Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Bakteri yang Sering Menyebabkan Keracunan Makanan

Foto mikrograf Clostridium perfringens.
ilustrasi bakteri Clostridium perfringens (commons.wikimedia.org/CDC/Don Stalons)
Intinya sih...
  • Campylobacter adalah bakteri yang hidup di saluran pencernaan hewan dan bisa menyebabkan campylobacteriosis. Gejalanya meliputi diare, kram perut, demam, mual, dan muntah.
  • Clostridium perfringens dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang dikenal sebagai foodborne gastroenteritis. Gejala umumnya meliputi kram perut dan diare.
  • Escherichia coli dapat mencemari tanah, air, dan makanan melalui kotoran hewan. Infeksi E.coli dapat menyebabkan gastroenteritis atau dalam kasus parah haemolytic uraemic syndrome (HUS).
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keracunan makanan adalah ancaman kesehatan dari kehidupan sehari-hari. Dari makanan rumahan hingga hidangan siap saji, risiko kontaminasi bisa muncul kapan saja tanpa disadari. Gejalanya seperti mual, muntah, dan diare bisa terasa sangat melemahkan.

Di balik keracunan makanan, ada berbagai mikroorganisme yang menjadi biang keladi, salah satunya adalah bakteri yang mampu berkembang biak dengan cepat pada makanan yang tidak diolah atau disimpan dengan benar.

Setiap bakteri memiliki karakteristik, sumber kontaminasi, dan cara penularan yang berbeda. Dengan memahami apa saja bakteri umum penyebab keracunan makan, kamu diharapkan bisa lebih waspada dalam memilih, mengolah, dan menyimpan makanan.

Baca terus untuk mengetahui beberapa bakteri penyebab keracunan makanan yang umum dan dampaknya pada kesehatan jika kamu sampai terinfeksi.

1. Campylobacter

Campylobacter adalah jenis bakteri yang hidup di saluran pencernaan hewan peliharaan, ternak, maupun satwa liar. Dari sana, bakteri bisa berpindah ke makanan atau air, biasanya melalui kotoran atau organ hewan. Proses seperti pemerahan susu atau pengolahan unggas sering menjadi jalur kontaminasi yang tidak disadari.

Risiko kesehatan

Jika masuk ke tubuh manusia, Campylobacter dapat memicu penyakit saluran cerna yang disebut campylobacteriosis.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi kelompok rentan (seperti anak kecil, lansia, atau orang dengan sistem imun lemah misalnya pasien kanker) lebih mudah jatuh sakit.

Makanan yang paling sering terkontaminasi

  • Unggas (ayam, kalkun, bebek).
  • Daging.
  • Seafood.
  • Susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Air yang tidak diolah.

Gejala infeksi

Tanda-tanda biasanya muncul 2–5 hari setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala umum meliputi diare (kadang berdarah), kram perut, demam, mual, muntah, dan rasa lelah.

Sebagian besar orang sakit selama beberapa hari hingga dua minggu. Pada kasus jarang, infeksi bisa berkembang menjadi lebih serius, bahkan memicu komplikasi seperti radang sendi reaktif atau sindrom Guillain-Barré. Menariknya, ada juga orang yang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala sama sekali.

Pengobatan

Minumlah banyak cairan dan istirahatlah yang cukup. Jika tidak mampu minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi, atau bila gejala terasa berat, segera hubungi dokter.

Antibiotik hanya dianjurkan bagi pasien yang sakit parah atau memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit serius, misalnya pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Pencegahan

Pencegahan sebenarnya sederhana, tetapi harus konsisten dilakukan.

  • Masak makanan hingga benar-benar matang, terutama daging unggas dan hati, sampai tidak ada bagian merah muda dan cairan jernih keluar.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum menyiapkan atau menyantap makanan.
  • Jangan pernah mencuci ayam mentah karena justru menyebarkan bakteri lewat percikan air.
  • Jaga kebersihan dapur dan peralatan, gunakan talenan serta pisau terpisah untuk daging mentah dan makanan siap santap.
  • Simpan makanan matang terpisah dari yang mentah.
  • Pastikan makanan dipanaskan kembali hingga suhu minimal 75 derajat Celcius.
  • Cuci buah dan sayuran dengan air mengalir.
  • Hindari konsumsi susu yang tidak dipasteurisasi, seafood mentah, atau air yang tidak diolah.

2. Clostridium perfringens

Clostridium perfringens (C. perfringens) adalah bakteri yang sangat umum ditemukan di lingkungan, termasuk di tanah, air, serta di saluran pencernaan manusia dan hewan. Entah fakta ini menarik atau mengkhawatirkan, bakteri ini punya kemampuan membentuk spora serta menghasilkan racun yang tidak mudah hancur meski sudah dimasak atau direbus.

Risiko kesehatan

Saat masuk ke dalam tubuh melalui makanan, C. perfringens dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang dikenal sebagai foodborne gastroenteritis.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi kelompok rentan seperti anak kecil, ibu hamil, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah (misalnya pasien kanker) berisiko mengalami gejala yang lebih berat.

Makanan yang paling sering terkontaminasi

  • Daging sapi.
  • Daging unggas.
  • Kuah daging atau saus kental dari kaldu (gravy).
  • Makanan yang dibiarkan terlalu lama di alat penghangat makanan prasmanan (steam table) atau pada suhu ruangan.
  • Makanan yang terlalu lama berada di zona bahaya suhu.
  • Makanan yang sudah dimasak sebelumnya (pre-cooked), terutama hidangan berbumbu dan berherba.

Gejala infeksi

Tanda-tanda biasanya muncul dalam 6–24 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Gejala umum meliputi kram perut dan diare, kadang disertai mual, muntah, atau demam. Sebagian besar kasus bersifat ringan dan kamu biasanya pulih dalam waktu kurang dari satu hari.

Pengobatan

Minum banyak cairan dan cukup istirahat. Jika kamu tidak dapat minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi, hubungi dokter.

Pencegahan

Pencegahan berawal dari dapur.

  • Masak makanan hingga matang sempurna dan sajikan segera, atau jaga tetap panas di atas 60 derajat Celcius sebelum disajikan.
  • Jika makanan akan disimpan, dinginkan dengan cepat: masukkan ke kulkas atau freezer segera setelah uapnya hilang, dan bagi porsi besar ke wadah kecil agar lebih cepat dingin.
  • Pastikan suhu kulkas stabil di 5 derajat Celcius atau lebih rendah.
  • Sisa makanan sebaiknya dikonsumsi dalam 3–4 hari, atau dalam satu hari saja untuk kelompok rentan.
  • Saat memanaskan makanan kembali, gunakan kompor atau microwave hingga suhu mencapai 75 derajat Celcius.
  • Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.
  • Jaga kebersihan dapur dan peralatan agar bakteri tidak punya kesempatan untuk berkembang biak

3. Escherichia coli

Ilustrasi bakteri Escherichia coli (E. Coli).
ilustrasi bakteri Escherichia coli (E. Coli) (pixabay.com/Wikilmages)

Escherichia coli (E.coli) adalah jenis bakteri yang hidup dalam usus manusia maupun hewan.

Sebagian besar strain E. coli tidak berbahaya, tetapi ada juga yang bisa menimbulkan penyakit. Salah satunya adalah shiga-toxin producing E. coli (STEC), yaitu E. coli penghasil racun shiga. Bakteri ini dapat mencemari tanah, air, dan makanan melalui kotoran hewan, misalnya dari ternak atau pupuk kandang.

Risiko kesehatan

STEC dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan berupa gastroenteritis. Pada beberapa kasus, infeksi bisa berkembang menjadi kondisi serius yang mengancam jiwa, yaitu haemolytic uraemic syndrome (HUS). Penyakit ini dapat merusak ginjal, menyebabkan gagal ginjal jangka panjang, bahkan membuat pasien membutuhkan cuci darah atau transplantasi ginjal.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah lebih rentan mengalami sakit berat.

Makanan yang paling berisiko terkontaminasi

  • Daging sapi giling.
  • Salami.
  • Produk susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Jus yang tidak dipasteurisasi.
  • Sayuran berdaun segar.
  • Kecambah.

Gejala infeksi

Tanda-tanda gastroenteritis akibat STEC biasanya muncul 2–10 hari setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala yang sering terjadi meliputi diare berair (kadang berdarah), kram perut, mual, dan muntah yang berlangsung 5–10 hari. Pada sebagian kasus, setelah diare berdarah muncul, dapat berkembang menjadi HUS dengan gejala seperti berkurangnya jumlah urine (sering kali berdarah), tubuh sangat lemas, mudah memar, dan kelelahan berat. Jika berlanjut, HUS bisa menyebabkan gagal ginjal, tekanan darah tinggi, kejang, anemia, bahkan kematian.

