Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Intususepsi: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

ilustrasi usus manusia (pixabay.com/Elionas2)
ilustrasi usus manusia (pixabay.com/Elionas2)

Intususepsi adalah masalah yang serius pada usus. Ini terjadi saat satu bagian usus bergeser ke area lainnya. Akibatnya, usus menjadi terlipat dan tersumbat, sehingga makanan sulit melewatinya. Kondisi ini juga memotong suplai darah ke usus yang terkena dan menyebabkan robekan, infeksi, dan kematian jaringan usus. 

Intususepsi merupakan penyebab umum obstruksi usus (penyumbatan usus) pada anak-anak. Kondisi ini terutama terjadi pada mereka yang berusia 6–18 bulan, mengutip Medical News Today.

1. Penyebab

ilustrasi intususepsi (commons.wikimedia.org/BruceBlause)
ilustrasi intususepsi (commons.wikimedia.org/BruceBlause)

Pada anak-anak, penyebab intususepsi biasanya tidak diketahui. Hanya sekitar 10 persen kasus yang penyebabnya bisa diidentifikasi. Namun, karena kasus intususepsi tampaknya lebih sering terjadi pada musim gugur dan musim dingin dan gejalanya mirip flu, maka diduga virus kemungkinan berperan untuk mengembangkan kondisi ini pada anak-anak.

Menambahkan dari Mayo Clinic, pada orang dewasa, intususepsi biasanya merupakan akibat dari kondisi atau prosedur medis. Ini termasuk:

  • Polip atau tumor.
  • Jaringan seperti bekas luka di usus (adhesi).
  • Operasi penurunan berat badan (bypass lambung) atau operasi lain pada saluran usus.
  • Peradangan karena penyakit seperti penyakit Crohn

2. Faktor risiko

ilustrasi bayi menangis (pixabay.com/Joffi)
ilustrasi bayi menangis (pixabay.com/Joffi)

Meskipun intususepsi bisa terjadi pada usia berapa pun, anak-anak berisiko lebih tinggi mengembangkan kondisi ini. Menurut laporan dari American Pediatric Surgical Association, sebanyak 75 persen kasus intususepsi pada anak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupannya.

Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Faktor risiko intususepsi lainnya pada anak-anak meliputi:

  • Infeksi.
  • Fibrosis kistik.
  • Polip usus.

Sementara itu, faktor risiko intususepsi pada orang dewasa dapat termasuk:

  • Endometriosis.
  • Adhesi usus.
  • Tumor usus.

Riwayat keluarga atau menderita intususepsi sebelumnya juga bisa membuat seseorang lebih berisiko mengembangkan kondisi ini.

3. Gejala

ilustrasi anak demam (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi anak demam (pexels.com/Karolina Grabowska)

Intususepsi tidak selalu muncul dengan gejala yang nyata. Saat gejala mulai muncul, ini biasanya terjadi secara tiba-tiba. Ini berlaku untuk anak-anak maupun orang dewasa.

Dilansir Healthline, rasa sakit adalah gejala yang paling umum. Namun, ada juga kemungkinan munculnya gejala lain. Anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa kemungkinan hanya mengalami rasa sakit dan tidak ada gejala umum lainnya.

Karena intususepsi paling sering terjadi pada anak yang berusia di bawah 3 tahun, mereka kemungkinan tidak bisa menggambarkan atau mengomunikasikan gejalanya. Jadi, orang tua harus cermat. Petunjuk pertama adalah perhatikan apabila anak menangis kesakitan. Anak kemungkinan akan membungkuk atau mencoba untuk menarik lutut ke dadanya.

Serangan sakit perut kemungkinan datang dan pergi setiap 15 menit atau lebih. Mereka bisa bertahan lebih lama setiap kali muncul hingga perawatan dimulai. Gejala lain pada anak termasuk:

  • Mual dan muntah.
  • Diare.
  • Tinja bercampur darah dan lendir.
  • Demam.
  • Sedikit atau tidak ada energi.
  • Benjolan kecil di perut bagian bawah.

Sementara itu, intususepsi pada orang dewasa memiliki gejala yang tidak spesifik. Namun, saat gejala muncul, pasien akan sakit perut, mual, dan muntah. Gejala-gejala tersebut bisa datang dan pergi.

4. Diagnosis

ilustrasi anak diperiksa dokter (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi anak diperiksa dokter (freepik.com/rawpixel.com)

Proses diagnosis intususepsi biasanya dimulai dengan meninjau gejala dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menekan perut pasien dengan lembut untuk merasakan ada tidaknya benjolan atau faktor lain seperti nyeri tekan. Hal ini bisa membantu menentukan penyebab dari gejala pasien.

