Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembelian Rumah Harga Rp200 Juta-Rp600 Juta Naik 8 Persen

CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara Permata (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
CEO dan Founder Pinhome Dayu Dara Permata (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Pembelian rumah menengah ke bawah naik 8 persen pada kuartal II-2024, sementara rumah menengah ke atas turun 26 persen.
  • Mayoritas pembelian rumah segmen menengah terjadi di area sub-urban Jakarta, terutama di Bogor dengan 56 persen dari total pembelian.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Di tengah penurunan kelas menengah yang terjadi saat ini, pasar properti Indonesia terus menunjukkan dinamika menarik terutama dalam segmen rumah residensial.

CEO & Founder Pinhome, Dayu Dara Permata mengungkapkan, pembelian rumah menengah ke bawah meningkat 8 persen pada kuartal II-2024 dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Pembelian rumah menengah cenderung ke bawah dengan harga Rp200 juta sampai Rp600 juta naik 8 persen, sedangkan rumah menengah ke atas dengan harga di atas Rp3 miliar menyusut drastis 26 persen," tutur Dara dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (8/10/2024).

1. Bogor jadi area favorit pembelian rumah segmen menengah ke bawah

ilustrasi wisata Bogor (unsplash.com/ammar_andiko)
ilustrasi wisata Bogor (unsplash.com/ammar_andiko)

Dara pun mengungkapkan, tren pembelian rumah segmen menengah ke bawah paling banyak terjadi di area sub-urban Jakarta, seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Tangerang. Namun, Bogor menjadi area paling favorit pembelian hunian segmen menengah ke bawah.

"Data menunjukkan bahwa mayoritas pembelian rumah di segmen ini terkonsentrasi di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor yang mencatatkan 56 persen dari total pembelian. Hal ini mengindikasikan bahwa area Bogor semakin menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mencari hunian terjangkau di kawasan sub-urban Jabodetabek," tutur Dara.

Adapun sisanya sebesar 23 persen memilih Bekasi, 11 persen Depok, dan 8 persen Tangerang, serta hanya 2 persen memilih Jakarta.

2. Penurunan permintaan KPR/KPA

ilustrasi KPR (unsplash.com/Tierra Mallorca)
ilustrasi KPR (unsplash.com/Tierra Mallorca)

Di sisi lain, Dara turut mengungkapkan adanya penurunan dalam permintaan kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit pemilikan apartemen (KPA) sepanjang kuartal II-2024.

"Penurunan permintaan KPR dan KPA pada kuartal II-2024 turun sebesar 8 persen dibandingkan kuartal I-2024 karena meskipun animo pembelian rumah masih tinggi, keputusan pengajuan KPR/KPA sangat dipengaruhi tingkat suku bunga," ujar Dara.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen pada kuartal II-2024 sehingga secara langsung mempengaruhi turunnya permintaan terhadap KPR dan KPA.

3. Plafon KPR/KPA menurun

Ilustrasi Kredit Cicilan Rumah. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Kredit Cicilan Rumah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain permintaan KPR/KPA yang mengalami penurunan, data Pinhome juga menunjukkan hal sama pada median plafon permintaan pembiayaan rumah.

Dara mengatakan, median plafon kredit permintaan KPR/KPA turun 3 persen secara kuartalan pada kuartal II-2024. Hal tersebut menunjukkan sikap lebih konservatif dari konsumen dalam mengambil jumlah pinjaman yang besar.

"Konsumen cenderung memilih rumah yang lebih terjangkau atau mengumpulkan uang muka (DP) yang lebih besar sebelum mengajukan KPR atau KPA sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dan kebijakan perbankan yang lebih ketat," ujar Dara.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us