Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Doomscrolling dan Infodemic Anxiety, Apa Dampaknya?

scrolling media sosial
ilustrasi scrolling (pexels.com/mikoto.raw Photographer)
Intinya sih...
  • Doomscrolling adalah kebiasaan menghabiskan waktu terlalu lama di internet untuk mencari atau mengonsumsi berita negatif.
  • Infodemic anxiety muncul dari banjirnya informasi yang berlebihan, baik benar maupun salah, sehingga membuat orang kesulitan memilah sumber tepercaya.
  • Mengurangi kebiasaan doomscrolling dan kecemasan akibat infodemic bisa dilakukan dengan cara membatasi waktu membaca berita, memilih sumber informasi terpercaya, kurasi konten di media sosial, dan memperhatikan respon tubuh dan pikiran.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah tidak kamu merasa waktu habis begitu saja karena terus-terusan scroll berita dan media sosial? Nah, kebiasaan ini sering disebut doomscrolling yang bisa memicu rasa cemas. Ditambah lagi dengan maraknya informasi di internet, seperti situasi politik yang memanas, kita juga rentan mengalami infodemic anxiety.

Untuk itu, penting mengenali doomscrolling dan infodemic anxiety yang muncul karena kebiasaan mengonsumsi informasi negatif dan berlebihan. Kalau tidak disadari sejak awal, perilaku ini bisa memengaruhi kesehatan mental dan membuatmu sulit memilah informasi yang benar, lho.

Apa itu doomscrolling dan infodemic anxiety?

Doomscrolling adalah kebiasaan menghabiskan waktu terlalu lama di internet untuk mencari atau mengonsumsi berita negatif. Aktivitas ini seringkali tidak disadari karena sudah jadi kebiasaan. Misalnya, saat terus membaca komentar, membuka ulang aplikasi berita, atau menyegarkan halaman media sosial untuk mencari kabar terbaru. Walaupun awalnya dilakukan dengan alasan ingin tetap update, nyatanya doomscrolling justru bisa menimbulkan kecemasan dan perasaan negatif. Bahkan, hal ini juga dapat membentuk lingkaran kebiasaan yang sulit dihentikan.

Sementara itu, infodemic anxiety muncul dari banjirnya informasi yang berlebihan, baik benar maupun salah, sehingga membuat orang kesulitan memilah sumber tepercaya. Fenomena ini sering terlihat dalam isu sosial maupun politik saat opini bercampur dengan hoaks dan berita bias. Akibatnya, masyarakat bisa merasa bingung, cemas, bahkan salah mengambil keputusan karena informasi yang diterima terlalu banyak dan saling bertentangan.

Jika terus berlanjut, kondisi ini dapat memperburuk rasa ketidakpercayaan pada otoritas maupun media. Alhasil, membuat orang smakin terjebak dalam pola doomscrolling demi mencari kepastian yang sebenarnya sulit ditemukan.

Mengapa kita sulit berhenti doomscrolling?

scrolling media sosial
ilustrasi scrolling (pexels.com/cottonbro studio)

Secara alami, manusia punya kewaspadaan tinggi terhadap ancaman dan bahaya. Rasa ingin tahu inilah yang membuat kita mudah terpikat pada berita negatif atau konten penuh kecemasan. Begitu emosi seperti takut dan khawatir muncul, otak terdorong untuk terus mencari pembaruan agar merasa lebih “aman”. Sayangnya, alih-alih menenangkan, perilaku ini justru memperkuat siklus doomscrolling dan membuat kita makin gelisah.

Ada banyak faktor yang membuat seseorang terjebak dalam kebiasaan ini. Misalnya, rasa takut ketinggalan (FOMO), bias terhadap hal-hal negatif, atau keinginan untuk terlihat selalu tahu isu penting. Ditambah lagi, algoritma media sosial memperkuat pola ini dengan menyajikan lebih banyak konten serupa guna menciptakan echo chamber yang hanya mengulang sudut pandang tertentu. Pada akhirnya, meski sadar dampaknya buruk, banyak orang tetap melakukannya karena merasa dengan terus scrolling, mereka punya kendali, padahal kenyataannya justru sebaliknya.

Cara menghentikan doomscrolling dan infodemic Anxiety

Mengurangi kebiasaan doomscrolling dan kecemasan akibat infodemic memang tidak mudah, apalagi pada era digital saat ini. Namun, dengan langkah tepat, kebiasaan ini bisa dikendalikan. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:

  • Batasi waktu membaca berita

Tentukan jadwal khusus untuk mengakses berita, misalnya hanya pagi atau sore. Dengan begitu, kamu tetap bisa mengikuti perkembangan tanpa harus tenggelam dalam arus informasi yang tak ada habisnya.

  • Pilih sumber informasi terpercaya

Jangan asal percaya dengan berita dari media sosial atau sumber yang belum jelas kredibilitasnya. Lebih baik ambil informasi dari lembaga resmi, organisasi kesehatan, atau media kredibel.

  • Kurasi konten di media sosial

Media sosial sering kali jadi pintu masuk utama doomscrolling. Kamu bisa mulai dengan unfollow akun yang terlalu sering membagikan berita negatif atau sensasional. Sebaliknya, ikuti akun yang memberikan konten edukatif, inspiratif, atau menenangkan.

  • Perhatikan respon tubuh dan pikiran

Saat menggulir layar terlalu lama, tubuh biasanya memberi tanda-tanda seperti rasa cemas, lelah, atau stres. Hal itu dapat ditunjukkan dengan bahu terasa tegang, mata perih, atau jantung berdebar. Ada baiknya sadari sinyal ini, lalu berhenti sejenak untuk istirahat.

Dengan memahami risikonya, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola konsumsi informasi sehari-hari. Semoga ulasan mengenal doomscrolling dan infodemic anxiety ini membantu, ya.

FAQ seputar mengenal doomscrolling dan infodemic anxiety

  1. Apa itu doomscrolling?Doomscrolling adalah kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk secara berlebihan di internet atau media sosial.
  2. Apa itu infodemic anxiety?Infodemic anxiety adalah rasa cemas berlebihan akibat paparan informasi terlalu banyak, terutama berita negatif.
  3. Kenapa doomscrolling bisa memicu kecemasan?Karena otak terus-menerus menerima informasi buruk sehingga memicu stres dan rasa takut.
  4. Apa hubungan doomscrolling dan infodemic anxiety?Doomscrolling memperburuk infodemic anxiety karena keduanya sama-sama melibatkan konsumsi informasi berlebihan.

Referensi

"What Is ‘Doomscrolling’ And How Can I Stop?". Nuffield Health. Diakses September 2025.

"How To Finally Stop Doomscrolling". Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

"Infodemic". World Health Organization. Diakses September 2025.

Dastani, Meisam, and Alireza Atarodi. “A Systematic Review of Infodemic Effects on Mental Health in the COVID-19 Crisis.” Health Technology Assessment in Action, May 31, 2023.

Xu, Jian, and Cong Liu. “Infodemic Vs. Pandemic Factors Associated to Public Anxiety in the Early Stage of the COVID-19 Outbreak: A Cross-Sectional Study in China.” Frontiers in Public Health 9 (August 30, 2021).

Zielinski, Chris. “Infodemics and Infodemiology: A Short History, a Long Future.” Revista Panamericana De Salud Pública 45 (May 11, 2021): 1.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us

Latest in Health

See More

9 Kondisi Rumah Sehat yang Bisa Mencegah Cacingan pada Anak

03 Sep 2025, 17:36 WIBHealth