Apa Saja Bahaya Pasien Demensia saat Bepergian Jauh?

Diagnosis demensia tidak selalu berarti bahwa orang tersebut langsung tidak dapat mengemudi atau bepergian. Demensia menyebabkan hilangnya fungsi mental secara progresif dan ireversibel.
Demensia dapat menyebabkan hilangnya ingatan, keterbatasan konsentrasi, dan masalah wawasan. Ini memengaruhi penilaian dan kemampuan seseorang untuk mengemudi atau bepergian dengan aman. Ketika kemampuan tersebut terdampak, orang dengan demensia akan menjadi risiko bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Apa saja bahaya pasien demensia saat bepergian jauh dan apa saja yang perlu diperhatikan?
Risiko yang dihadapi pasien demensia saat bepergian jauh

Karena menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mengenali tempat dan wajah familier, umum bagi orang dengan penyakit Alzheimer atau demensia untuk berkeliaran atau tersesat atau bingung tentang lokasinya. Ini bisa terjadi pada setiap tahap penyakit, menurut Alzheimer's Association.
Sebanyak 6 dari 10 orang yang hidup dengan demensia akan berkeliaran (perilaku wandering) setidaknya sekali. Banyak yang melakukannya berulang kali. Meskipun umum, tetapi perilaku wandering ini bisa berbahaya, bahkan bisa mengancam nyawa, dan tekanan dari risiko ini sangat membebani keluarga dan pengasuh.
Menambahkan dari Johns Hopkins University Press, seseorang yang menunjukkan gejala demensia mungkin "tertantang" oleh lingkungan baru, orang baru, perubahan rutinitas, perubahan zona waktu, kebisingan, dan kelelahan. Juga, orang dengan tantangan perilaku kemungkinan besar akan mengalami kesulitan.
Ada sejumlah tanda dan gejala demensia yang mengindikasikan bahwa bepergian bukanlah ide yang baik. Ini termasuk:
- Disorientasi, kebingungan, atau agitasi yang konsisten bahkan dalam situasi yang akrab.
- Lupa bagaimana menuju ke tempat-tempat yang sudah dikenal.
- Meminta pulang ketika jauh dari rumah.
- Mencoba atau ingin "pulang" bahkan ketika di rumah.
- Perilaku delusi (pikiran atau pandangan yang tidak berdasar), paranoid, atau disinhibisi (kehilangan atau penurunan proses penghambatan fisiologis atau psikologis oleh suatu hal tertentu).
- Masalah dalam pengendalian diri.
- Berkaca-kaca, cemas, atau perilaku menyendiri dalam suasana ramai dan bising.
- Perilaku gelisah atau wandering.
- Agresi fisik atau verbal.
- Berbicara tentang memenuhi kewajiban sebelumnya, seperti pergi bekerja.
- Berteriak, menjerit, atau menangis secara spontan.
- Berisiko tinggi untuk jatuh.
- Kondisi medis yang tidak stabil.
- Menjadi gelisah, mondar-mandir atau membuat gerakan berulang.
- Kesulitan menemukan tempat yang sudah dikenal, seperti kamar mandi, kamar tidur, atau ruang makan.
- Menanyakan keberadaan teman dan keluarga masa lalu.
- Bertindak seolah-olah melakukan hobi atau pekerjaan rumah, tetapi tidak ada yang selesai.
- Tampak tersesat di lingkungan baru atau yang berubah.
- Menjadi gugup atau cemas di tempat yang ramai orang.
Apabila mengalami tanda-tanda di atas, para ahli kemungkinan besar berpendapat bahwa bepergian dengan moda transportasi apa pun bukanlah ide yang baik untuk pasien dengan demensia.
Jika perjalanan tidak dapat dihindari, disarankan untuk berkonsultasi dengan spesialis untuk mengetahui apakah pengobatan dapat berguna untuk menenangkan orang tersebut. Menjadi pendamping yang akrab dan menenteramkan adalah pertimbangan pertama.
Apakah perjalanan akan sukses tergantung pada individu dengan gejala demensia, seberapa jauh gejala demensia telah berkembang, dan seberapa mudah mereka menjadi gelisah atau cemas dengan semua informasi perjalanan yang diberikan kepada mereka, termasuk seberapa baik tanggapan pengasuh atau orang-orang di sekitarnya.
Tips mengelola perjalanan dengan pasien demensia

