10 Penyebab Darah Menstruasi Hanya Sedikit, Apakah Bahaya?

- Menstruasi ringan bisa disebabkan oleh kehamilan, fluktuasi berat badan, dan stres.
- Penyebab lainnya termasuk penggunaan kontrasepsi hormonal, gangguan hormon medis, dan faktor usia.
- Kondisi langka seperti sindrom Sheehan atau sindrom Asherman juga dapat menyebabkan darah menstruasi menjadi lebih sedikit.
Banyak hal tentang menstruasi atau haid yang dikeluhkan perempuan, mulai dari kram perut, kembung, kelelahan, hingga aliran darah yang deras.
Ya, aliran darah yang deras selama menstruasi dapat membuat beberapa perempuan merasa tidak nyaman karena harus sering mengganti pembalut, sensasi basah, dan sebagainya. Namun, jika darah haid yang keluar hanya sedikit, apakah lantas banyak perempuan merasa nyaman dan senang? Belum tentu!
Darah yang keluar selama menstruasi bisa bervariasi, yaitu antara 30 hingga 50 ml. Namun, jika darah yang keluar kurang dari 30 ml per siklus, artinya orang tersebut mengalami hipomenorea.
Meskipun tampaknya membuat menstruasi terasa nyaman, tetapi darah yang sedikit ini bisa menjadi tanda adanya sejumlah gangguan dalam tubuh. Apa saja itu? Berikut akan dijelaskan beberapa alasan utama penyebab darah menstruasi hanya sedikit.
1. Kehamilan
Kehamilan merupakan salah satu penyebab paling umum dari perubahan dalam siklus menstruasi. Jika kamu merasa ada yang janggal dengan menstruasimu saat ini, termasuk darah yang sedikit, tidak ada salahnya melakukan tes kehamilan.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, ada baiknya kamu menunggu sampai jadwal menstruasi berikutnya. Kamu dapat melakukan tes kehamilan sendiri di rumah dengan test pack atau menemui penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan tes.
2. Berat badan berkurang atau bertambah

Fluktuasi berat badan dapat mengacaukan siklus menstruasi, membuat darah menstruasi hanya keluar sedikit atau periode menstruasi menjadi jauh lebih singkat. Ini karena saat berat badan bertambah, tubuh menyimpan lebih banyak lemak yang dapat memengaruhi kadar hormon dan membuatnya tidak seimbang.
Demikian pula jika kamu mengurangi asupan kalori yang menyebabkan penurunan berat badan, ini menempatkan tubuh ke dalam mode stres dan menciptakan ketidakseimbangan hormon.
Untuk dapat beroperasi secara normal, tubuh membutuhkan komposisi antara protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin yang seimbang.
3. Stres
Stres dapat mengacaukan tubuh dalam banyak cara. Misalnya, stres emosional, seperti kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, atau masalah rumah tangga dapat mengganggu hormon yang kemudian berdampak buruk pada tubuh, termasuk memengaruhi siklus menstruasi.
Yang tidak banyak diketahui, olahraga berlebihan juga dapat mengganggu menstruasi karena tekanan yang diberikan pada tubuh secara fisik. Jadi, ingatlah bahwa olahraga rutin memang perlu, tetapi jangan sampai berlebihan.
4. Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi hormonal juga dapat menyebabkan perubahan pada siklus menstruasi. Tidak jarang, menstruasi menjadi lebih ringan atau lebih singkat daripada biasanya saat menggunakan pil KB atau IUD hormonal.
Jika perubahan menstruasi ini mengganggumu, kamu dapat berhenti menggunakan kontrasepsi berbasis hormon. Ada berbagai pilihan kontrasepsi non hormonal untuk membantu mengendalikan kelahiran, seperti kondom, IUD non hormonal, dan busa spermisida. Namun, pastikan untuk menemui bidan atau dokter untuk mendapatkan saran metode kontrasepsi terbaik untukmu.
5. Gangguan hormonal
Kondisi apa pun yang memengaruhi hormon, seperti sindrom ovarium polikistik/polycystic ovary syndrome (PCOS), disfungsi tiroid, hiperprolaktinemia, dan sebagainya dapat memengaruhi siklus menstruasi. Salah satunya adalah membuat aliran darah menjadi sangat sedikit.
Jika kamu curiga perubahan periode menstruasi disebabkan oleh masalah medis yang memicu gangguan hormonal, kamu bisa mencari bantuan medis. Nantinya, dokter akan melakukan serangkaian tes darah untuk membantu memastikan kondisi yang kamu alami.
6. Usia atau perimenopause

