7 Kondisi Medis yang Menyebabkan Penurunan Libido

- Penurunan libido bisa memengaruhi kehidupan pribadi dan kesejahteraan.
- Diabetes, depresi, sleep apnea, stres, hipertensi, dan penyakit jantung dapat menyebabkan penurunan libido.
- Gangguan saraf juga dapat mempengaruhi dorongan seksual pada laki-laki dan perempuan.
Penurunan libido bisa jadi kondisi yang sulit, terutama jika terjadi secara tiba-tiba atau berlangsung lama. Kehilangan hasrat untuk berhubungan seks tak jarang memengaruhi hubungan pribadi, harga diri, serta kesejahteraan.
Banyak orang menganggap bahwa berkurangnya dorongan seks adalah konsekuensi umum dari pertambahan usia. Anggapan ini memang benar, karena usia senja biasanya diiringi perubahan pada kadar hormon dalam tubuh yang memicu penurunan libido. Namun, ada banyak faktor lain yang memicu perubahan dorongan seks, salah satunya gangguan medis.
Di sini, kita akan mencari tahu lebih lanjut tentang kondisi medis yang menyebabkan penurunan libido.
1. Diabetes
Diabetes memengaruhi aliran darah, termasuk bagaimana ini mencapai penis atau vagina. Bagi laki-laki, untuk mencapai dan mempertahankan ereksi, darah harus mengalir ke penis. Sementara pada perempuan, penurunan aliran darah bisa menyebabkan kekeringan vagina.
Tingginya kadar glukosa pada orang dengan diabetes juga dapat merusak saraf. Ujung penis dan klitoris terdiri atas banyak saraf. Jika saraf tersebut mengalami kerusakan, ini akan berakibat pada berkurangnya sensasi seksual atau bahkan memicu hubungan seksual yang menyakitkan.
2. Depresi

Depresi dapat memengaruhi semua bagian kehidupan seseorang. Orang dengan depresi mengalami penurunan atau tidak adanya minat dalam aktivitas yang sebelumnya dianggap menyenangkan, termasuk seks.
Selain itu, beberapa obat untuk mengatasi depresi juga memicu libido rendah. Jadi, jika kamu curiga antidepresan yang kamu konsumsi menyebabkan masalah seksual, tanyakan kepada dokter apakah ada alternatif obat lain.
3. Sleep apnea
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang cukup serius. Orang dengan sleep apnea berkali-kali mengalami henti napas selama tidur. Akibatnya, mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau mendengkur. Masalah tidur berdampak pada kadar testosteron dan oksigen.
Sebuah studi menemukan rendahnya kadar testosteron pada laki-laki dengan sleep apnea obstruktif. Pada gilirannya, ini menyebabkan penurunan libido dan minat seksual.
4. Stres

Merasa terganggu oleh situasi penuh tekanan bisa berakibat pada terganggunya kadar hormon. Sebagai akibatnya, arteri bisa menyempit dan membatasi aliran darah ke penis dan berpotensi menyebabkan disfungsi ereksi.
Sebuah tinjauan sistematis membahas korelasi kuat antara stres, kecemasan, dan fungsi seksual. Tinjauan tersebut menyoroti bahwa stres kronis dapat berdampak negatif pada fungsi seksual pada laki-laki dan perempuan.
Studi lainnya menemukan bahwa stres harian memprediksi skor yang lebih rendah pada kepuasan seksual bagi laki-laki dan perempuan, dan mengurangi aktivitas seksual bagi perempuan. Efek ini dimediasi oleh tingkat depresi, yang menunjukkan bahwa stres dan gangguan suasana hati dapat secara signifikan memengaruhi fungsi seksual.
5. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke seluruh tubuh. Menurunnya aliran darah ke panggul ini berdampak buruk pada kehidupan seks laki-laki maupun perempuan.
Efek tekanan darah tinggi pada fungsi seksual lebih terlihat pada laki-laki dibanding perempuan. Pada laki-laki, darah mungkin tidak cukup mengalir ke penis untuk memungkinkan ereksi. Sementara untuk perempuan, berkurangnya aliran darah ke vagina dapat memengaruhi respons tubuh baik sebelum dan selama hubungan seksual.
Juga, hipertensi membuat seseorang lebih mudah kelelahan, yang pada akibatnya menurunkan ketertarikan untuk berhubungan seksual.
6. Penyakit jantung

Terdapat hubungan yang kuat antara disfungsi ereksi dan penyakit jantung. Laki-laki yang memiliki disfungsi ereksi lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung.
Selain itu, sirkulasi darah yang buruk mengurangi jumlah darah yang mencapai organ seks, yang dapat menyebabkan kesulitan ereksi pada laki-laki dan kurangnya pelumasan vagina pada perempuan.
Penyakit jantung juga bisa menurunkan tingkat energi dan memicu kelelahan. Kelelahan ini sering kali menyebabkan dorongan seks yang rendah.
7. Penyakit saraf
Sistem saraf memainkan peran penting dalam mencapai dan mempertahankan ereksi. Adalah umum bagi laki-laki dengan gangguan saraf untuk mengalami disfungsi ereksi. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada transmisi impuls saraf antara otak dan penis. Sementara itu, perempuan dengan kondisi ini mungkin mengalami kekeringan pada vagina dan membutuhkan lebih banyak pelumasan agar seks terasa lebih baik.
Penurunan dorongan seks pada orang dengan masalah saraf mungkin terkait dengan kadar dopamin. Selain itu, gangguan saraf juga kerap diobati dengan antidepresan, yang dapat menghambat gairah seks. Memiliki kondisi kronis juga bisa memicu stres dan kelelahan yang memengaruhi mood bercinta.
Penurunan minat terhadap aktivitas seksual sesekali adalah hal yang biasa. Namun, jika ini terjadi terus-menerus, bisa jadi ini pertanda bahwa kamu memiliki kondisi medis yang perlu ditangani dengan baik.
Referensi
"Low Libido (Low Sex Drive) Causes & Treatment." Cleveland Clinic. Diakses Mei 2025.
"Common Causes and Treatment of Low Sex Drive (Libido) in Males." Healthline. Diakses Mei 2025.
"Sleep Apnea Linked To Decreased Libido, According To New Study." Science Daily. Diakses Mei 2025.
Michael Galanakis et al., “The Association Between Stress and Sexual Dysfunctionality in Men and Women: A Systematic Review,” Psychology 06, no. 14 (January 1, 2015): 1888–92, https://doi.org/10.4236/psych.2015.614186.
Lisa Dawn Hamilton and Amanda M. Julian, “The Relationship Between Daily Hassles and Sexual Function in Men and Women,” Journal of Sex & Marital Therapy 40, no. 5 (December 7, 2013): 379–95, https://doi.org/10.1080/0092623x.2013.864364.
"How High Blood Pressure Can Affect Your Sex Life." American Heart Association. Diakses Mei 2025.
"Erectile dysfunction: A sign of heart disease?" Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.