Pramono Bantah Rumah Sakit Jakarta Tolak Warga Baduy Berobat

- Hambatan dalam komunikasi: Kesalahpahaman bahasa antara petugas dan korban Badui Dalam.
- Tidak ada penolakan dari rumah sakit: Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta turun langsung untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
- Warga Badui dalam dibegal di Cempaka Putih: Repan menjadi korban begal dan ditolak berobat karena tak punya KTP.
Jakarta, IDN Times – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, membantah kabar yang menyebut rumah sakit di Jakarta menolak mengobati warga Baduy Dalam, Repan, korban begal di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pramono telah memanggil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, untuk menindaklanjuti persoalan tersebut.
"Jadi, untuk warga Baduy, tidak benar ada penolakan dari rumah sakit. Saya secara khusus sudah memanggil Kepala Dinas," kata Pramono saat ditemui di Balai Kota, Kamis (6/11/2025).
1. Hambatan dalam komunikasi

Menurut Pramono hal tersebut terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi atau bahasa antara petugas dengan korban.
"Mohon maaf, memang komunikasi yang terjadi karena warga Badui ini, mungkin bahasanya tidak ini, sehingga ada hambatan itu," katanya.
2. Tidak ada penolakan dari rumah sakit

Pramono mengatakan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta bahkan sudah turun dan mengecek langsung untuk kebenaran informasi tersebut.
"Yang jelas, tidak ada sama sekali larangan untuk rumah sakit. Bahkan, Kepala Dinas Kesehatan akhirnya turun ke lapangan untuk mengecek itu. Jadi sama sekali itu enggak benar, ya," ucapnya.
3. Warga Baduy Dalam dibegal di Cempaka Putih

Repan menjadi korban begal dan terluka saat berjualan madu di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Usai menjadi korban begal, dia sempat mendatangi sebuah rumah sakit yang ada di sekitar lokasi kejadian, tetapi ditolak karena tak punya KTP.
Repan pun langsung pergi ke rumah pelanggan madunya yang bernama Johan Chandra atau dikenal Nello di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, sambil menahan sakit lukanya.
Nello mengatakan Repan datang pada 27 Oktober 2025 pagi, didampingi petugas keamanan kompleks. Repan datang dengan raut wajah ketakutan dan kebingungan. Tangan kirinya diperban. Repan lalu menceritakan kejadian yang dialaminya, dan meminta tolong kepada Nello, agar menghubungi keluarganya yang ada di Baduy.
"Dia ketakutan, kebingungan, terus kemudian minta tolong untuk diteleponkan saudaranya yang di Baduy," kata Nello.
Beberapa tahun silam, Nello pernah ke Baduy dan masih menyimpan kontak warga yang dikenalinya. Nello berupaya menghubungi orang Baduy itu tapi sempat tak direspons. Nello kemudian mengajak Repan ke klinik terdekat dari rumahnya.

