Pengobatan

Minum banyak cairan dan beristirahat. Jika tidak dapat minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi atau jika gejala yang dialami parah (termasuk diare berdarah atau sakit perut parah), hubungi dokter.

Cara mengurangi risiko

  • Masak daging giling mentah (burger, sosis, dll.) hingga matang sempurna dengan suhu internal 75 derajat Celcius, pastikan cairannya jernih dan tidak ada bagian berwarna merah muda.
  • Cuci buah dan sayuran mentah dengan air mengalir hingga bersih.
  • Cuci tangan dengan sabun dan keringkan sebelum menyiapkan atau menyantap makanan.
  • Gunakan talenan dan pisau terpisah untuk makanan mentah dan makanan siap santap.
  • Simpan daging mentah dalam wadah tertutup di rak bawah kulkas agar cairannya tidak menetes ke makanan lain.
  • Hindari konsumsi produk susu dan jus yang tidak dipasteurisasi.

4. Listeria

Listeria monocytogenes atau Listeria adalah bakteri yang banyak ditemukan di tanah, air, limbah, serta di saluran pencernaan hewan.

Berbeda dengan banyak bakteri lain, Listeria mampu tumbuh dalam kondisi dingin, bahkan pada makanan yang disimpan di lemari es.

Risiko kesehatan

Listeria dapat menyebabkan penyakit yang disebut listeriosis. Meski jarang terjadi, tetapi penyakit ini bisa sangat berbahaya bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Pada ibu hamil, infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, atau lahir mati. Yang membuatnya lebih berisiko, bahkan jumlah kecil Listeria dalam makanan sudah cukup untuk menimbulkan penyakit.

Cara penularan paling umum adalah melalui makanan yang terkontaminasi, dan karena tahan suhu rendah, bakteri ini tetap bisa berkembang biak meski makanan disimpan di kulkas.

Makanan yang lebih berisiko terkontaminasi

  • Susu dan produk olahan susu (mentah) yang tidak dipasteurisasi.
  • Semua jenis keju yang dibuat dengan susu (mentah) yang tidak dipasteurisasi.
  • Keju jenis queso fresco yang tidak dipanaskan, jika dibuat dari susu (mentah) yang dipasteurisasi atau tidak dipasteurisasi, atau keju segar dan lunak serupa seperti queso blanco dan requesón.
  • Buah dan sayur mentah (seperti kecambah).
  • Daging deli dan hot dog siap saji.
  • Pate atau olesan daging yang didinginkan.
  • Makanan laut asap yang didinginkan.

Gejala infeksi

Gejala biasanya muncul sekitar tiga minggu setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi, meski bisa juga lebih cepat (tiga hari) atau lebih lama hingga 70 hari.

Pada orang sehat, gejalanya sering menyerupai flu ringan: demam, sakit kepala, lelah, dan nyeri otot. Kadang disertai mual, kram perut, atau diare. Namun, pada kasus yang lebih berat, listeriosis dapat menyebabkan keracunan darah, radang otak dan sumsum tulang belakang, keguguran, bahkan kematian.

Pada ibu hamil, gejala bisa tampak ringan, tetapi tetap berbahaya bagi janin sehingga perlu segera mendapat perhatian medis.

Pengobatan

Untuk listeriosis invasif, antibiotik yang diberikan segera dapat menyembuhkan infeksi. Pada ibu hamil, antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi pada bayi yang belum lahir.

Pencegahan

  • Untuk ibu hamil, lansia, atau orang yang memiliki sistem imun lemah, pilih makanan yang lebih aman.
  • Hindari makanan siap santap berisiko tinggi, seperti:
    • Daging dingin dari deli atau sandwich bar, termasuk daging kemasan siap makan.
    • Ayam matang dingin (utuh, potongan, atau dadu).
    • Seafood dingin (tiram mentah, sashimi, sushi, seafood asap, udang matang dingin).
    • Keju lunak atau semi lunak (brie, camembert, ricotta, blue, feta) kecuali dimasak hingga matang.
    • Paté atau olesan daging dingin.
    • Salad buah atau sayur siap saji, termasuk dari buffet atau salad bar.
    • Melon (cantaloupe), kecambah mentah, es krim soft serve, serta jus yang tidak dipasteurisasi.
  • Jangan konsumsi makanan yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa.
  • Masak makanan hingga matang sempurna dan konsumsi segera.
  • Simpan sisa makanan di kulkas dan habiskan dalam 3–4 hari (atau satu hari untuk kelompok rentan).
  • Panaskan kembali makanan hingga benar-benar panas (75 derajat Celcius).
  • Pastikan suhu kulkas 5 derajat Celcius atau lebih rendah.
  • Cuci buah dan sayuran dengan air mengalir.
  • Hindari kontaminasi silang dengan memisahkan talenan dan pisau untuk makanan mentah dan siap santap, serta simpan makanan matang terpisah dari yang mentah.
  • Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan atau menyantap makanan, dan jaga kebersihan dapur serta peralatan.

