Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubang

Sisa makanan menjadi lebih sulit dibersihkan

Aligner adalah satu set alat yang digunakan untuk merapikan struktur gigi. Metode merapikan susunan gigi dengan aligner gigi dianggap lebih nyaman dibanding kawat gigi konvensional karena lebih fleksibel dan transparan.

Perusahaan yang bergerak di bidang oral wellness, Klar Smile, baru saja meluncurkan inovasi terbarunya, yaitu Klar Aligner, pada Kamis (8/9/2022).

Acara peluncuran ini menghadirkan drg. Stephanie Adelia Susanto, MM, Sp.Ort, Co-founder dan Chief Orthodontist Klar Smile, untuk menjelaskan pentingnya kerapian gigi bagi kesehatan dan aspek psikososial.

1. Sebanyak 4 dari 5 orang di Indonesia mengalami maloklusi

Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubangilustrasi merapikan gigi (unsplash.com/Diana Polekhina)

Maloklusi adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan struktur gigi dan rahang yang tidak rapi. Menurut pemaparan drg. Adelia, sebanyak 4 dari 5 orang di Indonesia mengalami masalah gigi tidak rapi

Maloklusi bisa menyebabkan gangguan bicara, kesehatan mulut dan pencernaan, serta memengaruhi aspek psikososial seseorang. Sayangnya, masalah gigi tidak rapi sering diabaikan oleh banyak orang karena dianggap sebagai masalah kesehatan yang tidak membahayakan. 

"Gigi tidak rapi masih sering diabaikan karena masyarakat Indonesia belum terlalu memahami dampak buruk yang bisa muncul dari gigi tidak rapi. Bagi kesehatan gigi dan mulut sendiri, riset membuktikan bahwa gigi tidak rapi dapat meningkatkan risiko gigi berlubang secara signifikan" jelas drg. Adelia.

2. Bisa meningkatkan risiko gigi berlubang

Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubangilustrasi gigi berlubang (unsplash.com/Amr Taha™)

Dokter Adelia menjelaskan bahwa gigi yang tidak rapi bisa meningkatkan risiko gigi berlubang. Ini bisa terjadi karena sisa makanan dan plak menjadi susah dibersihkan. Hal ini berpotensi menyebabkan penumpukan kotoran sehingga meningkatkan risiko gigi berlubang.

Saat struktur gigi lebih rapi, proses membersihkan gigi menjadi lebih mudah dan efektif. Ini karena sikat gigi lebih bisa menjangkau sela-sela gigi sehingga proses pembersihan menjadi lebih menyeluruh. 

"Plak gigi dan sisa makanan akan berkumpul di sela-sela yang sempit-sempit itu. Jadi, ketika kita makan sisa makanan jadi lebih gampang nyangkut, dan ketika kita sikat gigi itu lebih susah dibersihkan karena sikat giginya terbatas menjangkau bagian-bagian yang bertumpuk," drg. Adelia menjelaskan.

3. Proses mengunyah menjadi tidak maksimal

Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubangilustrasi mengunyah (unsplash.com/Engin Akyurt)

Dalam beberapa kasus, gigi yang tidak rata membuat proses mengunyah menjadi tidak maksimal. Contohnya untuk kasus gigi gingsul, gigi taring yang memiliki peran penting dalam mengunyah menjadi tidak dapat merobek makanan. 

Selain itu, ini juga menyebabkan gigi yang lain mengeluarkan tenaga yang lebih besar dan menjadikan beban gigi dalam mengunyah tidak seimbang. Menurut penjelasan drg. Adelia, ini meningkatkan risiko gigi patah. 

Saat gigi patah, solusi yang mungkin dilakukan adalah mencabut gigi tersebut. Pencabutan gigi menyebabkan beban dalam mengunyah menjadi tidak seimbang.

"Jadi gigi yang rapi, selain untuk estetik, mencegah lubang, juga untuk menyeimbangkan gigitan. Dengan gigitan yang seimbang, kita inginnya gigi kita itu awet sampai tua," tutur drg. Adelia. 

Baca Juga: Diskolorasi Gigi: Jenis, Pengobatan, Pencegahan

4. Memengaruhi proses pencernaan dan kognitif

Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubangilustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Selain memengaruhi kesehatan gigi dan mulut, gigi yang tidak rapi juga memengaruhi proses pencernaan dan kognitif. Gigi merupakan bagian dari sistem pencernaan. Saat pengunyahan tidak optimal, maka proses pencernaan juga tidak akan optimal. 

Dokter Adelia juga menjelaskan bahwa proses mengunyah yang optimal akan menghasilkan proses kognitif yang lebih baik, khususnya pada anak-anak. Proses mengunyah akan memicu sensori-sensori pada otak. Ini menjadi penting karena berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak tersebut. 

"Saat proses mengunyah tidak optimal, artinya proses pencernaan yang di lambung, usus, dan lainnya itu juga bisa bermasalah. Dalam jangka panjang, ini akan berpengaruh ke sistem pencernaan, kerjanya makin berat. Tentunya dipengaruhi juga oleh asupan gizi," jelas drg. Adelia. 

5. Kerapian gigi memengaruhi kehidupan sosial seseorang

Gigi Tidak Rapi Bisa Tingkatkan Risiko Gigi Berlubangilustrasi peluncuran Klar Aligner (Dok. Klar Smile)

Dari aspek psikososial, drg. Adelia menjelaskan bahwa kerapian gigi memengaruhi kehidupan sosial seseorang, seperti pekerjaan, percintaan, dan lainnya. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa 45 persen orang dengan gigi yang rapi memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. 

Hal ini berkaitan dengan bagaimana orang lain melihat kita saat tersenyum. Selain itu, gigi yang rapi juga bisa menambah rasa kepercayaan diri. Oleh sebab itu, struktur gigi memiliki pengaruh terhadap psikologi dan kehidupan sosial. 

"Penampilan itu memang tidak bisa kita abaikan, ya. Orang itu (yang mempunyai gigi rapi) bisa di-perceived lebih healithier, smarter. Jadi, otomatis kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan itu jauh lebih tinggi," jelas drg. Ardelia. 

Maloklusi atau gigi yang tidak rapi tidak hanya memiliki dampak pada estetika, tetapi juga pada kesehatan mulut, pencernaan, dan aspek psikososial. Jika kamu berencana untuk merapikan struktur gigi, pastikan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter gigi. 

Baca Juga: 6 Penyebab Gigi Bergeser, Apa yang Harus Dilakukan?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya