Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sisi Gelap Oshikatsu: Ketika Hobi Jadi Beban Finansial Serius

ilustrasi fans hadiri event (pexels.com/Quyn Phạm)
ilustrasi fans hadiri event (pexels.com/Quyn Phạm)

Mendukung idola atau karakter favorit bukan cuma sekadar hobi biasa. Di Jepang, aktivitas ini dikenal dengan sebutan oshikatsu, yakni gabungan kata “oshi” (idola atau karakter favorit) dan “katsu” (aktivitas).

Jadi secara sederhana, oshikatsu berarti kegiatan yang kamu lakukan untuk menunjukkan dukungan terhadap seseorang atau sesuatu yang kamu idolakan. Bisa berupa beli merchandise, datang ke konser, kunjungan ke kafe tematik, bahkan crowdfunding buat pasang iklan ulang tahun idola.

Awalnya oshikatsu cuma populer di kalangan anak muda, tapi sekarang sudah merambah ke segala usia. Dari Gen Z sampai Gen X, makin banyak orang yang menjadikan oshikatsu sebagai bagian dari gaya hidup.

Tapi di balik keseruannya, ada sisi gelap yang gak bisa diabaikan. Apalagi kalau udah menyangkut kondisi mental dan dompet yang mulai keteteran.

Kalau kamu juga termasuk yang lagi giat-giatnya nge-push oshikatsu, yuk kenali dulu beberapa sisi gelap dari hobi ini. Supaya kamu tetap bisa enjoy support idola tanpa harus jadi korban secara finansial.

1. Tekanan finansial yang makin terasa

ilustrasi mata uang yen (vecteezy.com/nuttawan jayawan)
ilustrasi mata uang yen (vecteezy.com/nuttawan jayawan)

Kamu mungkin berpikir, “Ah, beli merchandise sebulan sekali gak masalah kok.” Tapi coba dihitung lagi. Tiket konser, ongkos transportasi, penginapan, album edisi terbatas, sampai banner untuk ultah idola bisa bikin pengeluaran melonjak drastis.

Survei dari majalah ekonomi Toyo Keizai menemukan bahwa hampir 50% responden usia 20-an merasa oshikatsu adalah beban keuangan. Bahkan kelompok usia 30 dan 40-an juga mengaku hal yang sama.

Mayoritas mengeluh soal harga merchandise dan biaya event yang makin gak masuk akal. Kalau kamu sampai harus menunda kebutuhan pribadi demi beli barang-barang idola, itu tanda kamu perlu tarik napas dan evaluasi ulang.

2. Ketergantungan emosional yang gak disadari

ilustrasi scrolling medsos (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi scrolling medsos (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Awalnya mungkin kamu merasa senang tiap kali melihat postingan baru dari oshi kamu. Tapi lama-lama, kalau gak update sehari aja, rasanya hampa banget. Itu bisa jadi sinyal awal ketergantungan emosional.

Psikiater Nishimura Kotaro menyebut bahwa kecanduan oshikatsu termasuk dalam bentuk relationship addiction. Mirip seperti kecanduan alkohol atau judi, meski bentuknya beda. Menurutnya, selama aktivitas ini gak mengganggu kehidupan sosial, masih bisa dianggap normal. Tapi begitu melewati batas, semuanya bisa spiral ke arah gak sehat.

3. Gangguan relasi sosial

ilustrasi pelajar Jepang (pexels.com/meijii)
ilustrasi pelajar Jepang (pexels.com/meijii)

Saking fokusnya ke dunia oshi, banyak orang mulai menjauh dari lingkaran sosialnya. Ada yang lebih pilih datang ke event idola ketimbang kumpul bareng teman. Bahkan ada pula yang rela memutus pertemanan demi bisa totalitas dalam oshikatsu.

Seorang pria usia 50-an dalam survei Toyo Keizai mengaku sempat ingin memutus hubungan pertemanan karena terlalu larut dalam dunia oshi. Kalau kamu mulai merasa lingkungan sosialmu jadi terbatas karena oshikatsu, mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali batasanmu.

4. Identitas diri yang terlalu melekat ke oshi

ilustrasi anime cosplay (pexels.com/Tung Nguyen)
ilustrasi anime cosplay (pexels.com/Tung Nguyen)

Banyak penggemar bilang, “Oshikatsu adalah bagian dari diriku.” Memang gak salah, karena aktivitas ini bisa jadi pelarian dari stres dan tekanan hidup. Tapi kalau semua aspek hidupmu cuma berputar di sekitar idola, kamu bisa kehilangan arah.

Seorang pekerja berusia 24 tahun bernama Momoka Matsui bilang bahwa oshikatsu adalah identitas dirinya. Tapi bayangkan kalau suatu saat idola itu pensiun atau menghilang dari publik, apakah kamu masih bisa menemukan jati dirimu sendiri?

5. Menormalkan pengeluaran impulsif

ilustrasi fans berpose (pexels.com/三岁 陈)
ilustrasi fans berpose (pexels.com/三岁 陈)

Kebiasaan beli impulsif dalam oshikatsu kadang dianggap wajar. Lihat merch baru, langsung checkout. Ada info konser, buru-buru beli tiket meski keuangan lagi seret. Kebiasaan ini kalau dibiarkan, bisa memicu masalah keuangan jangka panjang.

Survei dari Hakuhodo menunjukkan bahwa remaja putri di Jepang bisa menghabiskan setengah uang sakunya hanya untuk idola, terutama underground idols dan konsep kafe. Kalau ini diteruskan hingga dewasa, risiko keuangan personal bisa sangat serius.

Oshikatsu memang menyenangkan, bahkan bisa jadi sumber kebahagiaan tersendiri. Tapi penting banget buat kamu tetap waspada dan sadar batas. Jangan sampai hobi yang seharusnya bikin hidup lebih berwarna justru jadi sumber stres dan masalah finansial.

Gak ada salahnya mendukung idola, tapi pastikan kamu tetap jadi prioritas utama dalam hidupmu. Isi dompet, kesehatan mental, dan relasi sosialmu tetap harus dijaga. Karena pada akhirnya, hidup kamu jauh lebih berharga dari sekadar koleksi photocard atau tiket konser.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us