Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rutin Latihan Kekuatan, Risiko Kanker Payudara Bisa Turun

ilustrasi strength training (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi strength training (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Kanker payudara adalah jenis kanker paling umum pada perempuan, dengan 2,3 juta kasus baru tercatat pada tahun 2022.
  • Latihan kekuatan (strength training) dapat menurunkan risiko kanker payudara dengan membentuk massa otot dan mengatur hormon.
  • Faktor risiko seperti lemak tubuh tinggi dan riwayat keluarga memengaruhi risiko kanker payudara, tetapi menjaga berat badan sehat dan aktif fisik dapat membantu menurunkannya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kanker payudara masih menjadi jenis kanker kedua yang paling sering dialami perempuan. Secara global, kanker payudara adalah jenis kanker paling umum dengan sekitar 2,3 juta kasus baru pada tahun 2022, menyumbang hampir 1 dari 4 kasus kanker pada perempuan di dunia. Angka ini menempatkan kanker payudara sebagai penyebab utama kanker pada perempuan, melampaui kanker serviks dan paru-paru.

Di Indonesia, situasinya juga mengkhawatirkan. Menurut data GLOBOCAN 2022 yang dirilis oleh International Agency for Research on Cancer (IARC-WHO), terdapat lebih dari 408.000 kasus kanker baru di Indonesia, dan kanker payudara menempati urutan pertama dengan 66.271 kasus baru (sekitar 16,2 persen dari seluruh kasus kanker).

Walaupun tidak cara untuk sepenuhnya mencegah kanker payudara, tetapi beberapa faktor gaya hidup bisa membantu menurunkan risiko. Salah satunya dengan rutin melakukan latihan kekuatan (strength training).

Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa latihan kekuatan dan perkembangan otot yang optimal sangat penting. Bukan hanya untuk menurunkan risiko kanker, tetapi juga bagi pasien yang sudah didiagnosis kanker.

Dengan kata lain, menjaga tubuh tetap aktif juga dapat menjadi bagian penting dari strategi melawan kanker payudara.

Lemak tubuh tinggi bisa meningkatkan risiko, walaupun Indeks Massa Tubuh normal

Obesitas sudah lama diketahui dapat meningkatkan risiko kanker payudara, salah satunya karena peradangan kronis dan tingginya kadar estrogen yang dihasilkan jaringan lemak.

Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) normal tetap bisa menghadapi risiko lebih tinggi jika memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi dan jarang berolahraga. Risiko mereka bisa serupa dengan perempuan yang mengalami obesitas (IMT di atas 30).

Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa peradangan pada jaringan lemak payudara mungkin menjadi salah satu penjelasan mengapa kelompok ini berisiko lebih tinggi, meski secara penampilan terlihat sehat. Tubuh mungkin tampak ideal, tetapi ototnya sangat sedikit, lemak mendominasi, dan risiko kanker payudara mereka bisa setara dengan orang yang obesitas.

Para ahli menekankan untuk tidak fokus pada "menjadi kurus". Yang lebih penting adalah membangun kekuatan otot dan kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Latihan kekuatan dapat mengurangi risiko kanker payudara

Tetap aktif secara fisik terbukti dapat menurunkan risiko kanker payudara sekaligus membantu pemulihan setelah diagnosis. Membentuk massa otot juga berperan penting, karena saat otot bekerja, tubuh melepaskan lebih banyak “molekul antikanker” yang memberi efek perlindungan. Makin banyak otot yang dimiliki, makin baik metabolisme bekerja, dan makin optimal pula kesehatan secara keseluruhan.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa latihan resistansi sejak usia muda dapat manfaat perlindungan terhadap kanker payudara. Ada juga sebuah studi yang menemukan bahwa latihan resistansi dikaitkan dengan penurunan risiko kanker payudara hingga 52 persen pada orang muda dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah berlatih angkat beban.

Selain itu, latihan kekuatan membantu mengatur hormon, memperkuat sistem imun, menjaga berat badan, mengurangi peradangan, serta melindungi kesehatan tulang dan otot.

Cara lain untuk mencegah kanker payudara

Ilustrasi seorang penyintas kanker payudara.
ilustrasi kanker payudara (IDN Times/Aditya Pratama)

Memulai rutinitas olahraga dengan porsi latihan kekuatan yang cukup memang bisa membantu menurunkan risiko kanker payudara. Namun, ini cuma satu bagian dari strategi pencegahan yang lebih luas. Menjaga berat badan tetap sehat serta mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi alkohol juga berperan besar dalam menekan risiko.

Perempuan yang yang lebih bugar saat didiagnosis kanker payudara biasanya lebih mampu menjalani terapi dan hasilnya pun cenderung lebih baik.

Tetap saja, ada faktor risiko yang tidak bisa kamu kendalikan, berapa pun jumlah olahraga yang dilakukan. Usia, genetika, riwayat keluarga, kepadatan jaringan payudara, hingga usia saat pertama kali menstruasi semuanya bisa memengaruhi risiko kanker payudara.

Sepanjang hidup, ada banyak faktor yang bisa memengaruhi risiko kanker payudara. Beberapa hal memang tidak bisa kamu ubah, seperti yang disebutkan di atas, tetapi ada langkah-langkah yang bisa membantu menurunkan risiko dengan menjaga kesehatanmu, antara lain:

  • Menjaga berat badan tetap sehat.
  • Tetap aktif secara fisik.
  • Menghindari alkohol, atau minum dalam jumlah sangat terbatas.
  • Jika kamu sedang atau pernah disarankan menggunakan terapi hormon pengganti atau pil kontrasepsi, bicarakan dengan dokter tentang risikonya dan apakah itu pilihan yang tepat untukmu.
  • Menyusui anak, jika memungkinkan.
  • Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau perubahan genetik pada BRCA1 dan BRCA2, diskusikan dengan dokter tentang cara lain untuk menurunkan risiko.

Menjaga kesehatan sepanjang hidup bukan hanya dapat membantu menurunkan risiko terkena kanker, tetapi juga meningkatkan peluang bertahan hidup jika suatu saat kanker terjadi.

Referensi

International Agency for Research on Cancer. Indonesia Fact Sheet, GLOBOCAN 2022. Lyon, France: World Health Organization, February 2024. https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf.

"Obesity and Cancer." National Cancer Institute. Diakses Oktober 2025.

"Breast Cancer Prevention." National Cancer Institute. Diakses Oktober 2025.

Neil M. Iyengar et al., “Effects of Adiposity and Exercise on Breast Tissue and Systemic Metabo-Inflammatory Factors in Women at High Risk or Diagnosed With Breast Cancer,” Cancer Prevention Research 14, no. 5 (March 1, 2021): 541–50, https://doi.org/10.1158/1940-6207.capr-20-0507.

Neil M. Iyengar et al., “Metabolic Obesity, Adipose Inflammation and Elevated Breast Aromatase in Women With Normal Body Mass Index,” Cancer Prevention Research 10, no. 4 (March 8, 2017): 235–43, https://doi.org/10.1158/1940-6207.capr-16-0314.

Celia García-Chico et al., “Physical Exercise and the Hallmarks of Breast Cancer: A Narrative Review,” Cancers 15, no. 1 (January 3, 2023): 324, https://doi.org/10.3390/cancers15010324.

"Breast Cancer Risk Factors: Exercise (Physical Activity)." Susan G. Komen. Diakses Oktober 2025.

Hiya Deepak Modi et al., “Resistance Training and the Risk of Breast Cancer: A Population-Based Case–Control Study,” Journal of Physical Activity and Health, January 1, 2025, 1–6, https://doi.org/10.1123/jpah.2024-0327.

"Reducing Risk for Breast Cancer." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

6 Manfaat Berpikir Positif bagi Kesehatan, Terbukti Secara Ilmiah!

12 Okt 2025, 11:06 WIBHealth