Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Kemungkinan Penyebab Keluar Urine saat Batuk

ilustrasi keluar urine saat batuk (vecteezy.com/Sakuna Thongkum)
ilustrasi keluar urine saat batuk (vecteezy.com/Sakuna Thongkum)
Intinya sih...
  • Kencing saat batuk adalah tanda stres inkontinensia urine yang disebabkan oleh peningkatan tekanan perut.
  • Kehamilan, menopause, kelebihan berat badan, diabetes, dan melahirkan dapat menyebabkan kebocoran urine saat batuk atau aktivitas lainnya.
  • Laki-laki dengan kelenjar prostat yang membesar juga bisa kesulitan mengontrol keluarnya urine karena perubahan fungsi kandung kemih.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu mungkin pernah mengalami batuk hingga keluar sedikit urine.  Nah, kencing saat batuk biasanya merupakan tanda stres inkontinensia urine.

Stres inkontinensia urine terjadi saat urine bocor keluar dari kandung kemih akibat peningkatan tekanan perut. Setiap kali tekanan meningkat melebihi yang dibutuhkan untuk menahan urine di dalam kandung kemih, kebocoran dapat terjadi.

Saat kamu batuk, ini menimbulkan tekanan pada perut, yang dapat menyebabkan kandung kemih bocor. Aktivitas lain yang menimbulkan tekanan ekstra pada perut, meliputi bersin, tertawa, melompat, mengangkat benda berat.

Orang-orang dengan kondisi tertentu lebih mungkin mengalami kebocoran urine saat batuk atau melakukan aktivitas lainnya. Kali ini, kita akan membahas apa saja penyebab urine keluar saat batuk.

1. Kehamilan

Lebih dari sepertiga ibu hamil mengalami kebocoran urine yang tidak disengaja pada trimester kedua dan ketiga. Kehamilan dapat menyebabkan inkontinensia dalam beberapa cara:

  • Saat rahim membesar, ini memberikan tekanan pada kandung kemih, uretra, dan otot dasar panggul. Ini dapat menyebabkan kebocoran urine.
  • Perubahan kadar progesteron selama kehamilan menyebabkan dasar panggul menjadi lemah. Peningkatan progesteron mengendurkan ligamen dan persendian sehingga perut bisa membesar, yang mendukung persalinan. Namun, ini juga bisa melonggarkan ligamen di panggul yang membantumu menahan buang air kecil.

2. Menopause

ilustrasi perempuan usia menopause (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi perempuan usia menopause (pexels.com/cottonbro studio)

Perempuan yang telah memasuki masa menopause akan makin sulit mengendalikan kandung kemih. Ini karena menopause diikuti dengan banyak perubahan pada tubuh. Ini karena ovarium berhenti membuat estrogen selama menopause.

Estrogen merupakan hormon yang bertanggung jawab atas masa pubertas, mengontrol siklus menstruasi, dan selama kehamilan. Ketika hormon ini hilang, tubuh akan beristirahat dari bekerja terlalu keras pada semua tahap ini.

Beberapa perubahan lain selama menopause yang dapat menyebabkan masalah pengendalian kandung kemih bagi perempuan, meliputi:

  • Berkurangnya elastisitas jaringan vagina.
  • Penipisan lapisan uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih.
  • Dasar panggul, yaitu kelompok otot yang menopang uretra dan kandung kemih, mulai melemah.

Akibatnya, perempuan yang memasuki masa menopause mungkin mengeluarkan beberapa tetes urine saat batuk, bersin, atau tertawa.

3. Obesitas

Membawa beban ekstra di bagian tengah tubuh dapat meningkatkan peluang mengalami inkontinensia urine. Kelebihan berat badan di area perut memberi tekanan pada kandung kemih. Tekanan ini dapat melemahkan atau merusak dasar panggul dan struktur uretra, sehingga menyebabkan kandung kemih lebih mungkin bocor.

Diperkirakan, setengah perempuan dengan berat badan berlebih mengalami inkontinensia urine. Aktivitas sehari-hari, seperti bersin, batuk, atau berlutut dapat memicu kebocoran urine pada perempuan dengan berat badan berlebih. Kabar baiknya, menurunkan berat badan terbukti membantu mengurangi atau menghilangkan gejala kandung kemih overaktif.

4. Diabetes

ilustrasi orang dengan diabetes (unslpash.com/Sweet life)
ilustrasi orang dengan diabetes (unslpash.com/Sweet life)

Sebuah studi di Norwegia menemukan bahwa inkontinensia memengaruhi 39 persen perempuan dengan diabetes dan 26 persen perempuan tanpa diabetes (Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 2007).

Beberapa alasan diabetes dapat menyebabkan inkontinensia di antaranya:

  • Pasien diabetes lebih mungkin mengalami obesitas, yang mana ini memberi tekanan pada kandung kemih.
  • Kerusakan saraf yang dialami oleh orang dengan diabetes memengaruhi saraf yang mengontrol usus dan kandung kemih.
  • Sistem kekebalan tubuh yang terganggu meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK), yang dapat menyebabkan inkontinensia.
  • Obat diabetes bisa menyebabkan diare.
  • Tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan lebih mudah haus dan sering buang air kecil.

5. Prolaps uteri

Menjalani persalinan pervaginam dan pertambahan usia menyebabkan otot dan ligamen di sekitar rahim melemah. Ketika struktur pendukung ini mulai rusak, rahim bisa turun dari posisinya.

Otot, ligamen, dan jaringan di panggul bertanggung jawab menopang rahim, rektum, vagina, kandung kemih, dan organ panggul lainnya. Lemahnya organ ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk inkontinensia urine.

6. Melahirkan

ilustrasi persalinan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)
ilustrasi persalinan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Selama kehamilan, tubuh perempuan memproduksi hormon yang meregangkan otot dan jaringan yang menopang kandung kemih, usus, dan rahim. Selama persalinan pervaginam, dasar panggul meregang dan tetap meregang selama beberapa waktu.

Kombinasi perubahan hormon dan otot yang meregang menyebabkan otot yang mengontrol kandung kemih melemah. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran urine secara tidak sengaja.

Perempuan lebih mungkin mengalami inkontinensia stres urine setelah melahirkan jika:

  • Memiliki masalah kandung kemih atau usus sebelum dan selama kehamilan.
  • Melahirkan bayi pertama.
  • Melahirkan bayi berukuran besar.
  • Menjalani persalinan yang lama.
  • Mengalami kesulitan melahirkan, seperti perlu dijahit atau robek.

7. Pembesaran prostat

Beberapa laki-laki dengan kelenjar prostat yang membesar kesulitan mengontrol keluarnya urine. Masalah ini dapat berhubungan dengan kandung kemih yang terlalu aktif, salah satu perubahan fungsi kandung kemih yang disebabkan oleh pembesaran prostat.

Normalnya, otak mulai mengirimkan sinyal untuk buang air ketika kandung kemih terisi sebagian. Ini memberi peringatan untuk mencari tempat buang air kecil. Saat kamu memutuskan untuk mengeluarkan urine, katup yang disebut sfingter urinaria terbuka untuk memungkinkan kandung kemih mengalir. Otot-otot di dinding kandung kemih menekan ke dalam untuk mengosongkan tangki penyimpanan.

Namun, saat kandung kemih terlalu aktif, otot kandung kemih berkontraksi dengan sendirinya, tanpa peringatan apa pun. Hal ini menyebabkan tiba-tiba muncul keinginan kuat untuk buang air kecil. Jika orang tersebut tidak mampu menahan kencingnya hingga mencapai kamar mandi, akibatnya bisa berupa kebocoran kecil.

Kebocoran urine bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga bisa menjadi momen yang memalukan. Untuk solusi terbaik, berkonsultasilah dengan dokter. Dokter akan membantu mengidentifikasi penyebab keluarnya urine saat batuk dan memberikan perawatan yang dibutuhkan.

Referensi

"Female Urinary Incontinence." University of Texas Southwestern Medical Center. Diakses April 2025.
"Stress Incontinence." WebMD. Diakses April 2025.
"What is urinary incontinence? Symptoms and causes." Always Discreet. Diakses April 2025.
Marit Helen Ebbesen et al., “Diabetes and Urinary Incontinence – Prevalence Data From Norway,” Acta Obstetricia Et Gynecologica Scandinavica 86, no. 10 (September 23, 2007): 1256–62, https://doi.org/10.1080/00016340701625347.
"Stress Incontinence." Cleveland Clinic. Diakses April 2025.
"Bladder and bowel incontinence during pregnancy." Pregnancy, Birth, & Baby. Diakses April 2025.
"An enlarged prostate gland and incontinence." Harvard Health Publishing. Diakses April 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us