Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Jenis Sakit Perut dan Gejala yang Harus Diwaspadai

sickchirpse.com
sickchirpse.com

Sakit perut terjadi ketika merasa nyeri di perut, yakni area yang berada di antara tulang panggul sampai tulang iga. Ketika mengalaminya, kamu akan merasakan mulas, kram, atau rasa seperti tertusuk di daerah perut.

Rasa sakit perut ini kerap dipicu oleh gangguan pada organ dalam perut, seperti hati, empedu, usus, hati, pankreas, ginjal dan usus. Gangguan organ ini pun bermacam-macam berupa infeksi, peradangan, atau penyumbatan. Dikutip dari Health, inilah delapan penyebab sakit perut yang perlu diwaspadai.

1.Batu empedu (glasstones)

pexels/pixabay
pexels/pixabay

Batu empedu sangat keras seperti potongan kerikil yang terbuat dari bilirubin atau kolesterol dan berkembang di kantung empedu. Perut terasa nyeri karena batu empedu menyerang perut kanan atas, terlebih setelah makan berlemak.

2.Pankreatitis

nbcnews.com
nbcnews.com

Pankreatitis merupakan peradangan pada pankreas karena terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Kondisi ini bisa sangat kronis dan menyebabkan rasa sakit terbakar di perut atas bawah bahkan sampai punggung.

3.GERD

therecoveryvillage.com
therecoveryvillage.com

Gastroesophageal reflux disease atau GERD bisa menyebabkan nyeri di perut bagian atas serta dada bagian bawah. Penyebab sakit ini karena katup antara lambung dan kerongkongan bergerak lemah, sehingga asam yang ada di perut naik ke atas. Makanan yang terlalu pedas, berlemak, dan asam bisa membuat tubuh alami GERD.

4.Intoleran terhadap laktosa

buoyhealth.com
buoyhealth.com

Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional di Amerika Serikat, terdapat 65% dari populasi manusia mempunyai kemampuan yang rendah dalam mencerna laktosa setelah lahir.

Jenis intoleran ini bisa membuat perut alami nyeri ringan hingga berat tergantung dari kemampuan tubuh setiap orang. Gejala lain dari kondisi ini adalah diare, kembung, gas, bersendawa, dan gangguan pencernaan. Untuk menghindarinya, kamu sebaiknya tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung susu.

5.Intoleran pada gluten

healthline.com
healthline.com

Beberapa orang tidak bisa mengonsumsi gluten, yaitu protein pada gandum hingga menyebabkan kerusakan di usus kecil. Karena gluten, usus kecil tidak bisa menyerap nutrisi.

Jika dibiarkan, perut akan terasa nyeri, kembung, kelelahan, dan bergas. Bahkan untuk beberapa orang, usus yang tak mampu menyerap nutrisi akan menyebabkan diet kronis dan kekurangan gizi.

6.Endometriosis

mdedge.com
mdedge.com

Penyakit ini hanya memengaruhi wanita karena sel dari lapisan rahim pindah dan tumbuh di bagian lain tubuh, seperti panggul. Gejalanya adalah pendarahan yang tidak teratur, nyeri, dan infertilitas yang bisa terjadi. Sayangnya endometriosis ini sulit untuk didiagnosis, sehingga kamu perlu ke dokter spesialis untuk penanganan lebih lanjut.

7.Gastritis

getold.com
getold.com

Peradangan di lapisan perut bisa menyebabkan gastritis. Biasanya gastritis membuat seseorang merasa mual dan muntah yang diiringi dengan nyeri di perut bagian atas.

Bila gastritis tidak dikendalikan, perut akan alami komplikasi seperti pendarahan dan tukak lambung. Penyebab sakit ini adalah merokok, alkohol, penyakit autoimun, dan anti inflamasi non-steroid.

8.Keracunan makanan

tehrantimes.com
tehrantimes.com

Bakteri dan virus menjadi penyebab utama keracunan makanan. Biasanya hal ini ditandai dengan diarea dan muntah. Untuk menyembuhkan keracunan makanan dibutuhkan waktu 1-2 hari, tapi jika parah maka akan membutuhkan waktu lebih lama.

Memang tidak semua sakit di perut bisa dicegah, tapi ada baiknya kita mengurangi risikonya dengan menjalankan gaya hidup sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak merokok, rutin berolahraga, dan tidak minum alkohol.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lathiva R. Faisol
EditorLathiva R. Faisol
Follow Us