Andika Perkasa Marah, Ada Anak Buah yang Main HP Saat Rapat

Jakarta, IDN Times - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa terlihat marah ketika memimpin rapat secara virtual dengan prajurit TNI di area Papua. Dalam sebuah video yang beredar viral, Andika terlihat menegur keras Kepala Staf Korem (Kasrem) 174/ATW Merauke Kolonel Arh Hamin Tohari. Hal itu dipicu Hamin terlihat sibuk menatap layar ponsel ketimbang mendengarkan pemaparan dari Andika.
"Mas Hamin lihat saya! Ini Mas Hamin kan di Merauke? Betul? Gak usah lihat handphone, saya ngomong gak sering! Handphone geser. Mas Hanim, handphone geser!" kata Andika dengan nada bicara yang naik dalam video yang viral pada Jumat (3/12/2021).
"Siap, sudah," kata Hamin.
"Mana?" ditanya kembali oleh mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu.
"Siap, sudah, Panglima," tutur Hamin lagi.
"(Digesernya) ke samping kiri," ujar Andika kembali memberi instruksi bagi Hamin.
Gara-gara kejadian itu, Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen Yogo Triyono ikut kena tegur Andika. Begitu pula Danrem 174 Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko yang kena marah Andika.
Ketika Andika meminta untuk mengulangi apa yang ia sampaikan, Hamin justru terdiam. Lalu, bagaimana nasib Hamin usai kena teguran keras dari Andika?
1. Andika ingatkan kualitas prajurit TNI yang tidak fokus saat pengarahan

Ketika diminta untuk mengatakan apa yang sudah disampaikan oleh Andika di rapat virtual tersebut, Hanim tak bisa menjawabnya. Ia hanya menjawab siap sembari fokus menatap ke layar kamera.
"Lihat kan itu. Mas Yogo (Pangdam XVII Cendrawasih) lihat. Mas Bangun lihat Mas Bangun (Danrem 174 Merauke). Ya, itulah anak buahnya Mas Bangun. Kualitasnya begitu," ujar Andika.
Menurut informasi yang diperoleh, Hanim langsung dicopot dari posisi Kasrem usai insiden teguran keras dari Andika. Ia kini hanya menjabat sebagai staf di Kodam Cendrawasih. Hanim sudah menduduki posisi sebagai Kasrem sejak 1 April 2021 lalu.
2. Strategi baru Andika di Papua andalkan kodim dan babinsa yang berinteraksi dengan masyarakat

Sementara, ketika berada di Papua pada 1 Desember 2021 lalu, Andika mengenalkan strategi baru yakni pola pendekatan teritorial. Pola pengamanan yang dimaksud yakni yakni lebih mengedepankan tugas kodim dan babinsa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Ia menjelaskan semua organisasi satuan yang ditugaskan dari Mabes TNI baik tugas pokok organik maupun satgas, akan ditempatkan di Kodim dan Koramil setempat.
"Intinya kami mengorganisir satuan tugas yang digelar Mabes TNI yang tugas pokok organik maupun satgas TNI AD ditempatkan di Kodim dan Koramil yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pembinaan teritorial," kata Andika.
Demikian juga Satgas TNI AU, saat pangkalan udara dengan tugas pokok dan fungsi pengamanan pangkalan udara serta pembinaan kedirgantaraan dan pembinaan teritorial. Demikian juga TNI AL yang menjadi bagian pangkalan TNI AL dengan tugas pokok pembinaan kemaritiman dan pembinaan potensial daerah.
"Pola pengamanan ini sama di seluruh wilayah Indonesia. Kita punya 15 Kodam tugasnya pembinaan teritorial dan di bawahnya ada 333 Kodim dan 3.620 Koramil. Ada 42 Pangkalan Usara (Lanud). Ada 65 Pangkal Laut dan ada 204 jajaran Pos," tutur dia lagi.
Sementara, khusus di Papua, Andika mengakui bahwa Kodim dan Koramil masih sangat kurang. Misalnya, Korem 174/Merauke hanya ada 3 Kodim, Korem 173/Biak hanya ada 4 Kodim, dan Korem 172/ Jayapura hanya ada 5 kodim.
"Seharusnya di Papua 1 Korem memiliki 12 Kodim. Untuk itu dalam waktu dekat kami akan tambah 8 kodim," katanya.
3. Bila menggunakan pendekatan humanis, maka TNI tidak lagi berada di garda terdepan

Sementara, analis militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai seharusnya Jenderal Andika benar-benar ingin menggunakan strategi pendekatan humanis, maka TNI tidak lagi berada di lini terdepan dalam penanganan konflik di Papua. Sikap ini, kata Fahmi, tidak sekadar diterjemahkan merangkul Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, tetapi menahan diri dari aktivitas yang tak relevan dan bersifat non-militer.
"Jenderal Andika akan tetap bisa berkontribusi besar dalam upaya penyelesaian itu dengan memperkuat soft power dan memperkuat kapasitas intelijen. Andika bisa memberikan asupan data dan informasi yang bisa mendukung strategi komprehensif pemerintah," ujar Fahmi ketika dihubungi IDN Times melalui telepon, 25 November 2021 lalu.
Selain itu, TNI bisa melakukan propaganda yang positif dan mendekati realita sosial. Artinya, sikap prajurit TNI tetap memegang teguh integritas, sadar dan mematuhi hukum.
"Sehingga, kita tidak lagi mendengar masalah-masalah kekerasan yang tidak patut, prajurit TNI terlibat dalam aksi jual beli senjata dan amunisi ke KKB serta hal-hal yang kontraproduktif bagi penyelesaian masalah di Papua," kata dia.