Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Persistent Depressive Disorder?

Seorang laki-laki mengalami depresi.
ilustrasi depresi (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Jika kamu merasa sedih atau murung hampir setiap hari dalam jangka waktu yang panjang, itu bisa menjadi tanda gangguan depresi persisten.
  • Penyebab gangguan depresi persisten meliputi faktor genetik, fungsi otak yang tidak normal, pengalaman hidup penuh tekanan, penyakit kronis, dan masalah dalam hubungan atau pekerjaan.
  • Gejala utamanya adalah suasana hati sedih atau murung hampir setiap hari. Pada anak-anak, mereka bisa tampak mudah tersinggung. Selain suasana hati yang murung atau mudah marah, bisa juga muncul gejala lain seperti gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan putus asa atau merasa terjebak dalam rutinitas, hingga sulit mengambil keputusan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gangguan depresi persisten (persistent depressive disorder/PDD), yang dulu dikenal sebagai distimia (dysthymia), merupakan bentuk depresi yang berlangsung lama.

Walaupun gejalanya tidak selalu seberat depresi mayor, tetapi kondisi ini dapat terus membayangi seseorang selama bertahun-tahun. Banyak pengidapnya menggambarkan perasaan sedih yang tak kunjung hilang, seolah mereka sudah depresi selama yang bisa mereka ingat, atau terus terjebak dalam siklus naik-turun suasana hati yang muram.

Gangguan ini termasuk jenis depresi kronis, yang mana suasana hati seseorang cenderung rendah hampir setiap hari. Dalam dunia medis, diagnosis gangguan depresi persisten mencakup spektrum keparahan yang luas, mulai dari ringan hingga berat. Namun, bahkan dalam bentuk terparahnya sekalipun, kondisi ini belum memenuhi kriteria sebagai depresi mayor. Singkatnya, gangguan depresi persisten adalah bentuk depresi jangka panjang dengan gejala yang lebih sedikit, tetapi berlangsung jauh lebih lama.

1. Penyebab

Para ahli masih belum sepenuhnya memahami apa yang menyebabkan gangguan depresi persisten (PDD).

Faktor genetik memang bisa berperan, tetapi tidak sesederhana itu. Ada orang yang tidak punya riwayat keluarga dengan depresi, namun tetap mengalaminya, ada pula yang memiliki riwayat keluarga dengan depresi namun tidak pernah mengalami masalah serupa.

Penelitian menunjukkan, fungsi otak yang tidak normal pada sirkuit atau jalur sel saraf yang mengatur suasana hati juga diduga terlibat. Selain itu, pengalaman hidup yang penuh tekanan, penyakit kronis, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga masalah dalam hubungan atau pekerjaan dapat menjadi pemicu munculnya depresi.

Kesimpulannya, depresi tidak disebabkan oleh satu penyebab tunggal, melainkan perpaduan kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan lingkungan yang saling memengaruhi.

2. Gejala

Gejala PDD sangat mirip dengan gangguan depresi mayor. Bedanya, daftar kriteria gejala pada depresi mayor lebih luas.

Untuk diagnosis PDD, seseorang perlu mengalami tiga dari tujuh gejala, sedangkan pada gangguan depresi mayor dibutuhkan lima dari sembilan gejala.

Gejala utama PDD adalah suasana hati sedih atau murung hampir setiap hari. Pada anak-anak, kondisi ini bisa tampak mudah tersinggung.

Selain suasana hati yang murung atau mudah marah, setidaknya dua dari gejala berikut biasanya muncul:

  • Perubahan nafsu makan (nafsu makan menurun atau justru berlebihan).
  • Gangguan tidur (terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur).
  • Kekurangan energi atau mudah lelah.
  • Harga diri rendah.
  • Perasaan putus asa atau merasa terjebak dalam rutinitas.
  • Sulit berkonsentrasi atau kesulitan mengambil keputusan.

