- Saat rahim membesar, ini memberikan tekanan pada kandung kemih, uretra, dan otot dasar panggul. Ini dapat menyebabkan kebocoran urine.
- Perubahan kadar progesteron selama kehamilan menyebabkan dasar panggul menjadi lemah. Peningkatan progesteron mengendurkan ligamen dan persendian sehingga perut bisa membesar, yang mendukung persalinan. Namun, ini juga bisa melonggarkan ligamen di panggul yang membantumu menahan buang air kecil.
7 Kemungkinan Penyebab Keluar Urine saat Batuk

- Kencing saat batuk adalah tanda stres inkontinensia urine yang disebabkan oleh peningkatan tekanan perut.
- Kehamilan, menopause, kelebihan berat badan, diabetes, dan melahirkan dapat menyebabkan kebocoran urine saat batuk atau aktivitas lainnya.
- Laki-laki dengan kelenjar prostat yang membesar juga bisa kesulitan mengontrol keluarnya urine.
Pernah nggak kamu batuk keras lalu tiba-tiba merasa ada sedikit urine yang keluar tanpa bisa ditahan? Kondisi ini dikenal sebagai stres inkontinensia urine. Meski sering dianggap sepele atau memalukan, tetapi ini cukup umum terjadi.
Stres inkontinensia urine muncul ketika urine bocor dari kandung kemih akibat peningkatan tekanan dalam perut. Normalnya, otot-otot di sekitar kandung kemih mampu menahan urine dengan baik. Namun, saat tekanan dalam perut lebih besar daripada kemampuan otot menahan, kebocoran bisa terjadi.
Batuk adalah salah satu pemicu paling umum karena langsung meningkatkan tekanan perut secara tiba-tiba. Namun, bukan hanya batuk. Aktivitas lain seperti bersin, tertawa, melompat, atau mengangkat benda berat juga bisa menimbulkan tekanan ekstra yang membuat kandung kemih bocor.
Beberapa orang memiliki risiko lebih besar mengalami kondisi ini, tergantung pada faktor kesehatan maupun perubahan tubuh tertentu. Terus baca untuk tahu apa saja penyebab urine bisa keluar saat batuk dan kenapa ini bisa terjadi.
1. Kehamilan
Lebih dari sepertiga ibu hamil mengalami kebocoran urine yang tidak disengaja pada trimester kedua dan ketiga. Kehamilan dapat menyebabkan inkontinensia dalam beberapa cara:
2. Menopause
Perempuan yang telah memasuki masa menopause akan makin sulit mengendalikan kandung kemih. Ini karena menopause diikuti dengan banyak perubahan pada tubuh. Ini karena ovarium berhenti membuat hormon estrogen selama menopause.
Estrogen merupakan hormon yang bertanggung jawab atas masa pubertas, mengontrol siklus menstruasi, dan selama kehamilan. Ketika hormon ini hilang, tubuh akan beristirahat dari bekerja terlalu keras pada semua tahap ini.
Beberapa perubahan lain selama menopause yang dapat menyebabkan masalah pengendalian kandung kemih bagi perempuan, meliputi:
- Berkurangnya elastisitas jaringan vagina.
- Penipisan lapisan uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih.
- Dasar panggul, yaitu kelompok otot yang menopang uretra dan kandung kemih, mulai melemah.
Akibatnya, perempuan yang memasuki masa menopause mungkin mengeluarkan beberapa tetes urine saat batuk, bersin, atau tertawa.
3. Obesitas
Membawa beban ekstra di bagian tengah tubuh dapat meningkatkan peluang mengalami inkontinensia urine. Kelebihan berat badan di area perut memberi tekanan pada kandung kemih. Tekanan ini dapat melemahkan atau merusak dasar panggul dan struktur uretra, sehingga menyebabkan kandung kemih lebih mungkin bocor.
Diperkirakan, setengah perempuan dengan berat badan berlebih mengalami inkontinensia urine. Aktivitas sehari-hari, seperti bersin, batuk, atau berlutut dapat memicu kebocoran urine pada perempuan dengan berat badan berlebih. Kabar baiknya, menurunkan berat badan terbukti membantu mengurangi atau menghilangkan gejala kandung kemih overaktif.
