Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Stres Bisa Menyebabkan Tumbuh Uban? Ini Faktanya

ilustrasi stres (pexels.com/Yan Krukau)
Intinya sih...
  • Stres berat mempercepat proses penuaan rambut karena mengurangi jumlah sel punca melanosit di folikel rambut.
  • Sistem saraf simpatik mengaktifkan mode "melawan atau lari" saat stres, yang memicu pelepasan zat kimia norepinefrin ke area folikel rambut.
  • Perubahan warna rambut bisa terjadi secara tiba-tiba akibat stres emosional yang ekstrem dan efeknya bersifat permanen.

Banyak orang sering bertanya-tanya saat mendapati rambut mereka sudah tampak mulai memutih, padahal secara usia mereka belum memasuki usia lanjut. Uban sering kali dikaitkan dengan penuaan, tetapi ternyata faktor psikologis juga turut memainkan peran dalam proses tersebut. 

Fenomena ini membuat para ilmuwan meneliti lebih jauh mengenai kaitan antara stres dan rambut beruban. Jadi, apakah memang stres bisa menyebabkan tumbuh uban? Mari, simak penjelasan ilmiahnya berikut ini.

1. Proses pewarnaan alami rambut ditentukan oleh sel melanosit

ilustrasi rambut tumbuh uban (vecteezy.com/Alina Humeniuk)

Warna rambut manusia ditentukan oleh sel pigmen bernama melanosit yang berada di dasar folikel rambut. Sel ini bertugas memproduksi melanin, zat pigmen yang memberi warna hitam, cokelat, pirang, atau merah pada rambut. Melanosit dibentuk dari sel punca atau stem cell yang ada di folikel rambut dan regenerasinya menjaga warna alami rambut secara berkala. Namun, seiring pertambahan usia, jumlah sel punca melanosit ini semakin sedikit. Ketika sel-sel ini hilang atau tidak lagi berfungsi, melanin tidak diproduksi lagi dan rambut baru yang tumbuh akan tampak putih atau abu-abu.

Mekanisme alami ini merupakan bagian dari proses penuaan biologis, tetapi bisa dipercepat oleh pengaruh luar seperti stres berat. Riset terbaru dari para peneliti Harvard University and Harvard Stem Cell Institute menunjukkan bahwa meski proses tumbuh uban secara alami terjadi perlahan, stres bisa mempercepat hilangnya sel punca di folikel rambut, lho. Dengan demikian, warna rambut bisa memudar lebih cepat dari yang diperkirakan berdasarkan usia biologis seseorang. Penurunan fungsi sel melanosit akibat tekanan emosional bukan hanya teori, tetapi sudah dibuktikan melalui studi ilmiah.

2. Sistem saraf simpatik menjadi jalur utama stres memengaruhi rambut

ilustrasi rambut tumbuh uban (vecteezy.com/Veeraphong Puttakan)

Sistem saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang fungsinya mengatur respons tubuh terhadap stres. Saat kamu merasa tertekan, tubuh secara otomatis akan mengaktifkan mode “melawan atau lari” (fight or flight), yang kemudian bisa memicu pelepasan zat kimia seperti norepinefrin. Zat ini menyebar ke seluruh tubuh, termasuk ke area folikel rambut. Begitu norepinefrin mencapai folikel rambut, zat ini memberi sinyal yang mempercepat diferensiasi sel punca menjadi sel pigmen. Akibatnya, cadangan sel punca habis secara tiba-tiba karena terlalu cepat berubah menjadi melanosit, lalu berpindah dari folikel. 

Tanpa sel punca tersisa, folikel rambut tidak mampu lagi memproduksi pigmen baru sehingga rambut yang tumbuh akan kehilangan warna alaminya. Efek ini bisa terjadi setelah stres sudah mulai mereda sebab cadangan sel punca tidak mudah untuk diperbarui. Sementara pada hewan, hanya dalam beberapa hari setelah stres tinggi, semua sel punca pada folikel bisa hilang total. Hal ini menunjukkan bahwa efek stres terhadap rambut bersifat permanen, bukan hanya perubahan sesaat yang bisa pulih seperti kulit kusam atau jerawat.

3. Kehilangan melanosit akibat stres tidak bisa dipulihkan secara alami

ilustrasi rambut tumbuh uban (vecteezy.com/Alina Humeniuk)

Begitu sel punca melanosit habis, tubuh tidak memiliki mekanisme untuk menggantikannya. Tidak seperti luka yang bisa sembuh atau jaringan kulit yang bisa beregenerasi, hilangnya sel punca ini bersifat final. Rambut yang tumbuh pada kemudian hari akan tetap putih atau abu-abu meski penyebab stresnya telah lama hilang. Hal ini menjelaskan mengapa uban akibat stres berbeda dari uban karena usia. Pada proses penuaan normal, hilangnya melanosit terjadi perlahan-lahan. Namun, dalam kasus stres, kerusakan terjadi secara tiba-tiba. 

