Stok Beras Melimpah, DPR Minta Pemerintah Hati-Hati Rencanakan Ekspor

- Pemerintah diminta hati-hati ekspor beras demi kebutuhan domestik.
- Capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Indonesia mencapai 4 juta ton.
- Rajiv memuji serapan beras oleh Perum Bulog dan pentingnya diversifikasi pangan.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai NasDem, Rajiv meminta pemerintah lebih hati-hati atas rencana ekspor beras menyusul adanya permintaan dari Malaysia. Ia menilai, kebutuhan beras domestik tetap harus menjadi prioritas utama.
Adapun capaian stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Indonesia mampus menembus empat juta ton. Kementerian Pertanian (Kementan) membuka opsi untuk mengekspor dua ribu ton beras per bulan ke Malaysia, dengan beras yang berasal dari Kalimantan Barat.
"Kita jangan tergoda mengejar surplus ekspor tanpa terlebih dahulu menjamin bahwa dapur-dapur rakyat di pelosok negeri sudah benar-benar aman dari kelangkaan atau lonjakan harga,” ujar Rajiv, dalam keterangannya, Senin (2/6/2025).
1. Sektor pertanian mulai bangkit

Rajiv menjelaskan, capaian empat juta ton CBP ini merupakan tonggak penting dalam penguatan ketahanan pangan nasional. Ini juga menjadi sinyal bahwa sektor pertanian Indonesia mampu bangkit di tengah tantangan global.
Menurut dia, empat juta ton CBP bukan angka yang kecil. Ia menilai, dengan capaian ini, maka menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan.
“Saya mengapresiasi langkah konkret dan terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian. Empat juta ton bukan angka kecil. Ini adalah capaian yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat menuju kedaulatan pangan,” ujar Rajiv.
2. Distribusi beras harus dikawal ketat

Lebih jauh, Rajiv turut memuji keberhasilan serapan beras oleh Perum Bulog yang mencapai 2,429 juta ton per akhir Mei 2025. Ini menjadi angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Ia menyebut, capaian ini menjadi pembuktian bahwa produksi dalam negeri, jika dikelola dengan tepat, mampu mencukupi kebutuhan nasional tanpa bergantung pada impor.
Meski begitu, Rajiv mengingatkan pentingnya langkah evaluatif sebagai bagian dari penguatan tata kelola pangan. Sebab, lonjakan stok belum tentu linier dengan stabilitas harga di pasar atau keterjangkauan beras bagi masyarakat di seluruh pelosok negeri.
“Distribusi harus dikawal ketat, jangan sampai stok tinggi tapi harga tetap mencekik rakyat kecil, terutama di daerah-daerah yang sulit akses,” kata dia.
3. Perlu adanya diversifikasi pangan

Rajiv juga menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Menurutnya, ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada satu komoditas.
“Ketahanan pangan tidak bisa hanya bergantung pada beras. Kita harus mulai serius mendorong komoditas lokal lain seperti sorgum, jagung, dan umbi-umbian yang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing wilayah,” tutur dia.