Akhir 2022, Persentase Perempuan Korban Kekerasan di DKI Meningkat

Jakarta, IDN Times - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta, Tuty Kusumawati, mengatakan, pada 2-3 bulan terakhir tahun 2022, persentase perempuan korban kekerasan yang melapor di DKI Jakarta meningkat.
Padahal, kata dia, dalam 6 tahun terakhir, laporan yang diterima oleh pihaknya didominasi oleh anak-anak.
"Tahun 2022, 2-3 bulan terakhir ini, persentase sementara sampai November, banyak perempuan yang melapor karena 6 tahun terakhir lebih banyak (kekerasan terhadap) anak yang lapor," ujar Tuty di sela acara talkshow bertajuk 'Perempuan Hebat' yang digelar PT TransJakarta di Halte CSW, Jakarta Selatan, Senin (12/12/2022).
1. Mulai banyak perempuan korban kekerasan speak up

Tuty mengatakan meningkatnya pelapor perempuan itu karena mulai banyaknya yang berani berbicara atau speak up. Baik karena diri sendiri hingga maupun terpengaruh oleh para publik figur.
"Speak up bahwa kekerasan hal yang tidak bisa ditoleransi dan kita say zero toelrance to violence," ujar Tuty.
2. Jumlah korban kekerasan yang melapor di DKI Jakarta 1.000-1.700 setiap tahun

Tuty mengatakan, di Jakarta, jumlah korban yang melapor setiap tahun variasinya antara 1.000 hingga 1.700 laporan. Jumlah tersebut secara total baik kekerasan terhadap perempuan maupun anak.
"Ini yang datang melapor, kalau yang tidak lapor, gak tahu. 1.700 itu rata-rata setiap tahun," kata dia.
Dari 2015 hingga 2021, kata Tuty, persentase korban yang melapor adalah 50-60 persen anak-anak, sisanya adalah perempuan.
3. Bentuk pos cegah kekerasan di transportasi publik

Lebih lanjut, Pemprov DKI Jakarta membentuk pos Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di sejumlah halte dan stasiun untuk pelaporan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan serta anak di sarana transportasi publik.
"Di transportasi publik seperti ini, Pemprov DKI sudah membentuk pos sahabat perempuan dan anak (SAPA). Pos ini sudah ada di 50 halte, LRT di 6 stasiun, dan MRT 13 stasiun," ujar Tuty.
Tuty mengatakan, pihaknya terus berusaha mencegah tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui berbagai cara. Mulai dari seminar, kampanye, hingga sosialisasi.
"Jenis-jenis pelecehan seksual yang pelu diketahui, contoh sentuhan yang disengaja di ranah publik termasuk di transportasi publik tidak diperbolehkan. Apalagi do wilayah-wilayah tertentu perempuan," ucap dia.