Terkadang, pertambahan usia disertai dengan perubahan siklus menstruasi. Banyak orang mengalami menstruasi yang lebih ringan dan lebih jarang saat mereka mendekati masa menopause.
Namun, perimenopause bekerja dengan cara yang berbeda pada setiap orang. Sementara beberapa perempuan mengalami menstruasi yang lebih ringan atau lebih jarang, sebagian yang lain mungkin mengalami menstruasi yang lebih lama, lebih sering, atau lebih berat.
7. PCOS
PCOS adalah kondisi saat ovarium menghasilkan androgen dalam jumlah besar. Androgen sendiri adalah hormon seks laki-laki. Beberapa perempuan dengan PCOS memiliki kantung berisi cairan kecil atau kista yang terbentuk di ovarium.
Perubahan hormonal pada orang dengan PCOS dapat mencegahnya berovulasi secara normal, yang dapat menyebabkan sejumlah gejala yang tidak menyenangkan, seperti jerawat atau kulit berminyak, penambahan berat badan, dan tumbuhnya rambut berlebih di berbagai area tubuh.
Salah satu gejala PCOS yang cukup mencolok adalah menstruasi yang tidak teratur dan terlewat. Saat menstruasi, mereka mungkin juga mengalaminya dengan lebih berat atau lebih ringan dari rata-rata.
8. Sedang menyusui

Perempuan yang sedang menyusui memiliki kadar prolaktin yang tinggi dalam tubuhnya. Prolaktin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk merangsang produksi ASI.
Prolaktin juga berperan dalam mengatur siklus menstruasi. Menstruasi mungkin lebih ringan atau lebih pendek selama menyusui bayi, tetapi biasanya akan kembali normal setelah berhenti menyusui.
Terkadang, kadar prolaktin mungkin berhubungan dengan pengobatan atau kondisi medis dan perlu dievaluasi oleh dokter.
9. Kehilangan banyak darah selama atau setelah melahirkan
Ini adalah kondisi langka. Kehilangan banyak darah akan membuat tubuh kekurangan oksigen, yang pada akhirnya dapat merusak kelenjar pituitari dan menyebabkan sindrom Sheehan. Hal ini, pada gilirannya, secara drastis mengurangi produksi semua jenis hormon oleh kelenjar, termasuk hormon yang mengontrol siklus menstruasi.
Turunnya produksi hormon ini tidak hanya berdampak pada siklus menstruasi, tetapi juga dapat memengaruhi bagian lain tubuh, seperti tiroid.
10. Jaringan parut di rahim

Walaupun perempuan yang telah menjalani prosedur dilatasi dan kuretase umumnya pulih tanpa komplikasi, tetapi kadang jaringan parut yang parah menyebabkan dinding rahim saling menempel, sehingga menyebabkan sindrom Asherman.
Jika menstruasi tampaknya semakin berkurang setelah kamu menjalani dilatasi dan kuretase, ini mungkin akar masalahnya. Kamu mungkin perlu pembedahan untuk menghilangkan jaringan parut.
Itulah beberapa penyebab darah menstruasi hanya sedikit. Ini tidak selalu merupakan tanda adanya kondisi yang perlu dikhawatirkan, tetapi kamu tidak boleh mengabaikan perubahan apa pun. Lacak siklus menstruasi selama beberapa bulan, dan jika tidak kembali normal, buatlah janji dengan dokter kandungan untuk memeriksakan kondisimu.
Referensi
"Reasons Your Period Is Lighter Than Usual, According to Doctors." Prevention. Diakses pada Agustus 2024.
Long WN. "Abnormal Vaginal Bleeding." In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 173. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK282/
"Common Reasons Why Your Period Is Lighter Than Usual." Verywell Health. Diakses pada Agustus 2024.
"Light periods: Common reasons why you're bleeding less." Flo Health. Diakses pada Agustus 2024.