Sementara itu, gejala tambahan yang termasuk dalam kriteria gangguan depresi mayor tetapi tidak pada PDD antara lain:

  • Kehilangan minat atau rasa senang pada sebagian besar aktivitas.
  • Gejala psikomotor (gelisah atau gerakan melambat).
  • Perasaan tidak berharga dan/atau rasa bersalah berlebihan.
  • Pikiran berulang tentang kematian atau keinginan untuk mengakhiri hidup.

3. Rentang waktu gangguan depresi persisten

Seorang laki-laki mengalami gejala depresi, wajahnya tampak murung.
ilustrasi seorang laki-laki mengalami gejala depresi (unsplash.com/Shlomi Glantz)

Gejala PDD dikenal bersifat kronis. Artinya, suasana hati murung atau depresi berlangsung hampir setiap hari selama sedikitnya dua tahun pada orang dewasa. Untuk anak-anak dan remaja, rentang waktu ini lebih singkat, cukup satu tahun. Dalam periode tersebut, mereka tidak pernah benar-benar bebas dari gejala lebih dari dua bulan berturut-turut.

Berbeda dengan PDD, gangguan depresi mayor memiliki daftar gejala yang lebih banyak, tetapi dengan rentang waktu lebih singkat. Diagnosis gangguan depresi mayor bisa ditegakkan jika gejala bertahan setidaknya dua minggu, meski pada kenyataannya sering berlangsung berbulan-bulan. Kabar baiknya, sebagian besar orang, sekitar 80 persen, dapat pulih sepenuhnya dalam waktu satu tahun.

Ada yang mengalami gangguan depresi mayor sekali seumur hidup lalu tidak pernah kambuh lagi. Namun, satu episode gangguan depresi mayor juga bisa menjadi faktor risiko berkembangnya PDD atau memicu episode depresi mayor berulang di kemudian hari.

4. Diagnosis

Diagnosis PDD ditegakkan ketika orang dewasa mengalami suasana hati murung disertai gejala depresi lain selama dua tahun atau lebih. Pada anak-anak dan remaja, diagnosis bisa ditegakkan setelah gejala berlangsung setidaknya satu tahun. Namun, bukan berarti seseorang harus menunggu dua tahun penuh untuk mencari pertolongan.

Jika gejala menetap atau terasa mengganggu meski baru berlangsung beberapa bulan, perawatan tetap bisa diberikan. Sayangnya, banyak orang dengan kondisi ini merasa malu atau enggan disebut “depresi,” sehingga mereka ragu untuk membicarakannya dengan tenaga medis.

Dalam beberapa kasus, gejala PDD justru menjadi pintu masuk menuju gangguan suasana hati lain, seperti:

  • Depresi mayor.
  • Gangguan bipolar, ditandai episode depresi yang bergantian dengan periode suasana hati sangat tinggi atau mudah tersinggung (mania).
  • Gangguan siklotimik, bentuk yang lebih ringan dari bipolar.

Tidak ada tes laboratorium khusus untuk memastikan diagnosis PDD. Meski begitu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan medis untuk menyingkirkan kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala serupa, seperti gangguan tiroid atau anemia.

Mengenali gejala sejak dini dan berani mencari bantuan adalah langkah penting agar kondisi tidak makin memburuk dan bisa ditangani dengan tepat.

5. Pengobatan

Ada berbagai cara untuk membantu mengatasi PDD:

  • Tidur cukup setiap hari.
  • Konsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
  • Minum obat sesuai petunjuk dokter, dan beri tahu dokter jika muncul efek samping.
  • Pelajari tanda-tanda awal ketika PDD mulai memburuk, serta siapkan langkah antisipasi jika itu terjadi.
  • Usahakan untuk rutin berolahraga.
  • Lakukan kegiatan yang bisa membuatmu bahagia.
  • Ceritakan perasaanmu kepada seseorang yang kamu percayai.
  • Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang positif dan peduli.
  • Hindari alkohol dan narkoba, karena keduanya dapat memperburuk suasana hati dan mengganggu kemampuan mengambil keputusan.

Obat-obatan umumnya efektif untuk menangani PDD, walaupun kadang efeknya tidak sekuat pada depresi mayor dan butuh waktu lebih lama untuk bekerja.

