berpenghasilan, mencukupi kehidupannya. Itu cukup, saya senang karena pada akhirnya kami bisa mengembangkan potensi mereka," kata Brian.

"Seleksi alam memang terjadi, ada ibu-ibu yang akhirnya mundur. Lalu, ada yang membuka usaha sendiri. Saya tidak marah, karena ada manfaatnya. Saya senang karena secara sosial, hidup ini memberikan manfaat," lanjutnya.

4. Nyaris saja distribusi karya ke Jerman

Bisnis Brian lewat Craft Sebelas Kopi sejatinya tidak melulu berjalan mulus. Dia berkisah, sebenarnya produk Craft Sebelas Kopi nyaris saja dipasarkan di Jerman.

Semua bermula ketika ada seorang pengusaha Jerman yang minta sampel cerutu kepada Brian. Saat itu, Brian mampu memenuhinya, baik dari segi kuantitas dan kualitas.

Hingga, akhirnya pengusaha Jerman itu ingin memesan cerutu yang lebih banyak dari Craft Sebelas Kopi.

"Pengalaman yang membanggakan, tapi sebenarnya miris juga. Sebab, ketika itu pesanan yang datang luar biasa. Sampel sudah disetujui, beliau lunasi biaya yang dikeluarkan pula. Ketika itu, dia datang ke Indonesia langsung untuk tanda tangan kontrak. Saat kami tanda tangan kontra siangnya, malam hari ada kabar kalau Jerman lockdown akibat pandemik COVID-19. Jadilah, kontrak batal karena alasan force majeure," kata Brian.

5. Kini benar-benar buka kedai kopi

Kedai kopi milik pendiri Craft Sebelas Kopi Brian Wiryawan, B'Qin Cafe (Dokumentasi Pribadi)

Brian mengakui saat ini Craft Sebelas Kopi sedang vakum. Sejak pertengahan 2022 lalu, dia mengambil keputusan tersebut. Hingga akhirnya, Brian mengembangkan bisnis lain, yakni warung kopi bernama B'Qin Coffee.

Saat ini, dia memiliki empat cabang B'Qin Coffee. Brian menyatakan, empat warung kopi yang dimilikinya bisa muncul akibat Craft Sebelas Kopi. Pun, dalam membangun B'Qin Coffee, ada konsep social enterprises yang diterapkan oleh Brian, dengan mengambil beberapa tenaga kerja dari lingkungannya.

"Namanya Craft Sebelas Kopi. Sebenarnya berasal dari lingkungan sekitar. 'Sebelas', artinya diambil dari RW 11. Sedangkan, 'Kopi' merupakan nama wilayah kami, Kebon Kopi. Mungkin juga, dari sinilah ada jalan buat saya mengembangkan bisnis kopi. Entah nantinya punya 11 warung kopi, mungkin saja. Saya tak mau membohongi diri sendiri. Tapi, dari Craft Sebelas Kopi, saya bisa seperti ini," ujar Brian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Satria Permana
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us