5. Salmonella

Salmonella adalah jenis bakteri yang umum hidup di usus hewan peliharaan, ternak, maupun satwa liar.

Bakteri ini dapat berpindah ke makanan melalui tanah atau air yang terkontaminasi kotoran hewan maupun manusia, misalnya dari pupuk kandang, limbah, atau tangan yang kotor.

Risiko kesehatan

Infeksi Salmonella dapat menyebabkan penyakit saluran cerna serius yang disebut salmonellosis. Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih rentan mengalami sakit berat.

Makanan yang paling sering terkontaminasi

Sayuran, daging ayam, daging babi, buah-buahan, kacang-kacangan, telur, daging sapi, dan kecambah.

Gejala infeksi

Tanda-tanda biasanya muncul dalam 12–36 jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala umum meliputi diare, kram perut, mual, muntah, demam, dan sakit kepala. Pada sebagian kasus, penyakit ini bisa menjadi lebih serius akibat dehidrasi berat hingga membutuhkan perawatan di rumah sakit, atau menimbulkan masalah jangka panjang seperti radang sendi.

Sebagian besar orang sakit selama 4–7 hari, meski ada juga yang lebih lama.

Pengobatan

Minum banyak cairan dan istirahatlah. Jika tidak dapat minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi atau jika gejala parah, hubungi dokter.

Antibiotik hanya direkomendasikan untuk pasien yang penyakitnya serius (seperti diare parah, demam tinggi, atau infeksi aliran darah), atau yang lebih mungkin mengalami penyakit atau komplikasi parah (bayi, dewasa di atas 65 tahun, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah).

Pencegahan

  • Masak makanan hingga matang sempurna, terutama daging unggas dan telur.
  • Jangan gunakan telur yang kotor atau retak.
  • Cuci tangan dengan sabun dan keringkan sebelum menyiapkan atau menyantap makanan, serta setelah memegang telur.
  • Jangan pernah mencuci ayam mentah karena justru menyebarkan bakteri melalui percikan air.
  • Cuci buah dan sayuran mentah dengan air mengalir hingga bersih.
  • Hindari kontaminasi silang: gunakan talenan dan pisau terpisah untuk ayam mentah dan makanan siap santap, serta simpan makanan matang terpisah dari yang mentah.
  • Jaga suhu makanan: makanan dingin tetap di bawah 5 derajat Celcius, makanan matang tetap panas di atas 60 derajat Celcius hingga disajikan.
  • Ikuti petunjuk penyimpanan pada label produk.
  • Pastikan dapur dan peralatan selalu bersih.

6. Staphylococcus aureus

Bakteri Staphylococcus aureus.
Bakteri Staphylococcus aureus (phil.cdc.gov/Janice Haney Carr)

Staphylococcus aureus (S. aureus)adalah bakteri yang umum ditemukan pada kulit dan di dalam hidung manusia. Sebagian besar orang bisa menjadi pembawa bakteri ini tanpa sakit, tetapi ketika berpindah ke makanan, bakteri dapat menghasilkan racun yang memicu keracunan makanan. Racun ini tahan terhadap panas, sehingga meski makanan sudah dimasak, racunnya tetap bisa bertahan dan menyebabkan gejala.

Risiko kesehatan

Infeksi Staphylococcus aureus dapat menyebabkan keracunan makanan yang dikenal sebagai staphylococcal food poisoning.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko mengalami gejala yang lebih berat.

Sumber kontaminasi

Keracunan makanan akibat Staphylococcus aureus biasanya terjadi ketika orang yang membawa bakteri ini tidak mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

Makanan yang tidak dimasak lagi setelah diolah (seperti daging iris, puding, kue pastry, dan sandwich) menjadi sangat berisiko jika terkontaminasi.

