Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[CERPEN] Kisah Secangkir Latte Art: Aku Membencimu

Unsplash/Kari Shea

Langkahku begitu mantap melewati pintu yang selama beberapa malam ini rajin kusambangi. Tanpa ragu aku mulai duduk di sudut favoritku, dekat jendela yang menghadap jalan. Mulai kuarahkan mata ke setiap sudut ruangan. Tak kulihat wajah tampan yang biasa menghampiriku untuk menanyakan pesanan atau sekedar menyapa ramah.

Tiba-tiba ada suara yang sangat lembut dan ramah menyelinap di telingaku, "Selamat malam, Nona Manis, selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?"

Sapaan itu cukup mengagetkanku. Pria muda dengan seragam khas 'Lucky Coffee Shop', ber-tag ANDRE. Ah, dia pria yang biasa sibuk di balik meja itu.

Senyuman manis itu sempat membuatku terpana. Sekejap aku terpesona seolah tersihir. Namun aku lantas tersadar, dia menantiku bersama catatan kecilnya. "Nona Manis, apa kau masih di bumiku? Atau sudah melayang kembali ke nirwana?" godanya saat itu.

Akupun tersenyum sinis. Sambil bergumam dalam hati, 'Ah pria ini, belum apa-apa sudah mengeluarkan rayuan menjemukan. Aku benci'.

Tak berapa lama kopi pesananku datang, dan lagi-lagi Andre yang menghampiriku. 'Ya Tuhan, dia lagi. Kenapa harus dia, seolah tak ada pegawai lain', ucapku dalam hati.

"Silakan. Latte spesial untuk Ocha yang cantik."

"Eh kok Mas tahu namaku?"

"Itu ra...ha...si...aa..." jawabnya dengan kedip genit yang membuatku merinding.

Ya Tuhanku, apa-apaan pria itu. Sah-sah saja jika dia ingin menggoda pelanggannya, tapi jangan aku. Sungguh, aku benci.

Benci pada pria seperti dia, yang mudah menebar rayuan pada banyak wanita.
 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us