Merdeka Gold (MDKA) Berambisi Jadi Perusahaan Tambang Tebesar Ketiga

- MDKA berambisi menjadi perusahaan tambang terbesar ketiga di Indonesia setelah Freeport dan Newmont.
- Bumi Suksesindo mendapatkan jatah lahan seluas 4000 hektare, dengan tambang bawah tanah tepat berada di tambang terbuka.
- MDKA menyumbang 10-15% produksi tembaga Indonesia, dan proyek Tujuh Bukit diperkirakan mampu memproses 24 juta ton bijih tembaga per tahun.
Banyuwangi, IDN Times - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatat nilai investasi proyek tambang bawah tanah (underground) tembaga dan emas Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur, akan menyentuh 1,5 miliar dolar AS. Angka ini masih di luar pengembangan smelternya.
Hal itu disampaikan Head of Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk Tom Malik saat lokakarya media di Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (8/11/2025).
"Perkiraan buat pengembangan tambang bawah tanahnya dan processing sampai konsentrat saja perkiraan antara 1 miliar sampai 1,5 miliar (dolar AS). Belum yang tadi ceritanya, belum smelter. Smelter-nya belum, belum masuk ke situ," kata Tom Malik.
1. Bakal jadi perusahaan tambang terbesar ketiga setelah Freeport

Proyek yang digarap oleh anak usahanya, PT Bumi Suksesindo (BSI) telah dimulai dengan nilai investasi sebesar 200 juta dolar AS pada 2018. Proyek bawah tanah Tujuh Bukit masih dalam tahapan praproduksi, pengeboran baru dilakukan hanya pada permukaan.
Sementara dari tambang terbuka, untuk tahun ini, MDKA menargetkan produksi 100-110 ribu ounces emas dan 11-13 ribu ton tembaga.
"Kalau ini memang mulai beroperasi, kita akan menjadi tambang tembaga ketiga terbesar di Indonesia setelah Freeport dan Newmont," kata dia.
2. Bumi suksesindo dapat jatah lahan 4000 hektare

Tom menambahkan, berdasarkan Izin Isaha Pertambangan (IUP) BSI mendapatkan jatah lahan seluas 4.000 hektare, tapi yang terjamah baru sekitar 900 hektare. Ia mengatakan, tambang bawah tanah tepat berada di tambang terbuka.
Namun, ia menegaskan, 900 hektare lahan tersebut bukan hanya diperuntukan untuk tambang, tapi juga untuk proses plant dan perumahan karyawan yang bekerja di BSI.
"IUP-nya Bumi Suksesindo itu sekitar 4.000-an hektare. Saat ini yang sudah terjamah atau digunakan itu 900-an hektar," kata dia.
" Jadi, yang di bawah tanah itu eh, tambang bawah tanah itu berada persis di bawah tambang terbukanya, ya. Maksudnya yang 900 itu? Eh, tidak hanya pit-nya ya, tentunya ada processing plant, untuk perumahan karyawan dan lain-lain. Itu totalnya sekitar 900 hektare," sambungnya.
3. Sumbang 15 persen produksi tembaga Indonesia

Tom menambahkan, secara nasional MDKA menyumbang total 10 persen hingga 15 persen produksi tembaga Indonesia. Memurut dia, Indonesia masih punya cadangan tambang yang melimpah, tapi dibutuhkan inbestasi besar.
"Jadi, technically bisa menambah produksi Indonesia 10 sampai 15 persen. Produksi tembaga. Jadi, tambang yang sangat potensial tapi juga tidak simpel dan butuh investasi yang besa," kata dia.
Tom menyampaikan tambang terbuka Tujuh Bukit masih bisa beroperasi hingga 2030. Pihaknya berharap transisi dapat berlangsung tanpa jeda.
"Kami harap bisa terjadi transisi langsung, tidak ada jeda. Tapi, belum keluar detailnya. Kami sedang feasibility study (studi kelayakan) untuk detailnya. Tahun ini mestinya selesai feasibility study-nya," kata Tom.
Setelah studi kelayakan rampung, proyek akan masuk ke tahap konstruksi sebelum menuju ke fase produksi. Berdasarkan hasil studi prakelayakan (pre-feasibility study) pada Mei 2023, saat puncak produksi, proyek tembaga Tujuh Bukit diperkirakan mampu memproses 24 juta ton bijih tembaga per tahun untuk menghasilkan lebih dari 110 ribu ton tembaga dan 350 ribu ounces emas per tahun selama lebih dari 30 tahun.


















