Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ahok hingga Cheng Ho, Cara Pelukis Ini Sampaikan Pesan Keberagaman

Dok. Seruni Bodjawati

Indonesia adalah negeri yang terkenal dengan keragaman yang luar biasa. Memiliki beragam suku, budaya, dan agama tentunya menjadi bonus kekayaan masyarakat Indonesia. Namun ternyata, menyadari keberagaman Indonesia tidaklah mudah. 

Default Image IDN

Hal ini yang coba diangkat oleh dua pelukis asal Yogyakarta, Seruni Bodjawati dan Wara Anindyah. Bekerja sama dengan Forum Inklusi Sosial dan Perdamaian Indonesia (FISPI), Seruni dan Wara memamerkan 26 koleksi lukisannya di Hotel MaxOne Dharmahusada, Surabaya pada 15-28 September lalu.

Pamerkan lukisan dari Cheng Ho hingga Ahok.

Default Image IDN

Dalam pameran ini, sebanyak 26 lukisan bertemakan warga keturunan dan akulturasi budaya Tionghoa dan budaya Indonesia dipamerkan. Dua pelukis ibu dan anak itu mencoba menyampaikan pesan bahwa orang-orang keturunan juga berperan penting dalam perjalanan bangsa Indonesia seperti. Beberapa tokoh yang mereka jadikan objek lukiasn antara lain, Cheng Ho, Yap Thiam Hien, Budi Santosa, Liem Seeng Tee, Nyonya Meneer, Soe Hok Gie, hingga Ahok. 

Lukisan-lukisan tersebut juga dapat dibeli dengan harga bervariasi mulai dari Rp 30 juta - Rp 100 juta. Salah satu lukisan yang berhasil terjual adalah lukisan Kisah Cinta Matahari dan Rembulan yang menggambarkan seorang tokoh pewayangan yang beristrikan wanita Tionghoa. 

Ajak masyarakat pahami peran warga keturunan dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Default Image IDN

Pameran yang digelar dalam rangka memperingati Hari Perdamaian Sedunia tangal 21 September itu mengangkat tema "Peran Peranakan Dalam Meng-Indonesia". "Kami mengambil tema ini sebab banyak tokoh-tokoh peranakan yang jasanya kurang diketahui oleh orang-orang awam, padahal mereka juga banyak berperan dalam mengIndonesia," ujar Seruni ketika dijumpai dalam acara penutupan pameran Kamis (28/9) kemarin.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Ketua FISPI, Esthi Susanti Hudiono. Menurut Esthi, ini adalah bagian dari politik kewargaan untuk membangun perdamaian. "Kami melihat perdamaian itu dari segi keadilan dan melihat manusia sebagai manusia murni. Masih banyak orang-orang yang tidak dilihat sebagai manusia utuh," ujarnya. "Rencana ke depan kami akan menghidupkan kembali seni dengan mengadakan kegiatan-kegiatan serupa di kota-kota lain."

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rudy Bastam
EditorRudy Bastam
Follow Us