Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Cuma Pola Makan, Ini 12 Pemicu Perut Buncit pada Perempuan

ilustrasi lemak berlebih pada perut (freepik.com/jcomp)
ilustrasi lemak berlebih pada perut (freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Pola makan yang salah dan tidak seimbang dapat menyebabkan penumpukan lemak perut.
  • Alkohol dapat meningkatkan lemak perut karena memperlambat pembakaran lemak dan metabolisme.
  • Lemak trans dalam makanan cepat saji dapat menimbulkan peradangan, resistansi insulin, dan lemak perut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hampir semua orang tentu tak mau perutnya jadi tempat menumpuknya lemak berlebih. Bukan hanya soal penampilan yang terasa kurang sedap dipandang, perut buncit juga sering dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit serius. Dari sisi mental, punya perut yang lebih rata dan kencang sering kali membuat rasa percaya diri meningkat.

Sayangnya, menyingkirkan lemak di perut bukan perkara instan. Banyak orang sudah rajin berolahraga atau menjaga makan, tetapi lemak di area perut tetap bandel bertahan. Kenapa bisa begitu?

Ada berbagai faktor yang membuat perut perempuan jadi lebih mudah membuncit, mulai dari pola makan, hormon, hingga kebiasaan sehari-hari yang sering luput disadari. Dengan tahu apa saja penyebabnya, kamu bisa lebih mudah memilih cara untuk mencegahnya, sekaligus mengatasinya dengan cara yang tepat. Yuk, cari tahu apa saja yang diam-diam bikin perut buncit pada perempuan, agar usahamu mendapatkan perut rata bisa lebih maksimal.

1. Pola makan yang salah dan tidak seimbang

Salah satu alasan utama perempuan memiliki lemak perut berlebih adalah jumlah kalori yang masuk lebih besar daripada kalori yang dibakar atau keluar. Kelebihan kalori ini akan disimpan sebagai lemak. Sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula atau sirop jagung fruktosa tinggi juga dapat menyebabkan penambahan lemak perut.

Beberapa makanan dan minuman manis seperti kue, permen, soda, dan jus buah juga bisa menyebabkan penumpukan lemak di perut karena dapat memperlambat metabolisme dan mengurangi kemampuan tubuh dalam membakar lemak

Pola makan yang rendah protein dan tinggi karbohidrat juga dapat meningkatkan berat badan. Ini karena protein merupakan unsur penting yang dapat membantu tubuh merasa kenyang lebih lama.

2. Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit hati dan peradangan. Kelebihan kalori dari konsumsi alkohol juga akan disimpan sebagai lemak. Seperti gula, alkohol juga memperlambat pembakaran lemak dan metabolisme.

Seseorang yang mengonsumsi sebanyak tiga gelas atau lebih alkohol dalam sehari, dapat memiliki lemak perut yang lebih banyak daripada orang yang tidak minum alkohol atau meminumnya lebih sedikit.

Selain itu, seseorang yang jarang minum alkohol, tetapi pada satu hari tertentu langsung mengonsumsi empat gelas atau lebih alkohol, memiliki risiko penambahan lemak perut yang juga besar.

3. Lemak trans

ilustrasi kue (pexels.com/Yifan Tang)
ilustrasi kue (pexels.com/Yifan Tang)

Lemak trans merupakan lemak yang paling tidak sehat. Lemak ini dibuat dengan menambahkan hidrogen ke lemak tak jenuh untuk membuatnya lebih stabil, dan biasanya ditemukan dalam makanan cepat saji agar dapat bertahan lebih lama.

Lemak trans dapat menimbulkan banyak peradangan atau inflamasi, resistansi insulin, dan lemak perut pada tubuh. Makanan yang dipanggang seperti muffin dan biskuit juga dapat mengandung lemak trans.

Kamu direkomendasikan untuk mengganti makanan sumber lemak trans dengan makanan berbasis gandum yang sehat, lemak tak jenuh tunggal, dan lemak tak jenuh ganda. Membaca label makanan dapat membantu untuk melihat apakah makanan tersebut mengandung lemak trans atau tidak.

4. Kurang gerak atau minim aktivitas fisik

Kurang bergerak sepanjang hari merupakan salah satu faktor risiko terbesar peningkatan lemak perut, baik viseral (lemak di sekitar organ dalam) maupun subkutan (lapisan lemak yang terletak tepat di bawah kulit). Melakukan aktivitas fisik secara teratur dan membatasi duduk terlalu lama dapat membantu mencegah penumpukan lemak berlebih di perut.

5. Merokok

Secara umum, orang yang merokok cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Namun, penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada tren umum lemak tubuh yang lebih rendah, tetapi perokok biasanya memiliki kadar lemak viseral perut yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

6. Penuaan dan menopause

ilustrasi lemak perut (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi lemak perut (pexels.com/Andres Ayrton)

Penuaan atau bertambahnya usia juga dapat meningkatkan lemak di perut. Meskipun tidak mengalami pertambahan berat badan sekalipun, perempuan dapat mengalami peningkatan lemak perut seiring bertambahnya usia, terutama sekitar usia menopause.

Pada masa menopause, lemak yang biasanya disimpan di pinggul dan paha jadi bergeser disimpan di perut karena kadar hormon estrogen yang menurun drastis.

Beberapa perempuan mungkin mengalami lebih banyak penumpukan lemak perut karena faktor genetika dan usia menopause itu dimulai. Menopause yang terjadi pada usia yang lebih muda cenderung mendapatkan lebih sedikit lemak perut.

7. Ketidakseimbangan bakteri usus

Bakteri yang hidup di dalam usus secara kolektif dikenal sebagai flora usus atau mikrobioma. Beberapa penelitian menunjukkan ketidakseimbangan bakteri usus yang tidak sehat mungkin berpengaruh terhadap berat badan dan lemak viseral . Namun, hubungan pastinya masih perlu diteliti lebih lanjut.

Perubahan dalam keragaman bakteri usus juga dapat memengaruh pengeluaran energi, metabolisme zat gizi, tingkat peradangan, dan regulasi hormon. Semuanya ini bisa berdampak pada peningkatan berat badan.

Sebuah ulasan tahun 2021 menemukan bahwa dari 23 studi, 14 di antaranya menyatakan bahwa konsumsi suplemen probiotik dapat membantu mengurangi lemak viseral, memperbaiki rasio pinggang-pinggul, dan menurunkan berat badan secara keseluruhan. Namun, tidak semua studi menemukan hasil yang sama. Oleh karena itu, riset lanjutan masih dibutuhkan untuk memahami hubungan antara lemak perut dan kesehatan usus.

8. Stres

Kortisol atau hormon stres merupakan hormon steroid yang penting untuk membantu tubuh mengendalikan dan mengatasi stres. Namun, produksi kortisol yang berlebihan dapat meningkatkan lemak perut karena memengaruhi sistem metabolisme.

Ketika mengalami stres, kamu cenderung akan banyak makan untuk menenangkan diri. Hormon kortisol menyebabkan kalori yang masuk tidak disimpan sebagai lemak di seluruh tubuh, tetapi lebih banyak disimpan di sekitar perut sehingga makin lama bisa makin menumpuk.

Perempuan dengan pinggang dan pinggul yang besar mengeluarkan lebih banyak kortisol saat stres, sehingga lebih mungkin mengalami peningkatan nafsu makan.

9. Kehamilan dan masa pascapersalinan

ilustrasi mengukur lingkar perut (pexels.com/andres ayrton)
ilustrasi mengukur lingkar perut (pexels.com/andres ayrton)

Pada trimester ketiga kehamilan, tubuh ibu mulai “makan untuk dua orang” dan cenderung mengalami penambahan berat badan di area perut, lengan, dan paha. Setelah melahirkan, ibu mungkin akan mengalami kesulitan menurunkan berat badan dan memulihkan massa otot yang hilang.

