4 Aset Kripto yang Wajib Dipantau Investor di Sisa Tahun Ini

- Bitcoin (BTC): Harga BTC naik lebih dari 19 persen hingga 2 September. investor institusional besar mungkin menambah posisi mereka secara diam-diam.
- Solana (SOL): Konsentrasi validator Solana dan riwayat gangguan jaringan berjam-jam menimbulkan risiko sistemik, lebih dari 33 persen token SOL dikendalikan oleh kurang dari 30 validator.
- Ethereum (ETH): Setelah penurunan harga pada April, ETH berhasil naik hampir 30 persen hingga 2 September, ethereum tidak bisa diabaikan karena karena inovasi teknologinya yang berkelanjutan.
Jika kamu seorang investor kripto, 2025 sejauh ini bisa menjadi periode yang penuh peluang, terutama bagi mereka yang menaruh fokus pada Bbtcoin (BTC) dan ethereum (ETH). Kedua aset digital ini berhasil menunjukkan kenaikan signifikan meski pasar sempat fluktuasi dan ketidakpastian di awal tahun. Pergerakan harga yang dinamis membuat banyak investor optimistis sekaligus waspada dalam mengambil keputusan.
Meski bitcoin dan ethereum tetap menjadi dua kripto utama yang wajib diperhatikan menjelang akhir tahun, tren terbaru menunjukkan beberapa altcoin juga mulai menarik perhatian. Altcoin-altcoin ini menawarkan potensi pertumbuhan yang menjanjikan, didorong oleh inovasi teknologi, dukungan institusi, serta adopsi yang terus meningkat di pasar global.
Dilansir GOBankingrates, berikut empat aset kripto yang direkomendasikan para pakar untuk diamati selama musim gugur 2025 (Sepetember hingga Desember), sebagai bagian dari strategi investasi yang lebih cermat dan terinformasi.
1. Bitcoin (BTC)

Tidak lengkap rasanya membahas dunia kripto tanpa menyebut bitcoin. Meskipun sempat mengalami volatilitas pada 2025, harga BTC masih mencatat kenaikan lebih dari 19% hingga 2 September.
Menurut J. Ryan Smolarz, pemilik The Medicine and Money Show dan pendiri STOR Partners, September biasanya menjadi bulan terlemah bagi bitcoin. Namun, tahun ini bisa berbeda karena ada kemungkinan investor institusional besar sedang menambah posisi mereka secara diam-diam, sehingga penurunan harga mungkin hanya sementara. Selain itu, keputusan Federal Reserve terkait suku bunga dapat berdampak signifikan pada harga BTC.
2. Solana (SOL)

Solana menarik perhatian investor karena distribusi validatornya. Chad Cummings, pengacara dan CPA di Cummings & Cummings Law menyebut, konsentrasi validator Solana dan riwayat gangguan jaringan berjam-jam menimbulkan risiko sistemik jika kepercayaan investor menurun saat terjadi penjualan besar.
Per Agustus 2025, lebih dari 33 persen token SOL dikendalikan oleh kurang dari 30 validator, membuat jaringan ini rentan terhadap gangguan terkoordinasi. Meskipun jaringan terus ditingkatkan, distribusi validator yang terpusat tetap menjadi perhatian bagi investor.
3. Ethereum (ETH)

Sebagai kripto terbesar kedua di dunia, ethereum juga menunjukkan dinamika serupa dengan Bitcoin pada 2025. Setelah penurunan harga pada April, ETH berhasil naik hampir 30 persen hingga 2 September 2025.
Smolarz menekankan, ethereum tidak bisa diabaikan karena inovasi teknologinya yang berkelanjutan. Meski menghadapi risiko volatilitas di September, fundamental Ethereum yang kuat—didukung oleh pembaruan jaringan rutin dan masuknya dana institusional melalui ETF—memberikan optimisme bagi investor.
4. Arbitrum (ARB)

Arbitrum menonjol karena tata kelola DAO-nya yang mengelola lebih dari 2,5 miliar dolar AS. Menurut Cummings, hal ini membuat ARB berada di bawah pengawasan regulasi baru dari GENIUS Act, termasuk kewajiban mendaftarkan pemilik manfaat dan melaporkan ke regulator setiap tahun.
Jika aturan ini tidak dipatuhi, peserta governance ARB bisa dikategorikan sebagai penasihat investasi yang tidak terdaftar di bawah hukum AS. Setiap keputusan yang diambil di luar rantai (off-chain) atau oleh kelompok multisig kecil juga bisa memicu yurisdiksi SEC atau ERISA.
Meski bitcoin dan ethereum tetap menjadi andalan investor, altcoin seperti solana dan arbitrum patut diperhatikan karena potensi pertumbuhan dan risiko regulasi yang menyertainya. Investor disarankan memantau perkembangan pasar, inovasi jaringan, dan kebijakan regulasi yang dapat mempengaruhi nilai aset digital mereka.