Gejala infeksi

Gejala dapat muncul sangat cepat, mulai dari 30 menit hingga 8 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Penyakit ini ditandai dengan munculnya mual mendadak, muntah, dan kram perut. Sebagian besar orang juga mengalami diare.

Lama sakit biasanya singkat, sekitar satu hari, dan sebagian orang pulih tanpa komplikasi.

Pengobatan

Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Jika tidak mampu minum cukup cairan atau gejala terasa berat, segera hubungi dokter. Dokter mungkin akan memberikan obat untuk mengurangi mual dan muntah.

Pencegahan

  • Gunakan termometer makanan untuk memastikan makanan dimasak hingga suhu internal aman.
  • Jaga makanan panas tetap di atas 60 derajat Celcius dan makanan dingin tetap di bawah 4 derajat Celcius.
  • Simpan makanan matang dalam wadah dangkal dan masukkan ke kulkas dalam waktu 2 jam (atau 1 jam bila suhu lingkungan lebih dari 32 derajat Celcius).
  • Cuci tangan dengan sabun selama 20 detik sebelum, selama, dan setelah menyiapkan makanan, serta sebelum makan.
  • Jangan menyiapkan makanan jika sedang diare atau muntah.
  • Gunakan sarung tangan saat menyiapkan makanan bila ada luka atau infeksi di tangan atau pergelangan tangan.

7. Clostridium botulinum

Clostridium botulinum (C. botulinum)adalah bakteri yang dapat ditemukan di tanah, air, tanaman, serta di saluran pencernaan hewan. Bakteri ini mampu membentuk spora dan menghasilkan racun yang tidak hancur meski sudah dimasak atau direbus.

Risiko kesehatan

C. botulinum dapat menyebabkan penyakit serius yang disebut botulisme. Pada bayi di bawah 12 bulan, spora bakteri dapat menimbulkan infant botulism. Meski jarang terjadi, tetapi botulisme sangat berbahaya. Tanpa penanganan cepat, penyakit ini bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.

Makanan yang paling berisiko terkontaminasi

  • Pada bayi: Madu dan produk yang mengandung madu, termasuk empeng bayi yang diisi atau dicelupkan ke dalam madu.
  • Bayi, anak-anak, dan orang dewasa: Makanan kaleng atau awetan rumahan yang tidak diproses dengan benar, termasuk sayuran rendah asam dan ikan fermentasi; makanan kaleng komersial yang tidak diproses dengan baik; minyak yang diberi campuran herba, kentang panggang dalam aluminium foil, saus keju, serta bawang putih dalam botol.

Gejala botulisme

Tanda-tanda biasanya muncul dalam 18–36 jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala umum botulisme pada orang dewasa meliputi pusing, mual, mulut kering, muntah, penglihatan ganda, serta kesulitan berbicara dan menelan. Kondisi ini dapat berkembang menjadi kelemahan otot dan sembelit.

Pada bayi, gejala yang sering muncul adalah sembelit, hilang nafsu makan, tangisan lemah, kesulitan mengisap, serta kelemahan otot termasuk lemahnya kontrol kepala.

Penyakit ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.

Pengobatan

Botulisme adalah keadaan darurat medis. Jika kamu atau anak mengalami gejala botulisme, segera temui dokter atau pergi ke unit gawat darurat.

Pencegahan

  • Berhati-hati saat menyiapkan makanan kaleng, makanan vakum (termasuk masakan sous vide), serta produk daging atau ikan yang difermentasi, diasinkan, atau diasap bila tidak akan dimasak lagi.
  • Gunakan botol dan toples baru yang sudah disterilisasi.
  • Buang makanan kaleng atau vakum yang rusak, menggembung, atau tampak busuk.
  • Jangan berikan madu kepada bayi yang usianya di bawah 12 bulan.
  • Cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan atau menyantap makanan.
  • Jaga kebersihan dapur dan peralatan.
  • Dinginkan atau bekukan makanan matang segera setelah uapnya hilang.

8. Shigella

Shigella adalah jenis bakteri yang dapat ditemukan di usus manusia maupun hewan. Bakteri ini bisa masuk ke makanan melalui kotoran orang atau hewan yang terinfeksi, misalnya akibat kebiasaan cuci tangan yang buruk atau kontak dengan limbah dan pupuk kandang.

