Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Negatif Kebiasaan Menonton TV Terlalu Lama

ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)

TV merupakan layanan yang menghadirkan hiburan bagi jutaan pemirsa kapan dan di mana pun mereka menginginkannya. Akses ke televisi memberi para penonton rasa kontrol, pelarian, relaksasi, dan kelegaan dari kebosanan.

Namun, konsep menonton TV untuk menghilangkan kebosanan atau sebagai hiburan ini bisa menjadi sesuatu yang merusak kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan jika sudah menjadi kebiasaan dan membuat individu menghabiskan waktu terlalu lama di depan TV. Berikut adalah beberapa dampak negatif terlalu lama menonton TV.

1. Perilaku ketergantungan

ilustrasi menonton TV (pexels.com/Victoria Borodinova)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/Victoria Borodinova)

Menonton sesuatu secara berlebihan dapat menggelitik pusat kesenangan otak pada beberapa penonton. Karena para penonton mendapatkan level kepuasan yang meningkat melalui alur cerita dan akhir yang menggantung, kegiatan ini pada akhirnya akan sampai ke titik di mana menonton TV menjadi aktivitas wajib sehari-hari, bahkan hingga mengganggu pekerjaan, sekolah, atau komitmen lainnya.

Penelitian dalam Journal of Behavioral Addictions menunjukkan bahwa ketergantungan yang menyulitkan individu untuk berhenti menonton TV, serupa secara neurologis dengan yang terjadi pada jenis kecanduan lainnya.

2. Gangguan tidur dan kualitas tidur buruk

ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tidur memainkan peran penting dalam kesehatan mental dan fisik, kualitas hidup, dan keamanan. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, tidur membantu otak agar berfungsi dengan baik dan mendukung kesejahteraan emosional, menyembuhkan dan memperbaiki pembuluh darah, meningkatkan kesehatan, dan menjaga keseimbangan hormon.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine menunjukkan bahwa frekuensi menonton TV berdampak negatif pada kualitas tidur secara keseluruhan, utamanya karena mengganggu kemampuan tubuh untuk mendinginkan atau mematikan otak. Akhirnya, ini membuat kamu butuh waktu lebih lama untuk tertidur, terutama jika kegiatan ini berlangsung hingga dini hari. Lantaran hal tersebut secara signifikan memengaruhi fase tidur tahap tiga dan empat, yaitu momen ketika tubuh melakukan sebagian besar pekerjaan restoratif dan reparatifnya.

3. Fisik yang jadi tidak aktif

ilustrasi menonton TV (pexels.com/KoolShooters)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/KoolShooters)

Menghabiskan waktu untuk menonton TV secara langsung menghasilkan kondisi kesehatan yang lebih buruk, seperti obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan depresi. Studi yang dicatatkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health menunjukkan bahwa ada perbedaan antara duduk aktif; seperti bekerja di depan komputer, dan duduk nonaktif; seperti menonton televisi.

Penelitian lain dalam Journal of Behavioral Medicine menunjukkan bahwa duduk tidak aktif telah dikaitkan dengan 25 persen indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan persentase lemak tubuh pada orang dewasa muda, serta sindrom metabolik secara keseluruhan.

4. Menurunkan kesuburan

ilustrasi menonton TV (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/cottonbro)

Sebuah studi di Harvard menemukan bahwa laki-laki yang menonton TV lebih dari 20 jam per minggu memiliki sperma 44 persen lebih sedikit daripada laki-laki yang tidak menonton TV. Sebagai perbandingan, peningkatan aktivitas fisik dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih tinggi.

Selain itu, menonton TV dalam waktu lama juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Bagi laki-laki, masalah ini juga dikaitkan dengan tingkat impotensi yang lebih tinggi.

5. Meningkatkan risiko diabetes

ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi menonton TV (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetologia yang melibatkan individu dengan risiko lebih tinggi terkena diabetes menemukan bahwa untuk setiap jam yang dihabiskan dengan menonton TV per hari, risiko terkena penyakit diabetes meningkat 3,4 persen. Dalam penelitian tersebut, peneliti tidak fokus pada apa yang ditonton peserta, namun waktu yang dihabiskan orang untuk duduk menonton TV.

Penelitian tersebut tampaknya menunjukkan bahwa individu cenderung bergerak lebih sedikit saat menonton TV dibandingkan dengan saat melakukan aktivitas tidak bergerak lainnya, seperti duduk di tempat kerja.

Dampak buruk dari kebiasaan menonton TV terlalu lama tidak bisa dianggap remeh. Jika selama ini kamu menjadikan menonton TV sebagai aktivitas di waktu luang atau saat sedang bosan, kamu mungkin perlu mulai mencari aktivitas lainnya yang lebih baik daripada menonton TV demi kebaikan jangka panjang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us