Kondisi ini menyebabkan banyak orang tampak lebih tua hanya dalam hitungan minggu setelah mengalami tekanan psikologis berat. Uban yang muncul akibat stres juga biasanya lebih tidak merata dan muncul di bagian-bagian tertentu lebih dulu, seperti pelipis atau ubun-ubun. Ini bisa menjadi indikator biologis bahwa tubuh telah melewati fase tekanan emosional yang ekstrem. Sayangnya, sampai detik ini, belum ada teknologi regeneratif yang bisa mengembalikan sel punca tersebut secara alami.

4. Stres emosional berat mempercepat penuaan biologis rambut

ilustrasi rambut tumbuh uban (vecteezy.com/pichamon suviwattanapandee)

Kehidupan modern membawa banyak tekanan, mulai dari tuntutan pekerjaan, masalah keluarga, hingga perasaan kehilangan atau kesepian. Semua bentuk stres emosional ini tidak hanya berdampak pada mental, tetapi juga secara nyata memengaruhi organ tubuh, termasuk folikel rambut. Ketika stres berkepanjangan tidak dikelola dengan baik, tubuh mengalami kerusakan kronis di tingkat sel. Efek stres terhadap rambut bisa terlihat dalam waktu singkat jika intensitas tekanannya sangat tinggi. Ada banyak laporan tentang orang yang mengalami perubahan warna rambut hanya dalam hitungan minggu setelah mengalami trauma emosional, seperti kematian orang terdekat atau kecelakaan besar.

Walau hal ini tidak terjadi pada semua orang, risiko tetap ada terutama bagi mereka yang memiliki kecenderungan genetik tertentu. Selain perubahan warna rambut, stres juga dapat menyebabkan kerontokan, penipisan rambut, hingga gangguan pertumbuhan. Ini menjadi bukti bahwa rambut merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sensitif terhadap perubahan emosional. Jadi, uban yang muncul mendadak bisa menjadi tanda tubuh sedang dalam kondisi tidak stabil secara emosional.

5. Pencegahan uban akibat stres memerlukan strategi pengelolaan stres yang menyeluruh

ilustrasi rambut tumbuh uban (commons.wikimedia.org/Philippe Alès)

Meski tidak semua penyebab stres dapat dihilangkan sepenuhnya, banyak langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi dampaknya terhadap tubuh. Adapun, salah satu caranya dengan rutin berolahraga, yang terbukti dapat menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol dan meningkatkan hormon bahagia seperti endorfin. Meditasi dan yoga juga terbukti efektif dalam menjaga kestabilan emosi. Selain itu, tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Kurang tidur bisa memperburuk efek stres pada tubuh, termasuk mempercepat kerusakan pada folikel rambut.

Kamu juga bisa memperbaiki pola makan karena asupan nutrisi yang tepat dapat memperkuat rambut dari dalam dan mendukung regenerasi sel. Jika kamu merasa sulit mengatasi tekanan hidup sendiri, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau profesional kesehatan mental. Terapi kognitif dan pendekatan psikologis lainnya bisa sangat membantu dalam mengendalikan stres kronis. Mencegah uban tidak hanya soal penampilan, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan seluruh sistem tubuh secara holistik.

Jadi, apakah stres bisa menyebabkan tumbuh uban? Berdasarkan penelitian ilmiah di atas, jawabannya jelas ya. Itu karena stres mampu memicu perubahan fisiologis yang menyebabkan hilangnya sel punca penghasil pigmen rambut. Untuk itu, menjaga kesehatan emosional sangat penting. Tidak hanya untuk mental, tetapi ini juga untuk mencegah penuaan dini pada rambut. Yuk, mulai kelola stres dari sekarang agar tubuh tetap sehat dan rambut tetap berwarna hitam alami lebih lama lagi!

Referensi:

Zhang, Bing, dkk. 2020. "Hyperactivation of sympathetic nerves drives depletion of melanocyte stem cells".
"It’s True: Stress Does Turn Hair Gray — and It’s Reversible". CUIMC. Diakses pada Mei 2025.
"Gray Hair: Why Does Hair Turn Gray?" American Academy of Dermatology (AAD). Diakses pada Mei 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
Delvia Y Oktaviani
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us