Risiko kesehatan

Infeksi Shigella dapat menyebabkan penyakit saluran cerna yang disebut shigellosis. Penyakit ini menular dari orang ke orang. Dalam beberapa kasus, shigellosis dapat menimbulkan komplikasi serius seperti kejang atau masalah jangka panjang berupa radang sendi.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi anak kecil dan lansia lebih rentan mengalami sakit berat. Orang dengan kebersihan pribadi yang buruk lebih mudah tertular, begitu juga mereka yang bepergian ke daerah dengan sanitasi yang kurang baik. Bahkan jumlah kecil Shigella saja sudah cukup untuk membuat seseorang jatuh sakit.

Makanan yang berisiko tinggi terkontaminasi adalah makanan yang banyak disentuh saat persiapan, seperti salad dan sandwich, serta sayuran mentah. Wabah Shigella yang ditularkan melalui makanan paling sering dikaitkan dengan kontaminasi oleh pekerja makanan yang sedang sakit.

Gejala

Tanda-tanda biasanya muncul dalam 12 jam hingga 4 hari setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala umum meliputi kram perut mendadak, demam, diare (kadang berdarah), mual, dan muntah. Pada sebagian kasus, kejang dapat terjadi akibat demam tinggi.

Secara umum, gejala berlangsung selama 4–7 hari.

Pengobatan

Minumlah banyak cairan dan istirahatlah yang cukup. Tetap di rumah dan jangan pergi ke sekolah atau bekerja untuk mencegah penyebaran bakteri kepada orang lain.

Jika tidak mampu minum cukup cairan untuk mencegah dehidrasi, atau mengalami diare berdarah, segera hubungi dokter.

Pencegahan

  • Cuci tangan dengan sabun hingga bersih dan keringkan sebelum menyiapkan atau menyantap makanan, terutama setelah dari toilet atau mengganti popok.
  • Jaga kebersihan peralatan, terutama di lingkungan berisiko tinggi seperti pusat penitipan anak, panti jompo, atau tempat pengolahan makanan.
  • Saat bepergian ke daerah dengan sanitasi buruk, minumlah air kemasan dan hindari makanan yang mungkin disiapkan dengan air yang terkontaminasi.

9. Yersinia

Gambar 3D yang dihasilkan komputer dari bakteri Yersinia enterocolitica.
Gambar 3D yang dihasilkan komputer dari bakteri Yersinia enterocolitica. (commons.wikimedia.org/phil.cdc.gov/Jennifer Oosthuizen)

Yersinia adalah jenis bakteri yang dapat ditemukan di usus hewan peliharaan, ternak, maupun satwa liar. Bakteri ini bisa mencemari tanah, air, dan makanan melalui kotoran hewan, misalnya dari hewan yang sedang merumput atau dari pupuk kandang.

Risiko kesehatan

Infeksi Yersinia dapat menyebabkan penyakit saluran cerna yang disebut yersiniosis.

Siapa pun bisa terinfeksi, tetapi anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko paling tinggi untuk sakit berat.

Makanan yang paling sering terkontaminasi antara lain daging babi, susu yang tidak dipasteurisasi, serta sayuran mentah.

Gejala infeksi

Tanda-tanda biasanya muncul 4–7 hari setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Gejala umum meliputi demam, diare (sering kali berdarah pada anak kecil), dan nyeri perut yang kadang menyerupai gejala usus buntu. Beberapa orang juga mengalami nyeri sendi dan ruam kulit.

Gejala umumnya berlangsung 1–3 minggu.

Pengobatan

Sebagian besar kasus yersiniosis dapat sembuh tanpa pengobatan khusus karena tubuh akan membersihkan bakteri penyebabnya. Namun, gejala bisa berlangsung beberapa minggu hingga benar-benar hilang.

Saat masa pemulihan, minumlah banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Pada kasus yang berat, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik.

Pencegahan

  • Cuci tangan dengan sabun hingga bersih dan keringkan sebelum menyiapkan atau menyantap makanan.
  • Masak daging babi hingga matang sempurna sebelum dimakan, terutama daging babi giling dan sosis.
  • Simpan daging di dalam kulkas dengan suhu 5 derajat Celcius atau lebih dingin.
  • Cuci buah dan sayuran dengan air mengalir hingga bersih.
  • Hindari kontaminasi silang, misalnya dengan menggunakan talenan dan pisau terpisah untuk makanan mentah dan makanan siap santap, serta simpan makanan matang terpisah dari makanan mentah.