Jika bayi dilahirkan melalui operasi caesar (C-section), maka risiko terjadinya kelemahan otot perut akan lebih tinggi, yang dapat berkontribusi pada perut yang tampak lebih besar.

10. Genetika

Genetika juga dapat memiliki peranan dalam kondisi perut buncit pada perempuan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa terdapat lebih dari 40 varian gen yang diketahui terkait dengan obesitas dan distribusi lemak.

Faktor genetika memang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalkan. Perlu diingat, genetika hanya meningkatkan risiko seseorang mengalami obesitas dan perut buncit. Menerapkan pola hidup dan pola makan yang sehat dapat meminimalkan risiko obesitas.

11. Kurang tidur

Penelitian menunjukkan bahwa durasi tidur rata-rata yang lebih pendek berkaitan dengan peningkatan lemak viseral tubuh.

Durasi tidur yang pendek berkaitan dengan peningkatan asupan makanan, yang mungkin berperan dalam pembentukan lemak perut.

Kurang tidur yang baik juga berpotensi menyebabkan perilaku makan yang tidak sehat, seperti emotional eating.

12. Sindrom ovarium polikistik

Perempuan dengan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) memiliki jumlah lemak viseral yang lebih tinggi.

PCOS merupakan gangguan hormonal yang menyebabkan pembesaran ovarium dengan kista kecil di tepi luar. Penyebab perempuan dengan PCOS memiliki lemak perut yang lebih banyak belum diketahui secara jelas, apakah dikarenakan hormon atau bukan.

Menghilangkan perut buncit terkadang tidak mudah, sebab menumpuknya lemak di perut atau penyebab perut buncit pada perempuan tidak sesederhana akibat kebanyakan makan dan malas gerak saja. Ada banyak faktor yang memengaruhinya.

Perut buncit pada perempuan bisa disebabkan banyak faktor, baik faktor bawaan maupun gaya hidup. Kamu tidak dapat mengubah gen, memperlambat penuaan, atau menghentikan menopause. Namun, kamu masih bisa mengendalikan faktor lain yang berkontribusi pada timbunan lemak di perut dengan olahraga rutin, menerapkan pola makan yang sehat, cukup tidur, dan mampu mengelola stres dengan baik.

Referensi

"What causes an increase in belly fat?" Medical News Today. Diakses Juli 2025.

"Different causes of excess belly fat in women." The Healthy Mummy. Diakses Juli 2025.

"What Makes You Gain Belly Fat?" Healthline. Diakses Juli 2025.

"What Causes a Big Stomach in Females?" MedicineNet. Diakses Juli 2025.

Maarit Piirtola et al., “Association of Current and Former Smoking With Body Mass Index: A Study of Smoking Discordant Twin Pairs From 21 Twin Cohorts,” PLoS ONE 13, no. 7 (July 12, 2018): e0200140, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0200140.

Akira Fujiyoshi et al., “Lifetime Cigarette Smoking Is Associated With Abdominal Obesity in a Community-based Sample of Japanese Men: The Shiga Epidemiological Study of Subclinical Atherosclerosis (SESSA),” Preventive Medicine Reports 4 (June 22, 2016): 225–32, https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2016.06.013.

Antoine Aoun, Fatima Darwish, and Natacha Hamod, “The Influence of the Gut Microbiome on Obesity in Adults and the Role of Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics for Weight Loss,” Preventive Nutrition and Food Science 25, no. 2 (June 30, 2020): 113–23, https://doi.org/10.3746/pnf.2020.25.2.113.

X.M. Tomé-Castro et al., “Probiotics as a Therapeutic Strategy in Obesity and Overweight: A Systematic Review,” Beneficial Microbes 12, no. 1 (January 18, 2021): 5–16, https://doi.org/10.3920/bm2020.0111.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Enrico Gary Himawan
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

10 Rekomendasi Pil KB yang Bagus, Aman dan Efektif

16 Sep 2025, 15:00 WIBHealth