Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

APVI Beberkan Hasil Riset BRIN pada Produk Tembakau Alternatif

Vape merek DJOY dari PT Delta Sukses Teknologi. 12 Maret 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)
Vape merek DJOY dari PT Delta Sukses Teknologi. 12 Maret 2025. (IDN Times/M. Tarmizi Murdianto)
Intinya sih...
  • Produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan lebih rendah dibandingkan rokok konvensional
  • Hasil uji kandungan zat berbahaya menunjukkan sebagian besar zat tersebut tidak ditemukan dalam produk tembakau alternatif
  • Kandungan nikotin pada rokok elektronik di pasaran memiliki rata-rata kandungan yang lebih rendah dibandingkan dengan klaim jumlah nikotin pada label

Jakarta, IDN Times — Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik (vape), produk tembakau yang dipanaskan memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. 

Hal ini disampaikan berdasarkan hasil uji kandungan zat berbahaya yang dilakukan sesuai standar rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Produk tembakau alternatif memiliki profil risiko lebih rendah dibandingkan rokok, khususnya dari sisi kandungan senyawa toksik dan dampaknya terhadap sistem pernapasan. Namun, ini bukan berarti produk ini bebas risiko. Penggunaan tetap harus dilakukan secara bertanggung jawab,” kata Ketua APVI Budiyanto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/5/2025).

1. Sebagian besar zat bahaya tidak ditemukan dalam produk tembakau alternatif

Proses Pemilahan Daun Tembakau Deli di Gudang Klambir Lima yang dikelola PTPN II pada 2015 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Proses Pemilahan Daun Tembakau Deli di Gudang Klambir Lima yang dikelola PTPN II pada 2015 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dalam pengujian terhadap sembilan zat berbahaya yang seharusnya dibatasi kadarnya, hasil riset BRIN menunjukkan bahwa sebagian besar zat tersebut tidak ditemukan dalam produk tembakau alternatif. 

Zat-zat yang diuji antara lain acetaldehyde, acrolein, benzene, benzoapyrene, 1,3-butadiene, karbon monoksida (CO), formaldehida, N-nitrosonornicotine (NNN), dan NNK.

"Kami ingin hasil riset ini menjadi pijakan dalam membuat regulasi yang adil dan proporsional. Tujuannya bukan hanya melindungi kelompok rentan seperti anak-anak dan non-perokok, tetapi juga membuka peluang bagi perokok dewasa untuk beralih ke opsi yang lebih rendah risiko,” tambah Budiyanto.

2. Riset untuk regulasi pijakan

Gedung Kementrian Kesehatan RI
Gedung Kementrian Kesehatan RI

APVI menyatakan akan memanfaatkan hasil riset ini untuk mendukung edukasi publik, terutama bagi perokok dewasa yang tengah mencari alternatif guna mengurangi atau berhenti merokok.

 Selain itu, data dari BRIN ini juga akan disampaikan kepada pemerintah sebagai masukan dalam penyusunan regulasi berbasis bukti ilmiah.

“Kami ingin hasil riset ini menjadi pijakan dalam membuat regulasi yang adil dan proporsional. Tujuannya bukan hanya melindungi kelompok rentan seperti anak-anak dan non-perokok, tetapi juga membuka peluang bagi perokok dewasa untuk beralih ke opsi yang lebih rendah risiko,” tambah Budiyanto.

3 Nikotin lebih rendah hasil ujinya dibanding klaim pada label

ilustrasi vape (pexels.com/kikx bulacan)
ilustrasi vape (pexels.com/kikx bulacan)

Peneliti Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN Bambang Prasetya mengatakan kandungan nikotin yang terkandung pada perisa rokok elektronik (e-liquid) yang ada di pasaran memiliki rata-rata kandungan yang lebih rendah dibandingkan dengan klaim jumlah nikotin pada label.

Dalam pengujian BRIN, sebanyak 60 sampel e-liquid diambil dengan proporsi 53 sampel terbuka, tujuh sampel cair tertutup, dan satu sampel padat, dengan satu jenis rokok konvensional jenis Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), dan SPM standar dari University of Kentucky, serta dilakukan di laboratorium independen terakreditasi Komite Akreditasi Nasional-International Laboratory Accreditation Cooperation (KAN-ILAC).

"Nikotin di dalam e-liquid secara rata-rata lebih rendah hasil ujinya dibanding klaim pada label. Ada yang mencapai hanya 50 persennya, bahkan lebih rendah," kata Bambang dikutip dari ANTARA.

Selain itu pihaknya tidak menemukan kandungan karbonmonoksida (CO) serta kandungan sejumlah senyawa yang dinilai berbahaya seperti 1.3 butadiene, benzene, 4-(methylnitrosamino)-1-(3pyridyl)-1-butanone (NNK), N-nitrosonornicotine (NNN) yang berada di bawah Limit of Detection (LoD) pada semua sampel.

"Semua sampel vape mengandung benzo a pyrene rendah di bawah LoD. Beberapa di bawah Limit of Quantification (LoQ) pada satu sampel tipe open freebase," paparnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dini Suciatiningrum
Dwi Agustiar
Dini Suciatiningrum
EditorDini Suciatiningrum
Follow Us