Menurut Better Health Channel, saran yang dapat membantu menjadikan perjalanan lebih menyenangkan bagi semua orang meliputi:
- Bersiap untuk bertanggung jawab penuh atas pasien demensia. Ini bisa melelahkan, jadi cobalah untuk banyak istirahat sebelum perjalanan.
- Simpan semua harta benda penting, seperti paspor, uang, jadwal, dan tiket.
- Minta pasien demensian untuk memakai gelang pengenal setiap saat. Pastikan informasi berikut juga ada di dompet atau dompet mereka: nama, alamat, dan nomor telepon. Tandai semua pakaian dengan namanya.
- Simpan daftar kontak penting, seperti dokter dan keluarga.
- Ingatlah untuk membawa obat yang cukup selama periode perjalanan.
- Simpan daftar obat-obatan terbaru dan terkini, yang mungkin berguna jika pasien demensia menjadi tidak sehat.
- Jika bepergian dengan pesawat, pertimbangkan untuk memberi tahu maskapai penerbangan bahwa kamu bepergian dengan penderita demensia dan minta bantuan staf.
- Ambil langkah-langkah untuk menyediakan lingkungan yang aman, seperti mengunci pintu dan membiarkan lampu kamar mandi menyala sepanjang malam.
Saat bepergian dengan mobil, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Apakah pasien nyaman duduk di kursi, terutama saat bepergian jarak jauh.
- Apakah pasien butuh bantuan untuk mengencangkan, memasang, atau membuka sabuk pengaman.
- Keamanan pasien saat keluar dari mobil, terutama saat parkir di dekat lalu lintas.
- Perhatikan kondisi pikiran pasien. Jangan mengemudi sendirian dengan orang yang gelisah karena keselamatan kamu, keselamatan pasien, dan orang lain yang berada di jalan raya mungkin berisiko.
Waktu yang tidak dianjurkan bagi pasien demensia untuk bepergian

Dalam situasi tertentu, bepergian dengan orang dengan demensia tidak sepadan dengan risiko yang mungkin mereka hadapi. Dilansir HealthNews, berikut adalah beberapa alasan untuk mencegah pasien demensia bepergian. Apabila perjalanan ini tak bisa dihindari, misalnya naik haji atau perawatan medis, hubungi dokter untuk mendapatkan arahan tentang kemungkinan strategi perjalanan.
- Bepergian sendirian biasanya tidak disarankan. Ini berlaku untuk siapa saja pada setiap tahap demensia. Bahkan pada tahap awal, lingkungan asing dapat meningkatkan kecemasan.
- Tahap lanjut dari demensia. Ini biasanya bukan saat yang tepat untuk memperkenalkan aktivitas atau lokasi baru. Aktivitas baru atau perubahan lingkungan dapat meningkatkan stres. Bahkan seseorang dengan demensia tahap menengah dapat mengalami kesulitan untuk diperkenalkan pada aktivitas baru.
- Perjalanan dapat memicu respons negatif. Ini bisa terjadi jika orang dengan demensia sudah mengalami halusinasi, delusi, berkeliaran, atau perilaku responsif. Lingkungan baru dapat memperburuk salah satu dari kondisi yang ada ini.
- Kondisi medis tertentu. Ini termasuk infeksi saluran kemih atau diabetes yang tidak stabil, dapat membuat orang dengan demensia mengalami komplikasi seperti delirium. Bahkan, perubahan lokasi pada tahap demensia selanjutnya dapat memicu respons delirium.
- Inkontinensia. Kebocoran dari kandung kemih atau usus dan kemampuan untuk menghadapi kecelakaan apa pun dapat menghalangi kemampuan kamu untuk bepergian dengan orang dengan demensia.
Pada titik tertentu dalam perkembangan penyakit, tidak aman lagi bagi pasien demensia untuk bepergian. Tanda-tanda peringatan meliputi:
- Kecenderungan berkeliaran. Ini sangat penting untuk diwaspadai.
- Kewalahan di tempat baru dan/atau di sekitar kerumunan besar.
- Menjadi ketakutan setiap kali pengasuh perawatan primernya tidak ada.
- Menunjukkan perubahan ekstrem dalam perilaku ketika rutinitas normal mereka terganggu.
- Pengasuh atau perawat tidak dapat mengatur semua kebutuhan harian pasien.
Perawatan demensia bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Walaupun ini adalah panduan umum, tetapi kebutuhan dan situasi setiap pasien itu unik.
Bepergian jauh pada tahap awal demensia dapat dilakukan selama dilakukan perencanaan yang matang. Pengalaman dan olahraga baru bahkan dapat menjadi terapi untuk meningkatkan keterlibatan dan meningkatkan fungsi kognitif pasien. Akan tetapi, seiring berkembangnya demensia, keputusan untuk bepergian mungkin menjadi lebih kompleks dan dapat meningkatkan komplikasi yang terkait dengan penurunan kognisi. Dalam hal ini, perjalanan mungkin tidak dapat dilakukan. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum membuat rencana perjalanan.