Tes pencitraan biasanya juga dibutuhkan untuk mengonfirmasi diagnosis intususepsi. Tes pencitraan bisa mencakup satu atau lebih dari jenis tes berikut ini:

  • Rontgen perut: Tes pencitraan ini kemungkinan menunjukkan penyumbatan usus. 
  • Seri gastrointestinal (GI) bagian atas atau menelan barium: Seri GI atas bergantung pada cairan khusus, yang ketika tertelan melapisi saluran GI bagian atas. Cairan ini meningkatkan visibilitas dan detail saluran GI bagian atas pada sinar-X.
  • Seri GI bawah atau barium enema: Dalam tes ini, barium cair atau cairan lain, dimasukkan ke dalam rektum (ujung usus besar) untuk mendapatkan gambar rontgen inci bagian bawah usus kecil. Dalam kasus intususepsi ringan, tekanan dari insersi barium terkadang bisa menyebabkan jaringan yang terlipat, kembali ke posisi normalnya.
  • USG: Tes ini menggunakan gelombang suara dan komputer untuk menghasilkan gambar di dalam tubuh. USG usus sering kali bisa mendeteksi masalah jaringan atau gangguan sirkulasi.

5. Pengobatan

ilustrasi pembedahan (pixabay.com/Sasint)
ilustrasi pembedahan (pixabay.com/Sasint)

Mengetahui tingkat keparahan intususepsi merupakan salah satu kunci untuk menentukan pengobatan. Selain itu, usia pasien dan kesehatannya juga dipertimbangkan. Biasanya, dokter akan mendahulukan prosedur non-bedah.

Berikut pilihan perawatan untuk intususepsi:

  • Metode non-bedah: Barium atau enema saline kemungkinan cukup karena dimulai dengan injeksi udara ke dalam usus. Tekanan dari udara bisa mendorong jaringan yang terkena agar bisa kembali ke posisi semula. Selain itu, cairan yang diberikan melalui tabung di rektum juga bisa membantu mengembalikan jaringan ke tempat yang seharusnya.
  • Metode bedah: Jika enema tidak efektif, maka kemungkinan pembedahan dibutuhkan. Anestesi umum dibutuhkan karena pembedahan memerlukan sayatan di perut. Ahli bedah kemungkinan bisa secara manual mengembalikan usus ke posisi normal. Namun, jika ada jaringan yang rusak, maka kemungkinan bagian usus tersebut harus diangkat dan bagian yang tersisa akan dijahit.

Pada anak-anak, pengobatan non-bedah kemungkinan cukup efektif. Namun jika anak mengalami kondisi yang lebih parah, maka metode bedah kemungkinan diperlukan. Metode bedah juga merupakan pengobatan utama untuk orang dewasa dengan intususepsi.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi perawatan pasien di rumah sakit (247nursing.com.au)
ilustrasi perawatan pasien di rumah sakit (247nursing.com.au)

Intususepsi dapat memotong suplai darah ke bagian usus yang terkena. Jika tidak diobati, kekurangan darah menyebabkan jaringan dinding usus mati. Kematian jaringan dapat menyebabkan robekan (perforasi) pada dinding usus, yang dapat menyebabkan infeksi pada lapisan rongga perut (peritonitis).

Peritonitis adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan perhatian medis segera. Tanda dan gejala peritonitis meliputi:

  • Sakit perut.
  • Pembengkakan perut.
  • Demam.
  • Muntah.

Peritonitis dapat menyebabkan anak mengalami syok. Tanda dan gejala syok meliputi:

  • Kulit dingin dan lembap yang mungkin tampak pucat atau keabuan.
  • Denyut nadi lemah dan cepat.
  • Pernapasan abnormal yang mungkin lambat dan dangkal atau sangat cepat.
  • Kecemasan atau agitasi.
  • Kelesuan yang signifikan.

Seorang anak yang syok mungkin bisa dalam kondisi sadar atau tidak sadar. Jika curiga anak mengalami syok, segera cari perawatan medis darurat.

Itulah deretan fakta seputar intususepsi. Jika memiliki gejala yang mengarah pada kondisi ini, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter karena intususepsi merupakan keadaan darurat medis. Bila tidak diobati, maka bisa menyebabkan komplikasi yang parah seperti infeksi, bahkan bisa berujung pada kematian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Izza Namira
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us