Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kontribusi Investasi Asing ke Ekonomi Masih Rendah, Regulasi Jadi PR

Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Kontribusi FDI terhadap PDB RI masih di bawah 2 persen, jauh kalah dari Vietnam yang sudah mencapai 4-5 persen.
  • Bank Dunia menekankan pentingnya reformasi untuk mendorong produktivitas dan daya saing agar Indonesia bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.

Jakarta, IDN Times - Center for Market Education (CME) membeberkan saat ini kontribusi penanaman modal asing atau foreign direct investment (FDI) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih rendah, yakni di bawah 2 persen.

Dalam policy brief terbaru yang berjudul Revolutionizing FDI Policy Towards Equitable Growth in Indonesia, yang diluncurkan CME bersama Universitas Prasetiya, kontribusi FDI disebut masih rendah dibandingkan Vietnam yang sudah mencapai 4–5 persen.

Bahkan, menurut CME, yang lebih mengkhawatirkan karena sebagian besar FDI ke Indonesia masih bersifat market-seeking, yang mengandalkan demografi raksasa Indonesia semata tanpa mendorong produktivitas atau ekspor.

1. Penting buat capai Indonesia Emas 2045

ilustrasi bisnis (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi bisnis (IDN Times/Aditya Pratama)

Bank Dunia atau World Bank sendiri menjabarkan tantangan ke depan ada pada reformasi yang mendorong produktivitas dan daya saing. Menurut Bank Dunia, itulah jalan krusial agar Indonesia bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi sesuai visi Indonesia Emas 2045.

“Negara tetangga sudah menjemput bola, Indonesia jangan sampai ketinggalan. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mendorong masuknya arus investasi asing,” kata Akademisi Universitas Prasetiya Mulya dan CME Chief Economist, Alvin Desfiandi dikutip Rabu, (16/4/2025).

2. ASEAN jadi sasaran investasi global

Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kontribusi FDI menurut CME harus ditingkatkan, karena tepat dengan momentum di mana ASEAN saat ini menjadi kawasan tujuan investasi global terbesar pascapandemik COVID-19.

Di saat arus investasi dunia menurun drastis, turun 33 persen dari 2 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015 menjadi 1,3 triliun dolar AS pada 2023, Asia Tenggara justru mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 92 persen, dari 120 miliar dolar AS menjadi 230 miliar dolar AS di periode yang sama.

Bukan sekedar angka, arus modal yang masuk ke Indonesia berdampak langsung dan nyata terhadap masyarakat luas, mulai dari pelaku UMKM hingga jaringan pemasok lokal.

3. Indonesia harus aktif sebelum ketidakpastian global meningkat

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk meningkatkan FDI, Alvin menyatakan pemerintah harus serius dalam memperkaya ekosistem investasi dan membuka ruang bagi pelaku yang lebih beragam dan berdampak, membuat kebijakan yang lebih inklusif, dan meninjau ulang persyaratan modal minimum.

Dia mengatakan, peningkatan FDI perlu segera diwujudkan sebelum ketidakpastian global makin meningkat usai dipicu oleh perang tarif.

“Tidak hanya fokus kepada tujuan jangka panjang, tetapi juga capaian jangka pendek yang bisa diraih melalui deregulasi yang tepat sasaran,” tutur Alvin.

Dari perspektif hukum dan regulasi, Safita Narthfilda dari TRILEXICA at Law mengangkat adanya urgensi untuk melakukan terobosan seperti regulatory sandbox yang ramah inovasi. Menurutnya, terobosan itu bisa mempercepat dan memutakhirkan proses perizinan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
Jujuk Ernawati
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us