10. Bacillus cereus

Bacillus cereus (B. cereus)adalah bakteri berbentuk batang yang dapat membentuk spora tahan panas. Bakteri ini banyak ditemukan di tanah, sayuran, rempah, produk susu, daging, hingga nasi. Ia menghasilkan racun yang bisa menyebabkan keracunan makanan. Ada dua tipe utama:

  • Tipe emetik (muntah): racun terbentuk di makanan sebelum dimakan, biasanya pada nasi atau makanan bertepung yang disimpan terlalu lama pada suhu ruang.
  • Tipe diare: racun terbentuk di usus setelah bakteri tertelan, biasanya dari daging, susu, sayuran, atau saus.

Risikonya kesehatan

Keracunan makanan akibat B. cereus umumnya ringan dan sembuh sendiri, tetapi bisa berbahaya bagi kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah.

Pada kasus jarang, infeksi non saluran cerna (misalnya pada luka atau darah) dapat menyebabkan penyakit serius.

Gejala

Pada tipe emetik dapat terjadi mual, muntah, kram perut. Gejala muncul cepat, 1–6 jam setelah makan makanan terkontaminasi.

Pada tipe diare, gejalanya bisa berupa diare berair, kram perut, kadang disertai mual. Gejala muncul lebih lambat, 6–15 jam setelah makan.

Lama sakit biasanya 24 jam, meski bisa lebih lama pada sebagian orang.

Pengobatan

Sebagian besar kasus tidak memerlukan pengobatan khusus. Tubuh akan membersihkan bakteri atau racunnya sendiri.

Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Jika gejala berat (misalnya muntah atau diare parah), segera hubungi dokter. Pada kasus tertentu, dokter dapat memberikan terapi tambahan atau antibiotik, terutama bila infeksi terjadi di luar saluran cerna.

Pencegahan

  • Simpan makanan panas di atas 60 derajat Celcius dan makanan dingin di bawah 5 derajat Celcius.
  • Dinginkan makanan matang segera (jangan biarkan lebih dari 2 jam di suhu ruang).
  • Simpan nasi, pasta, atau makanan bertepung lain di kulkas bila tidak langsung dimakan.
  • Panaskan kembali makanan hingga suhu internal 75 derajat Celcius sebelum dikonsumsi.
  • Jaga kebersihan dapur, peralatan, dan cuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.

Berbagai bakteri penyebab keracunan makanan dapat ditemukan di lingkungan sekitar, mulai dari tanah, air, hewan, hingga dapur rumah sendiri. Meski sebagian besar kasus hanya menimbulkan gejala ringan hingga sedang, tetapi beberapa bakteri dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan mengancam jiwa, terutama pada kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, ibu hamil, dan orang-orang dengan sistem imun lemah.

Pencegahan tetap menjadi kunci utama. Kebiasaan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun, memasak makanan hingga matang sempurna, menjaga suhu penyimpanan, menghindari kontaminasi silang, serta memilih makanan yang aman (misalnya produk susu yang dipasteurisasi dan air bersih) dapat secara signifikan menurunkan risiko. Dengan memahami sumber, gejala, dan cara pencegahan setiap bakteri, kamu bisa lebih waspada sekaligus melindungi diri dan keluarga dari ancaman keracunan makanan.

Referensi

"Food Safety." World Health Organization. Diakses September 2025.

"Symptoms & Causes of Food Poisoning." National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diakses September 2025.

"Bacteria and Viruses." FoodSafety.gov. Diakses September 2025.

"Bacterial Food Poisoning." Texas A&M AgriLife. Diakses September 2025.

"Bacteria, viruses and toxins that cause foodborne illness." Food Standards Australia New Zealand. Diakses September 2025.

"Yersiniosis." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

"Bacillus Cereus." Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

"Bacillus cereus: Food Poisoning Mechanisms and Control Measures." Food Safety Institute. Diakses September 2025.

"Preventing Foodborne Illness: Bacillus cereus." National Institute of Food and Agriculture. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
Nuruliar F
3+
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us

Latest in Health

See More

Lauk MBG Nuget Hiu di Kalbar, Apa Bahaya Konsumsi Daging Hiu?

25 Sep 2025, 12:14 WIBHealth