4. Diabetes
Sebuah studi di Norwegia menemukan bahwa inkontinensia memengaruhi 39 persen perempuan dengan diabetes dan 26 persen perempuan tanpa diabetes (Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 2007).
Beberapa alasan diabetes dapat menyebabkan inkontinensia di antaranya:
- Pasien diabetes lebih mungkin mengalami obesitas, yang mana ini memberi tekanan pada kandung kemih.
- Kerusakan saraf yang dialami oleh orang dengan diabetes memengaruhi saraf yang mengontrol usus dan kandung kemih.
- Sistem kekebalan tubuh yang terganggu meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK), yang dapat menyebabkan inkontinensia.
- Obat diabetes bisa menyebabkan diare.
- Tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan lebih mudah haus dan sering buang air kecil.
5. Prolaps uteri
Menjalani persalinan pervaginam dan pertambahan usia menyebabkan otot dan ligamen di sekitar rahim melemah. Ketika struktur pendukung ini mulai rusak, rahim bisa turun dari posisinya.
Otot, ligamen, dan jaringan di panggul bertanggung jawab menopang rahim, rektum, vagina, kandung kemih, dan organ panggul lainnya. Lemahnya organ ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk inkontinensia urine.
6. Melahirkan

Selama kehamilan, tubuh perempuan memproduksi hormon yang meregangkan otot dan jaringan yang menopang kandung kemih, usus, dan rahim. Selama persalinan pervaginam, dasar panggul meregang dan tetap meregang selama beberapa waktu.
Kombinasi perubahan hormon dan otot yang meregang menyebabkan otot yang mengontrol kandung kemih melemah. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran urine secara tidak sengaja.
Perempuan lebih mungkin mengalami inkontinensia stres urine setelah melahirkan jika:
- Memiliki masalah kandung kemih atau usus sebelum dan selama kehamilan.
- Melahirkan bayi pertama.
- Melahirkan bayi berukuran besar.
- Menjalani persalinan yang lama.
- Mengalami kesulitan melahirkan, seperti perlu dijahit atau robek.
7. Pembesaran prostat
Beberapa laki-laki dengan kelenjar prostat yang membesar kesulitan mengontrol keluarnya urine. Masalah ini dapat berhubungan dengan kandung kemih yang terlalu aktif, salah satu perubahan fungsi kandung kemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat.
Normalnya, otak mulai mengirimkan sinyal untuk buang air ketika kandung kemih terisi sebagian. Ini memberi peringatan untuk mencari tempat buang air kecil. Saat kamu memutuskan untuk mengeluarkan urine, katup yang disebut sfingter urinaria terbuka untuk memungkinkan kandung kemih mengalir. Otot-otot di dinding kandung kemih menekan ke dalam untuk mengosongkan tangki penyimpanan.
Namun, saat kandung kemih terlalu aktif, otot kandung kemih berkontraksi dengan sendirinya, tanpa peringatan apa pun. Hal ini menyebabkan tiba-tiba muncul keinginan kuat untuk buang air kecil. Jika orang tersebut tidak mampu menahan kencingnya hingga mencapai kamar mandi, akibatnya bisa berupa kebocoran kecil.
Kebocoran urine bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga bisa menjadi momen yang memalukan. Untuk solusi terbaik, berkonsultasilah dengan dokter. Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab keluarnya urine saat batuk dan memberikan perawatan yang dibutuhkan.
Referensi
"Female Urinary Incontinence." University of Texas Southwestern Medical Center. Diakses April 2025.
"Stress Incontinence." WebMD. Diakses April 2025.
"What is urinary incontinence? Symptoms and causes." Always Discreet. Diakses April 2025.
Marit Helen Ebbesen et al., “Diabetes and Urinary Incontinence – Prevalence Data From Norway,” Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica 86, no. 10 (September 23, 2007): 1256–62, https://doi.org/10.1080/00016340701625347.
"Stress Incontinence." Cleveland Clinic. Diakses April 2025.
"Bladder and bowel incontinence during pregnancy." Pregnancy, Birth, & Baby. Diakses April 2025.
"An enlarged prostate gland and incontinence." Harvard Health Publishing. Diakses April 2025.