Jangan menghentikan obat tanpa berkonsultasi dengan dokter meskipun kamu merasa sudah lebih baik atau kamu mengalami efek samping. Selalu berkonsultasi dulu dengan dokter. Saat tiba waktunya menghentikan obat, dokter akan mengatur proses pengurangan dosis secara bertahap agar aman dan tidak menimbulkan gejala kambuh.

Selain obat, terapi bicara juga dapat membantu pasien PDD. Terapi ini menjadi ruang aman untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran, sekaligus belajar cara menghadapi dan memahami dampak depresi terhadap kehidupan. Beberapa jenis terapi bicara yang umum meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT): membantu mengenali gejala dan pemicu depresi, serta melatih keterampilan pemecahan masalah dan mengelola pikiran negatif.
  • Terapi wawasan atau psikoterapi (insight-oriented therapy): membantu memahami faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab munculnya pikiran dan perasaan depresif.

Bergabung dengan kelompok dukungan (support group) yang berisi orang-orang dengan pengalaman serupa juga bisa sangat membantu. Tanyakan hal ini kepada psikiater atau terapis.

6. Prognosis

Seorang perempuan menutupi mata dan keningnya, mengalami gejala depresi.
ilustrasi gejala depresi (IDN Times/Novaya)

Perjalanan PDD bisa berbeda pada setiap orang. Dengan penanganan yang tepat, durasi dan intensitas gejala biasanya berkurang, bahkan pada banyak kasus gejala dapat hilang sepenuhnya. Namun, tanpa pengobatan, kondisi ini cenderung menetap, menurunkan kualitas hidup, dan meningkatkan risiko berkembangnya depresi mayor di kemudian hari.

Meski pengobatan berhasil meredakan gejala, tetapi perawatan lanjutan sering kali tetap dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mencegah gejala kembali muncul dan menjaga kestabilan suasana hati dalam jangka panjang.

Dengan kombinasi terapi yang konsisten, dukungan lingkungan, serta gaya hidup sehat, peluang untuk menjalani hidup yang lebih baik tetap terbuka lebar.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Bagi sebagian orang dengan PDD, gejala tidak berhenti pada suasana hati murung yang berlangsung lama. Ada kalanya mereka juga mengalami episode depresi mayor di saat yang sama. Ini dikenal sebagai double depression, yaitu lapisan depresi kronis yang diperparah oleh episode depresi berat.

Menghadapi situasi ini, konsistensi dalam menjalani pengobatan menjadi kunci. Tetaplah mengikuti jadwal minum obat dan sesi terapi, lalu segera bicarakan dengan dokter jika gejala terasa makin berat. Kadang, penyesuaian sementara pada rencana perawatan memang diperlukan.

Dukungan orang terdekat juga sangat penting. Memberi tahu keluarga atau sahabat tentang tanda-tanda peringatan yang mungkin muncul bisa membantu mereka ikut menjaga dan memberi pertolongan saat kamu membutuhkannya. Dengan begitu, perjalanan menghadapi depresi tidak harus dijalani sendirian.

Jika kamu merasa sedih atau murung hampir setiap hari dalam jangka waktu yang panjang, itu bisa menjadi tanda gangguan depresi persisten. Penting untuk berbicara dengan ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, jika gejala depresi muncul. Obat, konseling, dan pola hidup sehat dapat membantu memperbaiki kondisi. Jika muncul dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain, segera cari pertolongan. Ingatlah, kamu tidak sendirian.

Referensi

"Persistent depressive disorder (dysthymia)." Harvard Health Publishing. Diakses Oktober 2025.

"An Overview of Persistent Depressive Disorder (Dysthymia)." Verywell Mind. Diakses Oktober 2025.

“Persistent Depressive Disorder: MedlinePlus Medical Encyclopedia,” n.d., https://medlineplus.gov/ency/article/000918.htm.

"Dysthymia (Persistent Depressive Disorder)." WebMD. Diakses Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Masalah Otot Dasar Panggul yang Diam-diam Menghantui Atlet Perempuan

19 Okt 2025, 12:08 WIBHealth