Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannya

Kesepian rentan terjadi setelah lulus kuliah

Kesepian sering kali dikaitkan dengan keadaan hampa atau sendirian. Bagi sebagian orang, kesepian dapat terjadi karena sejumlah alasan. Tidak jarang momen setelah lulus kuliah menjadi titik tertinggi kesepian itu hadir, terlebih lagi jika seseorang tinggal sendirian.

Rutinitas yang dijalani seorang diri, kebiasaan membandingkan hidup orang lain, enggan bersosialisasi, ditambah kondisi pandemi COVID-19 yang memaksa kita semua beradaptasi, tentu itu semua bisa dirasakan berat pada beberapa orang.

Menimbang berbagai alasan yang mendasari, tak bisa dimungkin bahwa beberapa orang mungkin punya gagasan dirinya adalah orang yang kesepian.

Lantas, benarkah puncak kesepian sering terjadi pada orang yang akan beranjak dewasa? Menurut kacamata medis, berikut adalah ulasan lengkapnya.

1. Media sosial bisa memperburuk rasa kesepian

Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannyailustrasi bermain sosial media (freepik.com/rawpixel.com)

Budaya membandingkan yang tumbuh dan mengakar secara turun-temurun dapat menjadi pemantik seseorang berpikir distorsi bahwa diri mereka gagal hingga pada akhirnya merasa tertinggal dan kesepian. Padahal, jika bisa lebih mudah mengimplementasikan cara berpikir positif, hal ini bukanlah suatu kesalahan individu tersebut dan wajar jika dalam fase kehidupan seseorang merasa kesepian.

Terapis berlisensi asal Amerika Serikat (AS), Tess Brigham MFT. BCC., seperti yang dikutip dalam laman Healthline mengatakan, "meskipun usia 20-an tahun penuh dengan kegembiraan dan tantangan, waktu ini juga dapat menentukan jati diri seseorang dan jenis kehidupan seperti apa yang ingin dijalani. Jika anak muda terlalu sering berkutat pada media sosial, hal tersebut dapat meningkatkan risiko perasaan tersesat dan sendirian."

Faktanya, kebanyakan orang yang berkecimpung di dunia maya (media sosial) termasuk selebritas dan influencer cenderung menunjukkan kehidupan yang sempurna. Paparan media sosial seperti ini jika tidak ditangani dengan bijak dapat memperburuk mindset terkait kegagalan.

2. Menjalin pertemanan di usia 20-an tahun terasa sulit dan rumit

Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannyailustrasi kesepian (pexels.com/Andrew Neel)

Beranjak dewasa, menjalin sebuah pertemanan seolah menjadi sesuatu yang sulit. Padahal, membangun hubungan dengan orang-orang yang mendukung untuk menjalin pertemanan secara positif dapat membantu mengatasi perasaan kesepian.

Studi tahun 1978 dalam jurnal Social Psychology memberikan penjelasan terkait tiga kondisi penting untuk menjalin pertemanan, yakni kedekatan, interaksi berulang dan tidak terencana, serta pengaturan yang mendorong seseorang untuk lengah. Tiga kondisi tersebut jarang muncul dalam kehidupan sehari-hari, khususnya setelah kehidupan perkuliahan berakhir.

Baca Juga: 7 Bahaya Kesepian bagi Kesehatan, yang Terakhir Pasti Bikin Tercengang

3. Kesepian dapat tumbuh setelah periode kuliah berakhir

Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannyailustrasi naik transportasi umum sendirian (freepik.com/rawpixel.com)

Studi tahun 2016 dalam jurnal Developmental Psychology menunjukkan, setelah periode kuliah selesai, maka di saat itulah puncak kesepian melanda. Tampaknya baik perempuan maupun laki-laki memiliki peluang yang sama mengalaminya sebelum usia 30-an tahun.

Pada tahun 2017, Jo Cox Commission on Loneliness (komisi yang bertugas untuk menyelidiki cara mengurangi kesepian di Inggris) melakukan survei kepada beberapa laki-laki. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa usia 35 tahun menjadi periode paling kesepian bagi mereka.

4. Ketika siklus kesepian terus berlanjut

Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannyailustrasi laki-laki duduk sendirian di tepi danau (pexels.com/Rachel Claire)

Penelitian cenderung menanamkan konsep untuk meminimalkan aktivitas di media sosial, membuat jurnal rasa syukur, dan melakukan saran standar seperti bersosialisasi langsung dengan orang-orang sekitar untuk mengatasi perasaan kesepian.

Kebanyakan orang terjebak dalam lingkaran pikiran negatif yang sebenarnya bukan kesalahan orang tersebut. Ketakutan terhadap stigmatisasi karena merasa kesepian mendorong seseorang untuk menarik diri. Akan tetapi, penarikan diri ini justru dapat menyebabkan perasaan kesepian memburuk.

Dr. Carla Marie Manly, PhD. seorang psikolog klinis dari AS menyoroti dampak buruk siklus kesepian yang terus berlanjut. Dirinya berpendapat jika siklus kesepian membuat seseorang merasa malu dan takut untuk menceritakan masalah tersebut kepada orang lain. Siklus ini perlahan akan bermanifestasi menjadi perasaan depresi dan isolasi yang kuat.

5. Mengatasi siklus kesepian

Puncak Kesepian Melanda Usia 20 Tahunan? Ini Penjelasannyailustrasi membaca buku (freepik.com/freepik)

Berbagai penolakan yang silih berganti datang bisa menjadi jawaban potensial untuk menghidupkan suasana asalkan dapat memaknainya sebagai bentuk kesuksesan. Cara sederhana untuk memutus siklus kesepian berawal dari menetapkan tujuan sederhana. Tujuan sederhana tersebut bisa berupa:

  • Agenda menonton film favorit setiap hari
  • Mendengarkan podcast
  • Membaca buku
  • Mencoba keluar dari zona nyaman
  • Berolahraga
  • Berhenti mengonsumsi alkohol
  • Berhenti menjalin pertemanan dengan orang-orang negatif

Terdapat beragam alasan yang mendasari seseorang merasa berada di puncak kesepian dalam hidupnya. Jika saat ini kamu tengah diliputi perasaan kesepian yang teramat dalam, kamu bisa mencoba mengatasinya dengan menetapkan tujuan sederhana terlebih dahulu. Sesekali kamu bisa keluar rumah, berkenalan dengan orang asing, atau mencoba hal baru.

Akan tetapi, jika gejala kesepian dirasa begitu kompleks hingga memengaruhi kehidupan secara signifikan, maka konsultasi dengan ahli kesehatan mental dapat dilakukan untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Baca Juga: 7 Tanda Kamu Mengalami Kesepian Kronis, Jarang Disadari!

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya