2 Pelajar Tewas Diduga Akhiri Hidup, KPAI Ingatkan Sistem Deteksi dini

- KPAI mendorong pemerintah daerah dan sekolah membangun sistem deteksi dini masalah mental di lingkungan pendidikan.
- Intervensi cepat dan empatik kunci pencegahan lanjutan. Dukungan psikologis awal perlu dilakukan lewat pendampingan oleh psikolog sekolah atau tenaga kesehatan mental puskesmas.
- Keluarga menjadi benteng utama bagi kesehatan mental anak. Orang tua harus meningkatkan interaksi emosional dan waktu berkualitas dengan anak, serta memastikan anak tidak terpapar konten negatif di media sosial.
Jakarta, IDN Times - Dua kasus dugaan bunuh diri melibatkan pelajar di Sawahlunto, Sumatra Barat dan Sukabumi, Jawa Barat terjadi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan, kejadian ini jadi alarm serius bagi dunia pendidikan dan keluarga agar bisa peka dengan kesehatan mental anak dan remaja.
Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono mengungkapkan, setiap kasus anak yang kehilangan harapan hidup jadi cermin lemahnya sistem deteksi dini masalah psikologis di lingkungan terdekat anak, yakni di rumah dan sekolah.
“KPAI mendorong seluruh pihak untuk membangun early warning system yang efektif di sekolah dan komunitas. Anak yang menunjukkan perubahan perilaku, penurunan semangat belajar, atau tanda-tanda stres berat harus segera mendapat perhatian dan pendampingan psikologis sejak awal,” ujar Aris dalam keterangan resminya kepada IDN Times, Kamis (6/11/2025).
1. Sistem deteksi dini perlu dibangun

KPAI mendorong pemerintah daerah dan sekolah membangun sistem deteksi dini masalah mental di lingkungan pendidikan.
Upaya ini mencakup penguatan peran guru BK, pelatihan guru dan siswa sebaya untuk mengenali gejala depresi atau stres, koordinasi dengan puskesmas, serta pemanfaatan data presensi dan perilaku siswa sebagai indikator awal.
2. Perlunya dukungan psikologis awal

Aris juga mengatakan, intervensi cepat dan empatik adalah kunci pencegahan lanjutan. Dukungan psikologis awal perlu dilakukan lewat pendampingan oleh psikolog sekolah atau tenaga kesehatan mental puskesmas segera setelah muncul gejala atau laporan risiko.
Selain itu, keluarga juga perlu aktif dalam proses pemulihan anak melalui komunikasi positif dan penguatan spiritual. Bahkan pembentukan tim krisis psikologis tingkat kabupaten/kota, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan P2TP2A.
3. Peran keluarga sebagai benteng

Keluarga menjadi benteng utama bagi kesehatan mental anak. KPAI mengimbau agar orang tua meningkatkan interaksi emosional dan waktu berkualitas dengan anak, tidak menumpuk tekanan akademik atau ekspektasi berlebihan, serta memastikan anak tidak terpapar konten negatif di media sosial yang dapat memicu rasa rendah diri atau imitasi tindakan berbahaya.

















